JAKARTA – Pelaksanaan Konferensi Pariwisata PBB kedua mengenai Pemberdayaan Perempuan dalam Pariwisata di Asia Pasifik yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 2-4 Mei 2024 menjadi momentum penting dalam meningkatkan peran perempuan dan kesetaraan gender di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf).
Dalam acara “The Weekly Brief With Sandi Uno” di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, pada hari Senin (22/4/2024), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno menekankan bahwa kesetaraan gender merupakan isu krusial yang harus diberikan perhatian serius di berbagai bidang, termasuk di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Dengan lebih dari separuh (54,22 persen) tenaga kerja di sektor parekraf di Indonesia adalah perempuan, masih terdapat ketimpangan yang signifikan, terutama dalam hal upah dan kompensasi. “Kita harus memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan, bukan hanya sebagai peserta tetapi juga sebagai pemimpin,” ungkap Sandiaga.
Selain itu, Menparekraf menyatakan bahwa konferensi ini akan menghadirkan para pejabat dan tokoh perempuan yang berpengaruh dalam memajukan industri pariwisata, baik di Indonesia maupun secara global, sebagai pembicara utama. Lebih dari itu, acara ini juga dihadiri oleh 200 delegasi dari berbagai negara.
Sesmenparekraf Baparekraf, Ni Wayan Giri Adnyani, menambahkan bahwa konferensi ini merupakan upaya nyata dalam mencapai salah satu tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yaitu kesetaraan gender.
“Dengan penyelenggaraan konferensi di Indonesia, kita juga menegaskan keterlibatan aktif Indonesia sebagai anggota Pariwisata PBB di wilayah Asia Pasifik. Konferensi ini bersifat regional untuk wilayah Asia Pasifik dengan 22 negara anggota, serta melibatkan beberapa pembicara internasional dari luar wilayah tersebut,” ujar Giri.
Kepala Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Parekraf di Kementerian Parekraf, Andar Danova L. Goeltom, menjelaskan bahwa peran perempuan dalam sektor parekraf memiliki dampak penting terutama dalam hal inovasi dan kreativitas. Ini menguntungkan perekonomian melalui pemanfaatan lebih baik dari talenta yang tersedia, yang pada akhirnya meningkatkan produktivitas dan profitabilitas di sektor pariwisata.
“Partisipasi yang lebih inklusif dan beragam tidak hanya meningkatkan daya tarik wisatawan secara luas, tetapi juga memperkuat reputasi destinasi pariwisata sebagai lingkungan yang ramah dan terbuka untuk semua,” tambah Andar./ JOURNEY OF INDONESIA