JAKARTA – Meski sudah beberapa pekan berlalu sejak tayang, film Dul Muluk Dul Malik masih menjadi daya tarik bagi penggemar film nasional. Film yang menggambarkan tokoh legendaris dari Sumatera Selatan ini sukses menarik perhatian, terutama masyarakat Sumatera Selatan. Dengan menggunakan bahasa daerah asli, film ini mencuri perhatian publik.
Komunitas Srikandi Sriwijaya baru-baru ini menggelar acara nonton bareng (nobar) film ini, mengundang masyarakat asal Sumsel yang tinggal di Jakarta. Acara tersebut berlangsung di XXI Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, dan turut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan PJ Gubernur Sumatera Utara, Dr. Dr. Agus Fatoni.
Dul Muluk Dul Malik menghadirkan multi-genre, dengan sentuhan komedi, horor, serta nilai edukasi dan moral. Film ini mengisahkan hubungan antara seorang kakek bernama Dul Muluk dan cucunya Dul Malik, yang tinggal di Pagar Alam, Sumatera Selatan. Dul Muluk, seorang ustadz tua yang masih bugar, selalu hidup dengan penuh keceriaan. Ia memutuskan untuk pindah ke Palembang bersama Dul Malik sang cucu yang berusia 18 tahun, guna membantu keponakannya, Ning Mas, yang mengalami teror hantu di rumahnya.
Kisah ini semakin seru ketika Dul Muluk berusaha menyelesaikan misteri perampokan yang belum terungkap. Di sisi lain, Dul Malik harus menghadapi masalah di sekolah barunya di Palembang, termasuk perundungan oleh geng anak orang kaya. Keunikan film ini terletak pada dialog yang sepenuhnya menggunakan bahasa Palembang, termasuk oleh aktor-aktor senior seperti Meriam Bellina dan Roy Marten.
Anwar Fuady, salah satu pemeran utama, menyebutkan kemungkinan akan ada sekuel tahun depan atau film baru yang tetap mengangkat budaya Palembang. “Film ini sudah menjadi impian saya selama 20 tahun, sebuah karya yang memperkenalkan bahasa dan budaya Palembang, namun tetap relevan dengan unsur kekinian,” ungkapnya.
Bersama Yacop Chandra, Anwar Fuady berharap film ini bisa menjadi barometer bagi karya-karya lokal lainnya yang menggunakan bahasa daerah, baik di kancah nasional maupun internasional. Sutradara Aditya Gumay pun dipuji karena kemampuannya memahami bahasa dan budaya Palembang. Selain pesan budaya, para aktor senior yang terlibat juga menunjukkan dedikasi tinggi, seperti Meriam Bellina yang mampu mempelajari dialek Palembang dalam dua hari saja.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memberikan tanggapan positif usai menonton. Ia mengatakan bahwa film ini bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana edukasi dan informasi yang mengedepankan budaya lokal. “Film ini lengkap, ada horor, humor, dan kisah cinta remaja. Semuanya dikemas dengan baik,” ujarnya.
PJ Gubernur Sumut, Agus Fatoni, juga menyatakan dukungannya terhadap produksi film berbahasa daerah dan berharap semakin banyak karya serupa di masa depan. Sementara itu, tokoh masyarakat Palembang, Komjen. Pol (Purn) Susno Duadji, mengapresiasi pesan moral film ini, khususnya tentang perundungan dan penegakan keadilan.
“Pesannya saya kira sampai, apalagi yang menceritakan polisi yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan tanpa plih bulu. Juga penanganan kasus bullying baik disekolah atau masyarakat. Ini bisa jadi contoh yang baik,” ungkap Susno.
Ketua Srikandi Dharma Wanita Sriwijaya Sumatera Selatan, Wiwiet Tatung, juga merasa bangga atas pengangkatan budaya Sumsel dalam film ini. “Film ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik, terutama untuk anak-anak agar tidak terlibat dalam perundungan,” tutupnya.
Dengan banyaknya apresiasi dari berbagai kalangan, film Dul Muluk dan Dul Malik bukan hanya menghibur, tetapi juga menjadi cerminan kuatnya nilai budaya Sumatera Selatan di layar lebar./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk