JAKARTA – Grup musik jazz kontemporer asal Jakarta, LOVE IS, kembali unjuk gigi di panggung GoetheHaus Jakarta dalam rangkaian Alur Bunyi 2025. Dengan energi dan warna baru di konser bertajuk “LOVE IS: Made to Believe” ini, penampilan ini menjadi penanda evolusi musikal mereka. Menghadirkan format kuartet terbaru yang kini diperkuat oleh kehadiran Rainer James pada saksofon, bergabung bersama Jason Mountario (bass), Sri Hanuraga (piano), dan Kelvin Andreas (drum).
Digelar pada Selasa, 15 April 2025 sekitar pukul 19.40 WIB, konser ini menyuguhkan delapan komposisi sebagai perjalanan imajinatif yang dirancang layaknya sebuah kisah penuh emosi dan nuansa, yang mengalir dari satu bab ke bab berikutnya. LOVE IS mengajak para penonton untuk larut dalam harmoni penuh kejutan—memadukan struktur dan spontanitas dalam satu pengalaman musikal yang tak biasa.

Program Alur Bunyi tahun ini mengangkat tema eksploratif, dan “Made to Believe” hadir sebagai interpretasi berani terhadap narasi yang tidak hanya terdengar, tapi juga terasa. Konsep ini tak sekadar menampilkan musik, melainkan mengajak pendengar untuk membayangkan sebuah dunia di mana suara menjadi pusat perjalanan. Lapis demi lapis emosi dibuka: dari ketegangan, nostalgia, hingga kekaguman akan absurditas—semuanya berpuncak pada satu kata kunci yakni Percaya.

Album Made to Believe sendiri merupakan kelanjutan dari debut self-titled mereka yang dirilis pada tahun 2023. Jika sebelumnya dikenal dalam format trio, kini dengan tambahan warna dari saksofon Rainer James, LOVE IS memperluas spektrum bunyi dan rasa. Delapan karya yang dibawakan dengan menghadirkan komposisi berjudul ‘One Big If’ sebagai pembuka. Lalu berlanjut dengan ‘Fetus Fantasy’, ‘Spoiled Spoilers’, ‘Beautiful Breed’, ‘Hush Hunt’, ‘Twin Terminal’, ‘Made to Believe’.
Sebelum sampai di nomor pemuncak, LOVE IS sengaja membuka diskusi interaktif antara musisi dan penonton yang ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang karya kwartet ini. Sesi ini sendiri seolah memberi ruang terbuka bagi eksplorasi lebih dalam mengenai proses kreatif di balik setiap komposisi.

Ini menjadi sebuah peluang langka untuk memahami bagaimana ide-ide musikal eksperimental dapat diwujudkan secara nyata oleh para musisi yang tak takut bermain-main dengan batasan bunyi. Sekitar 20 an menit kemudian, LOVE IS menuntaskan kehadiran mereka lewat karya berjudul ‘Kindergarten”.
Konser “Made to Believe” dari LOVE IS menjadi bukti bahwa musik bisa menjadi sarana perjalanan—bukan hanya untuk didengarkan, tapi untuk ditelusuri dan dirasakan. Sebuah persembahan yang menghidupkan makna baru dari seni pertunjukan di tengah dinamika musik kontemporer Indonesia./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk