Indonesia bukan cuma tentang pantai cantik dan pegunungan hijau. Negeri kepulauan ini menyimpan banyak tempat yang bisa bikin kamu melongo — bukan karena indahnya saja, tapi juga karena keunikannya yang tak biasa, mulai dari pantai-pantai indah dan gunung yang memukau. Mulai dari danau berwarna-warni, desa tanpa kuburan, hingga situs megalitikum yang masih jadi misteri dunia. Di balik itu semua, negeri ini menyimpan tempat wisata terunik di Indonesia yang sering luput dari radar wisatawan. Bagi kamu yang bosan dengan destinasi mainstream, berikut adalah wisata Indonesia yang jarang diketahui, tapi siap membuatmu tercengang.
Berikut ini adalah 7 tempat wisata terunik di Indonesia yang wajib kamu lihat langsung untuk percaya. Siapkan bucket list-mu, ya!
1.Danau Kelimutu, Nusa Tenggara Timur
Lokasi: Pulau Flores, Kabupaten Ende, NTT
Bayangkan tiga danau di puncak gunung, terpisah hanya beberapa ratus meter… tapi masing-masing punya warna air yang berbeda dan bisa berubah sewaktu-waktu! Itulah Danau Kelimutu, sebuah keajaiban alam yang tak ada duanya di dunia.

Apa yang Bisa Dinikmati?
- Warna air danau bisa berubah dari hijau, biru, merah hingga hitam keabu-abuan!
- Sunrise spektakuler dari puncak gunung.
- Udara sejuk dan suasana spiritual yang menenangkan.
Budaya dan Mitos Lokal yang Mengelilingi Danau Kelimutu
Danau Kelimutu bukan sekadar keajaiban geologi, tapi juga tempat yang sangat sakral bagi masyarakat setempat, khususnya suku Lio — penduduk asli wilayah Ende, Flores. Ketiga danau ini dipercaya sebagai tempat bersemayamnya jiwa-jiwa orang yang telah meninggal, dan setiap warna airnya mencerminkan karakter atau perjalanan hidup sang arwah.
Tiga Danau, Tiga Jiwa
Masing-masing danau memiliki nama dan peruntukan spiritual yang unik:
– Tiwu Ata Mbupu (Danau Jiwa Para Orang Tua)
Danau ini biasanya berwarna biru dan dipercaya menjadi tempat berkumpulnya arwah orang tua yang telah meninggal dengan damai, bijaksana, dan menjalani hidup lurus.
– Tiwu Nua Muri Koo Fai (Danau Jiwa Kaum Muda)
Berwarna hijau toska, danau ini dihuni oleh arwah anak muda yang meninggal dalam masa hidup yang masih penuh semangat dan idealisme.
– Tiwu Ata Polo (Danau Jiwa Orang Jahat dan Ilmu Hitam)
Memiliki warna kemerahan atau cokelat kehitaman, danau ini konon menampung arwah mereka yang meninggal dalam amarah, dendam, atau terlibat dalam ilmu hitam dan hal-hal jahat.
Perubahan warna danau diyakini mencerminkan dinamika hubungan antara dunia nyata dan alam roh. Bagi masyarakat Lio, perubahan ini adalah pertanda dari alam dan dunia leluhur, bukan sekadar fenomena ilmiah.
Ritual dan Upacara Adat
Setiap tahun, pada bulan Agustus, masyarakat Lio mengadakan ritual adat bernama “Pati Ka Du’a Bapu Ata Mata”. Ini adalah semacam persembahan kepada roh leluhur, yang dilakukan di pelataran dekat danau. Para tetua adat mempersembahkan sesajen berupa sirih pinang, daging, beras, dan arak tradisional, sambil memanjatkan doa agar roh-roh tidak murka dan terus melindungi kampung mereka.
Penjaga Spiritual: Mosalaki
Dalam budaya Lio, ada tokoh adat yang disebut Mosalaki, semacam tetua spiritual yang menjadi jembatan antara masyarakat dan dunia roh. Mosalaki dipercaya memiliki kekuatan untuk menenangkan roh-roh penghuni danau jika terjadi gejala alam yang tidak biasa seperti gempa atau perubahan warna ekstrem.
Pantangan dan Tata Krama
Mengunjungi Danau Kelimutu tidak bisa sembarangan. Penduduk lokal memperingatkan pengunjung untuk berbicara sopan, tidak tertawa berlebihan, apalagi berkata kasar di sekitar danau. Mereka percaya bahwa roh-roh bisa tersinggung dan menimbulkan akibat buruk, seperti kabut tebal yang datang mendadak, atau bahkan tersesat di jalan pulang.

Cara Menuju Lokasi
Dari Bandara H. Hasan Aroeboesman di Ende, kamu bisa naik kendaraan selama ±2,5 jam menuju Taman Nasional Kelimutu. Trekking ringan akan membawamu langsung ke tepian danau.
Kesimpulan:
Danau Kelimutu adalah tempat di mana mitologi, spiritualitas, dan keajaiban alam bertemu dalam satu lanskap. Mengunjunginya bukan hanya soal melihat warna air yang berubah, tetapi juga menyelami makna dalam dari budaya lokal yang begitu kaya akan kearifan dan penghormatan terhadap leluhur.
2. Desa Trunyan, Bali
Lokasi: Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali
Lupakan pemakaman konvensional. Di Desa Trunyan, orang yang telah meninggal tidak dikubur atau dikremasi, tetapi diletakkan begitu saja di atas tanah — dan anehnya, tidak berbau.
Budaya Lokal
Desa Trunyan bukan sekadar unik karena cara pemakamannya yang tidak biasa, tetapi juga merupakan tempat tinggal komunitas Bali Aga — kelompok masyarakat Bali asli yang belum tersentuh sepenuhnya oleh pengaruh Hindu Majapahit maupun modernisasi Bali selatan. Budaya mereka sangat berbeda dari kebanyakan orang Bali pada umumnya.
Sistem Kepercayaan Lokal
Masyarakat Trunyan memegang teguh ajaran kuno bernama Hindu Dharma asli, yang bercampur dengan animisme dan kepercayaan leluhur. Salah satu simbol sakralnya adalah pohon Taru Menyan, pohon besar yang hanya tumbuh di wilayah ini dan dipercaya mampu menetralisir bau jenazah yang diletakkan di permukaan tanah.
Inilah yang paling menarik perhatian wisatawan. Jenazah warga yang meninggal tidak dikubur atau dikremasi, melainkan diletakkan di atas tanah dalam bade (anyaman bambu terbuka) di bawah pohon Taru Menyan. Yang bisa dimakamkan di sini hanya warga asli, dengan kriteria tertentu (misalnya, meninggal secara wajar dan sudah menikah).
Jenazah yang diletakkan di sini tidak menimbulkan bau busuk, yang menurut kepercayaan, karena kekuatan pohon suci tersebut. Setelah jenazah membusuk dan tinggal tulang, tengkorak dan sisa tulangnya disusun rapi di tempat khusus.
Struktur Sosial dan Tradisi Leluhur
Masyarakat Trunyan memiliki struktur sosial adat yang kuat. Mereka dipimpin oleh seorang Prajuru Desa Adat dan masih menggunakan sistem hukum tradisional (awig-awig) dalam kehidupan sehari-hari. Semua keputusan penting, seperti ritual keagamaan dan tata cara adat, ditentukan oleh musyawarah warga dalam bale banjar.

Festival & Upacara Adat
Setiap tahun, Desa Trunyan menggelar upacara Pitra Yadnya dan ritual-ritual pemujaan roh leluhur. Mereka juga merayakan Galungan dan Kuningan, namun dengan cara yang lebih sederhana dan penuh makna spiritual. Tak ada parade meriah atau gamelan besar, melainkan doa-doa sunyi dan persembahan di pura kecil.
Bahasa sehari-hari mereka adalah Bahasa Bali Aga, dialek tua yang terdengar lebih keras dan kasar dibandingkan Bahasa Bali halus dari daerah lain. Dalam upacara, masyarakat masih menggunakan pakaian tradisional khas yang lebih sederhana, sering kali tanpa kain motif mewah seperti yang umum di Bali selatan.
Budaya lokal Desa Trunyan adalah warisan hidup yang langka. Di balik kesan “seram” karena pemakamannya, tersembunyi nilai-nilai spiritual, kearifan lokal, dan rasa hormat yang dalam terhadap alam dan leluhur. Berkunjung ke sini bukan hanya tentang wisata, tapi tentang menyaksikan sisa-sisa peradaban kuno yang masih berdetak hingga hari ini.
Cara Menuju Lokasi
Dari Ubud atau Kuta, menuju Kintamani dengan kendaraan sekitar 2 jam, lalu menyeberang Danau Batur dengan perahu selama 20 menit untuk mencapai Trunyan.
3. Gua Jomblang, Yogyakarta
Lokasi: Gunungkidul, DIY Yogyakarta
Ingin melihat “cahaya surga” turun ke bumi? Cobalah menjelajah ke Gua Jomblang, gua vertikal yang hanya bisa diakses dengan teknik rappelling. Sinar matahari yang menembus dari atas menciptakan pemandangan dramatis di dalam gua.
Apa yang Bisa Dinikmati?
- Pengalaman menuruni gua sedalam ±60 meter dengan tali.
- Hutan purba di dasar gua.
- Spot foto “Heaven’s Light” yang luar biasa.
Budaya & Sejarah
Gua Jomblang adalah salah satu gua vertikal paling terkenal di Indonesia, terutama karena fenomena alam uniknya yang disebut “cahaya surga” (heavenly light). Gua ini terbentuk dari proses geologi runtuhan tanah (collapse doline) ribuan tahun yang lalu, yang menciptakan lubang vertikal besar dengan kedalaman sekitar 60 meter dan diameter sekitar 50 meter.
Nama “Jomblang” sendiri berasal dari cerita rakyat dan sejarah lokal yang erat kaitannya dengan tragedi kemanusiaan masa lalu.
Tragedi Tahun 1970-an
Pada era 1970-an, Gua Jomblang pernah menjadi saksi bisu kejadian kelam. Konon, gua ini digunakan sebagai lokasi pembuangan jenazah korban kekerasan politik yang terjadi di masa pemerintahan Orde Baru, khususnya pasca tragedi 1965. Masyarakat sekitar percaya bahwa gua ini menyimpan aura mistis karena kejadian tersebut, dan masih banyak yang berhati-hati saat menyebut atau mengunjungi gua ini di malam hari.
Budaya dan Nilai Spiritual
Hubungan dengan Alam
Masyarakat Gunung Kidul secara turun-temurun memiliki hubungan yang erat dengan alam, termasuk gua-gua karst di wilayah mereka. Gua Jomblang bukan hanya objek wisata, tapi juga dianggap sebagai bagian dari warisan alam yang sakral. Banyak warga yang masih melakukan semacam “tirakat” atau meditasi spiritual di area sekitar gua.

Mitos dan Kepercayaan Lokal
Beberapa mitos yang beredar antara lain:
- Gua ini dihuni oleh makhluk halus penjaga.
- Tidak boleh berbicara sembarangan atau memiliki niat buruk ketika turun ke gua.
- Ada yang percaya bahwa orang dengan niat tidak bersih akan mengalami kesialan saat berada di gua.
Dari Tempat Sakral ke Wisata Petualangan
Seiring waktu, Gua Jomblang mulai dikenal sebagai destinasi wisata minat khusus (caving/penelusuran gua), terutama sejak dikembangkan oleh komunitas pecinta alam dan operator wisata lokal.
Daya Tarik Wisata:
- Cahaya Surga: Fenomena cahaya matahari yang masuk melalui mulut gua dan menembus kegelapan di dalam gua antara pukul 10.00–12.00 WIB.
- Hutan Purba di Dasar Gua: Vegetasi unik dan lembap yang tumbuh akibat mikroklimat di dasar gua.
- Petualangan Rappelling: Pengunjung harus menggunakan teknik tali untuk turun, dipandu oleh tim profesional.
Gua Jomblang bukan sekadar tempat wisata alam biasa. Ia adalah kombinasi dari keindahan alam, sejarah kelam, budaya lokal, dan spiritualitas. Bagi masyarakat sekitar, gua ini menyimpan memori yang dalam, sekaligus menjadi sumber ekonomi baru melalui pariwisata.
Cara Menuju Lokasi
Dari Kota Yogyakarta, perjalanan menuju Gunungkidul memakan waktu sekitar 1,5–2 jam. Disarankan datang pagi hari karena cahaya terbaik muncul antara pukul 10.00–12.00 WIB.
4. Gunung Padang, Jawa Barat
Lokasi: Cianjur, Jawa Barat
Disebut sebagai situs megalitikum tertua di Asia Tenggara — bahkan diyakini lebih tua dari Piramida Giza! Gunung Padang bukan sekadar gunung, melainkan kompleks struktur batu misterius yang memicu banyak teori konspirasi.
Apa yang Bisa Dinikmati?
- Trekking santai menuju puncak situs.
- Formasi batu kuno yang tersusun membentuk teras-teras berundak.
- Pemandangan hijau khas perbukitan Sunda.
Budaya dan Kepercayaan
1. Gunung Padang sebagai Situs Sakral
Bagi masyarakat sekitar, Gunung Padang bukan hanya peninggalan arkeologis, tetapi juga tempat yang disucikan. Banyak yang meyakini bahwa situs ini merupakan petilasan atau tempat pertapaan para leluhur atau raja-raja zaman dahulu, bahkan disebut sebagai peninggalan Prabu Siliwangi.

Kepercayaan yang berkembang:
Ada keyakinan bahwa situs ini memiliki keterhubungan dengan alam gaib atau dunia leluhur.
Situs ini dipercaya sebagai tempat ritual spiritual dan meditasi.
Sebagian masyarakat meyakini Gunung Padang sebagai pusat energi spiritual yang sangat kuat.
2. Tradisi dan Ritual Lokal
Beberapa tradisi budaya dan ritual yang masih dijalankan oleh masyarakat sekitar Gunung Padang antara lain:
a. Ziarah Leluhur
- Banyak pengunjung datang untuk berziarah atau berdoa kepada leluhur.
- Terutama dilakukan pada malam-malam tertentu seperti malam Jumat Kliwon.
b. Puasa atau Tirakat
Beberapa peziarah melakukan tirakat (puasa dan tapa) untuk mendapatkan petunjuk spiritual, rezeki, atau kekuatan batin.
c. Ngabakti atau Sesajen
- Masyarakat kerap membawa sesajen seperti bunga, kemenyan, dan makanan untuk persembahan kepada roh-roh penjaga tempat tersebut.
- Tradisi ini dilakukan dengan tujuan meminta keselamatan, perlindungan, atau berkah.
3. Cerita Rakyat dan Mitos
Gunung Padang kaya akan cerita rakyat yang memperkuat aura mistis dan budaya setempat. Beberapa mitos yang terkenal:
a. Legenda Prabu Siliwangi
Gunung Padang diyakini sebagai tempat peristirahatan atau markas gaib Prabu Siliwangi, raja legendaris dari tanah Sunda.
b. Bangunan dari Jin
Ada kepercayaan bahwa situs Gunung Padang dibangun dalam semalam oleh makhluk halus (jin), menggunakan kekuatan supranatural.
c. Pantangan Aneh
Terdapat pantangan atau larangan tertentu, seperti tidak boleh berkata kotor, bersikap sombong, atau mengambil batu dari situs.
4. Pengaruh Terhadap Masyarakat Sekitar
Kepercayaan terhadap kesakralan Gunung Padang memengaruhi cara masyarakat menjaga dan melestarikannya. Mereka:
- Menjaga kesopanan saat berada di area situs.
- Tidak sembarangan berbicara atau bertingkah saat di sana.
- Mendukung konservasi situs sebagai bagian dari warisan leluhur.
Budaya dan kepercayaan di Gunung Padang mencerminkan hubungan kuat antara masyarakat Sunda dengan alam, leluhur, dan nilai spiritual. Situs ini bukan hanya artefak sejarah, tetapi juga pusat spiritual dan budaya hidup yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Jika kamu tertarik berkunjung, penting untuk menghormati nilai-nilai budaya lokal, agar pengalamanmu tidak hanya wisata, tapi juga ziarah budaya dan spiritual yang mendalam.
Cara Menuju Lokasi
Dari Jakarta atau Bandung, menuju Cianjur (±3 jam), lalu lanjut ke Desa Karyamukti dengan kendaraan sekitar 45 menit. Akses bisa dilalui mobil pribadi atau sewa.
5. Desa Wae Rebo, Flores
Lokasi: Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur
Desa ini dikenal sebagai desa di atas awan, terletak di ketinggian 1.200 mdpl dan hanya bisa dicapai dengan trekking. Wae Rebo dihuni oleh masyarakat Manggarai yang tinggal di rumah adat berbentuk kerucut, Mbaru Niang.
Apa yang Bisa Dinikmati?
- Arsitektur rumah adat yang unik.
- Pemandangan pegunungan dan kabut yang menyelimuti desa.
- Menginap dan merasakan hidup bersama warga lokal.
Budaya Lokal
Desa Wae Rebo bukan sekadar destinasi eksotis di atas awan, melainkan juga penjaga warisan budaya Manggarai yang nyaris tak tersentuh modernisasi. Terisolasi di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut, desa ini menjadi semacam kapsul waktu — tempat di mana tradisi dan kearifan lokal masih hidup dan dihormati sepenuh hati.

a. Sistem Sosial dan Keluarga Patrilineal
Masyarakat Wae Rebo menganut sistem sosial patrilineal, di mana garis keturunan ditarik dari pihak ayah. Tiap keluarga tinggal dalam satu Mbaru Niang, rumah adat berbentuk kerucut yang dihuni oleh beberapa generasi dalam satu atap. Hidup berkelompok ini mengajarkan nilai kekeluargaan, gotong royong, dan rasa hormat pada orang tua dan leluhur.
b. Rumah Adat Mbaru Niang
Mbaru Niang bukan hanya tempat tinggal, tapi juga lambang identitas budaya. Rumah ini dibangun dengan teknik dan bahan tradisional, seperti bambu, ijuk, dan kayu lokal. Proses pembuatannya pun dilakukan bersama-sama melalui upacara adat, yang menunjukkan betapa pentingnya keterlibatan komunitas dalam setiap aspek kehidupan.
Rumah adat ini memiliki lima tingkatan lantai yang masing-masing punya fungsi berbeda, termasuk tempat menyimpan pusaka dan tempat persembahan leluhur.
c. Upacara Adat dan Spiritualitas Leluhur
Salah satu upacara penting di Wae Rebo adalah Upacara Penti, sebuah ritual tahunan untuk mengucap syukur atas hasil panen dan memohon keselamatan untuk tahun berikutnya. Upacara ini diisi dengan tarian, doa adat, pemotongan ayam atau babi, dan persembahan kepada roh leluhur.
Spiritualitas masyarakat sangat kental. Mereka percaya bahwa para leluhur terus menyaksikan dan membimbing kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, setiap kegiatan penting seperti pernikahan, pembangunan rumah, hingga panen selalu didahului dengan ritual persembahan.
d. Bahasa dan Simbol Budaya
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa Manggarai, namun dalam komunikasi antar desa, mereka tetap mampu menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik. Banyak simbol budaya terlihat dalam tenun khas Wae Rebo yang berwarna gelap dengan motif-motif sederhana namun penuh makna — sebagai simbol keseimbangan antara manusia, alam, dan leluhur.
e. Etika dan Adat Penyambutan Tamu
Setiap pengunjung yang datang ke Wae Rebo tidak boleh langsung masuk desa begitu saja. Mereka harus mengikuti prosesi penyambutan bernama Waelu’u, yakni upacara singkat di rumah tetua adat untuk “meminta izin” secara spiritual. Ini menunjukkan bagaimana tamu tidak hanya dihormati, tapi juga dianggap harus selaras dengan energi desa sebelum benar-benar diterima.
f. Hidup Selaras dengan Alam
Masyarakat Wae Rebo hidup sangat sederhana, tanpa sinyal, tanpa mesin modern, bahkan listrik hanya dari panel surya. Mereka bertani kopi, umbi-umbian, dan sayuran. Hubungan manusia dengan alam begitu erat — mereka mengambil secukupnya, dan memberi kembali lewat perawatan lingkungan dan penghormatan terhadap tanah leluhur.
Budaya lokal di Wae Rebo adalah harmoni antara manusia, leluhur, dan alam. Tradisinya bukan sekadar simbol masa lalu, tetapi benar-benar dijalani dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang menjadikan Wae Rebo tidak hanya unik, tapi juga menyentuh secara spiritual. Sebuah pelajaran tentang hidup yang lebih sederhana, lebih bermakna, dan penuh rasa syukur.
Cara Menuju Lokasi
Dari Labuan Bajo, perjalanan darat ke Denge selama ±6 jam, lalu trekking sekitar 3–4 jam menuju desa. Wajib ditemani guide lokal.
6. Kaolin Lake, Bangka
Lokasi: Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Bangka Belitung
Siapa bilang tambang tak bisa jadi destinasi wisata? Bekas tambang kaolin ini berubah jadi danau berwarna biru toska cerah, dikelilingi pasir putih mirip salju. Sungguh kontras yang bikin mata terpukau!
Apa yang Bisa Dinikmati?
- Panorama danau biru dengan lanskap dramatis.
- Spot foto Instagramable seperti di luar negeri.
- Suasana tenang dan jauh dari keramaian.
Latar Belakang Sejarah
Tempat ini dulunya adalah area tambang kaolin aktif. Warga sekitar kini memanfaatkannya sebagai tempat wisata alternatif yang mulai dikenal luas.
- Bekas Tambang Kaolin
Kaolin adalah tanah liat putih halus yang dulu dieksploitasi untuk bahan keramik, kertas, dan kosmetik. Tambang aktif sejak abad ke‑19 hingga sekitar 1971, membentuk kubangan besar yang lama‑lama terisi oleh air hujan dan air tanah - Transformasi Alami
Setelah penambangan berhenti, alam mengambil alih—air menggenang di bekas lubang, bereaksi dengan mineral kaolin, menciptakan danau berwarna biru toska kontras dengan tebing putih di sekitarnya - Menjadi Ikon Wisata
Dalam beberapa tahun terakhir, tempat ini berkembang sebagai destinasi wisata alternatif. Fasilitas dasar seperti toilet, gazebo, pujasera, dan toko cinderamata tersedia
Budaya Lokal & Dampak Sosial
a. Sumber Pendapatan Baru
Masyarakat setempat kini menikmati efek positif pariwisata: membuka warung, sewa perahu atau area foto, dan jadi pemandu lokal. Ini membuka lapangan kerja dan membantu kesejahteraan warga.
b. Kesadaran Lingkungan
Serapan pariwisata membuat pihak lokal dan pemerintah lebih peduli pada kebersihan dan pelestarian ekosistem di sekitar danau.
Cara Menuju Lokasi
Dari Bandara Depati Amir (Pangkalpinang), perjalanan ke Toboali memakan waktu ±2 jam dengan mobil atau motor. Akses jalan mulus dan mudah dijangkau.
7. Kampung Wamena, Papua
Lokasi: Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua
Masuk ke Wamena seperti membuka pintu waktu. Di sini kamu akan menemukan suku Dani yang masih hidup dalam tradisi nenek moyang: memakai koteka, tinggal di honai, dan menjalankan ritual adat secara turun-temurun.
Apa yang Bisa Dinikmati?
- Festival Lembah Baliem yang penuh warna dan makna budaya.
- Interaksi dengan masyarakat suku asli yang ramah.
- Lanskap alam yang luar biasa: pegunungan, sungai, dan lembah hijau
Budaya yang Kental
Suku Dani menjaga tradisi pemotongan jari sebagai tanda berduka. Mereka juga memiliki tarian perang, sistem sosial, dan bahasa yang unik dari dunia modern.
Cara Menuju Lokasi
Dari Jakarta, terbang ke Jayapura (Bandara Sentani), lalu lanjut dengan penerbangan kecil ke Bandara Wamena. Dari sana, kamu bisa eksplorasi berbagai desa dan kampung adat.
Siap Jelajahi Sisi Aneh dan Ajaibnya Indonesia?
Itulah 7 tempat wisata terunik di Indonesia yang mungkin tak akan kamu percaya… sampai benar-benar menginjakkan kaki di sana. Tempat-tempat ini bukan hanya menawarkan keindahan visual, tapi juga kedalaman budaya dan cerita yang akan memperkaya pengalaman traveling kamu.
Jadi, destinasi mana yang paling bikin kamu penasaran? Yuk, mulai susun rencana dan wujudkan perjalanan impianmu! /Journey of Indonesia

















