JAKARTA — Aroma nostalgia berpadu dengan hangat tema gelaran Rockafella’s “Heavy Hardrockin Movement” menjadi sebuah kisah tersendiri pada Jumat malam, 20 Juni 2025 silam. Bertempat di Fat and Sim Hotel, RA Suite Jakarta, event musik rock reguler ini seakan kembali menemukan magnetnya kembali memanggil para pecinta musik keras untuk hadir.
Tak hanya sekadar menampilkan musik berkualitas, ajang ini juga menjadi titik temu penuh energi bagi musisi dan pecinta rock lintas generasi. Masih dikompori oleh pasangan Adhytia Perkasa dan Riffy Putri dari Rockafella’s, malam itu mereka sengaja menghadirkan kolaborasi dari nama-nama besar seperti Njet (The Flowers), Denny Chaplin, Kadri Mohamad, Babay, hingga Lawang Pitu.
“Ini sebuah semangat kebersamaan bagi kita semua, dan akan kita pelihara terus semangat ini. Terima kasih kawan-kawan atas dukungannya,” ungkap Adhyt ketika membuka ajang ini.

Sejak pukul 20.00 WIB, panggung mulai menyala lewat penampilan pembuka dari Rockafella’s. Deretan lagu-lagu klasik seperti ‘Lazy’ milik Deep Purple, ‘Evil Eye’ Yngwie Malmsteen, hingga ‘Come Together’ dari The Beatles sukses membawa penonton larut dalam atmosfer hard rock dan heavy metal yang otentik.
Kehadiran Njet The Flowers lewat gaya khasnya, mendapat sambutan hangat. Dua lagu milik The Black Crowes dialunkan lewat judul ‘Jealous Again’ dan ‘Hard To Handle’ langsung menyeret mereka ke muka panggung dan semakin menjadi tatkala ‘Sympathy For The Devil’ dari The Rolling Stones dihadirkannya.
Momen eksplosif terjadi saat Denny Chaplin menghentak panggung dalam tribut energik untuk Lenny Kravitz. Sederetan lagu seperti ‘Always On The Run’, ‘It Ain’t Over ‘Til It’s Over’, hingga ‘Are You Gonna Go My Way’ sangat memuaskan bagi yang memang menunggu aksi panggung liar Denny yang selalu menyihir penonton.

Lewat nomor progresif ‘Changes’ milik Yes, Kadri Mohamad seakan enggan untuk menurunkan tempo kesenangan. Agak mengejutkan ketika Kadri menyuguhkan lagu ‘Penari Jalang’ dari Duo Kribo yang cukup lama tak terdengar dan akhirnya menambah warna berbeda dalam malam penuh distorsi ini. IKadri menutup kehadirannya lewat lagu ‘Under Pressure’ dari Queen.
Masuk ke babak blues rock, Gugun Blues menyuntikkan semangat baru dengan gaya khasnya. Lagu-lagu seperti ‘Manic Depression’ milik Jimi Hendrix, ‘Free Ride’ dari Edgar Winter, dan ‘Mistreated’ dari Deep Purple menghadirkan dinamika emosional yang dalam, membuat suasana makin padat namun tetap nikmat.
Semakin malam, atmosfer makin liar dengan kehadiran Babay. Membawakan lagu-lagu cadas seperti ‘Chop Suey’ dan ‘B.Y.O.B’ dari System Of A Down, hingga ‘Bodies’ dari Drowning Pool dan ‘Ace of Spades’ dari Motörhead, Babay membuat panggung penuh lonjakan energi.

Sebagai penutup sempurna, Lawang Pitu tampil selama satu jam penuh dengan dentuman keras dan riff gitar agresif yang dibawakan vokalis Trison. Aksi panggung mereka menjadi klimaks dari malam yang intens.
Heavy Hardrockin Movement bukan sekadar konser musik, tetapi juga bukti nyata bahwa semangat rock tak pernah mati. Acara reguler ini menjadi wadah penting untuk memperkuat komunitas musik keras tanah air, sekaligus menjawab kerinduan akan penampilan langsung berkualitas tinggi.
Pagelaran ini membuktikan bahwa Jakarta masih menjadi rumah yang hangat bagi rock sejati. Tak diragukan lagi, Rockafella’s berhasil menghidupkan kembali semangat 80-an dengan cara tersendiri./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk