JAKARTA — Harga emas dunia menorehkan tonggak bersejarah. Kontrak berjangka emas Amerika Serikat menembus ambang psikologis US$4.000 per troy ounce, sementara harga spot ikut menguat mendekati level tersebut. Lonjakan ini mencerminkan kuatnya arus dana global menuju aset aman (safe haven) di tengah ketidakpastian ekonomi dan ekspektasi pelonggaran kebijakan suku bunga oleh The Federal Reserve.
Namun, di balik euforia pasar, muncul satu peluang menarik generasi muda Indonesia kini dapat ikut menjejak momentum emas global, bahkan dengan modal yang terjangkau. Jika dulu emas identik dengan logam mulia yang disimpan di lemari atau brankas, kini situasinya berubah.
LAKUEMAS, platform investasi emas digital, mengubah cara masyarakat memiliki dan mengelola emas. Lewat aplikasi di ponsel, pengguna bisa membeli emas mulai dari Rp50.000, menyimpannya secara digital, dan mencairkannya kapan pun diperlukan. “Dengan harga emas kini berada di US$4.000, ini sekaligus konfirmasi bahwa emas adalah aset safe haven yang nilainya teruji,” ujar Esther Napitupulu, Brand Manager LAKUEMAS.
“Anak muda sekarang punya peluang besar untuk ikut momentum emas global ini. Jika generasi sebelumnya menyimpan emas secara fisik, generasi sekarang bisa menyimpannya dalam bentuk digital lewat LAKUEMAS cepat, aman, dan bisa dicairkan kapanpun.”
Menurut Esther, platform ini dirancang agar proteksi kekayaan dapat diakses siapa saja, di mana pun dan kapan pun. Visi ini bukan sekadar membuka akses investasi, melainkan membantu generasi muda membangun warisan finansial sejak dini.
Kepercayaan menjadi fondasi penting dalam ekosistem emas digital. LAKUEMAS tercatat sebagai salah satu dari enam pedagang emas digital berizin resmi BAPPEBTI sejak 8 Februari 2022. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi itu mewajibkan setiap kepemilikan emas digital didukung oleh emas fisik setara 1:1, guna memastikan transparansi dan perlindungan konsumen.
Selain itu, LAKUEMAS bernaung dalam ekosistem Central Mega Kencana (CMK), yang juga menaungi merek-merek perhiasan ternama seperti Mondial, Frank & Co., dan The Palace Jeweler. Kolaborasi ini memungkinkan pengguna mencetak saldo emas digital menjadi fisik di lebih dari 100 toko mitra di seluruh Indonesia.
Transaksi di LAKUEMAS berlangsung dalam hitungan detik, baik untuk membeli, menjual, maupun mentransfer emas kepada teman atau rekan bisnis. Setiap aktivitas disertai konfirmasi transparan dan jejak transaksi yang terekam rapi, sehingga pengguna memiliki kontrol penuh atas aset mereka.
Tak hanya mengandalkan kemudahan, LAKUEMAS juga memperkuat keamanan siber dengan sertifikasi ISO 27001 serta pengawasan ketat sesuai regulasi. Dalam era digital, hal ini menjadi elemen krusial mengingat risiko teknis dan ancaman serangan siber yang selalu membayangi platform finansial.
Secara historis, emas selalu menjadi pelindung nilai ketika inflasi meningkat atau ketidakpastian ekonomi membayangi. Dalam konteks portofolio modern, emas berperan sebagai penyeimbang risiko (diversifier) terhadap volatilitas pasar saham atau obligasi.
Data perdagangan menunjukkan, nilai transaksi emas digital di Indonesia sepanjang Januari–September 2024 mencapai Rp41,3 triliun, naik signifikan dibanding tahun sebelumnya. Tren ini menegaskan pergeseran perilaku investor yang makin mengandalkan instrumen digital untuk mengelola aset riil.
Namun, ada hal penting yang kerap terlewat: kenaikan harga emas tidak selalu bersifat permanen. Lonjakan ke level US$4.000 bisa jadi dipicu oleh sentimen sesaat seperti ekspektasi suku bunga The Fed atau ketegangan geopolitik. Bila inflasi terkendali atau dolar AS menguat, minat terhadap emas sebagai safe haven bisa menurun dan harga pun terkoreksi.
Akses investasi yang mudah tidak berarti bebas risiko. Pengguna pemula sering terjebak dalam perilaku impulsif, membeli ketika harga sedang tinggi atau menjual karena panik saat koreksi terjadi. Edukasi finansial dan disiplin strategi tetap menjadi syarat utama dalam investasi emas digital.
Selain fluktuasi harga, investor juga perlu memahami risiko likuiditas dan spread harga, terutama ketika ingin mencairkan saldo dalam jumlah besar atau mengonversi emas digital ke bentuk fisik. Karenanya, alih-alih “all in” pada emas, pendekatan yang lebih bijak adalah diversifikasi portofolio. Menyisihkan sebagian dana untuk emas digital dapat menjadi langkah konservatif yang menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan perlindungan aset.
Kenaikan emas ke rekor tertinggi dunia bukan sekadar fenomena pasar, tetapi juga titik balik kesadaran generasi muda terhadap nilai perlindungan aset. Dengan infrastruktur digital yang aman dan teregulasi, seperti LAKUEMAS, peluang membangun masa depan finansial yang tangguh kini terbuka lebar dimulai dari genggaman tangan./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk