JAKARTA – Malam di 25th Avenue, RA Premiere Simatupang, Jakarta Selatan, berubah menjadi ruang nostalgia ketika Rockafella’s Music & Talk Show Vol.15 resmi digelar. Mengusung tajuk “Intimate 90’s Unplugged Therapy,” acara ini menghadirkan keintiman musikal yang jarang ditemui di tengah hiruk-pikuk konser modern. Dengan kapasitas terbatas hanya 75 penonton, suasana hangat terasa sejak awal pertunjukan, seolah membawa kembali kenangan masa kejayaan grunge dan alternative rock era 1990-an.
Berbeda dari 14 edisi sebelumnya yang sarat energi elektrik dan gebukan keras, kali ini Rockafella’s tampil lebih personal. Format unplugged menghadirkan nuansa akustik yang jujur dan emosional mengundang penonton untuk mendengarkan bukan sekadar dengan telinga, tapi juga hati.
Tepat pukul 20.30 WIB, Gideon Momongan bersama Riffy membuka malam dengan pengantar santai. Mereka menegaskan bahwa Rockafella’s Music & Talk Show kini akan menjadi agenda rutin bulanan. Tak lama, denting gitar akustik mengalun ketika Riffy memecah kesunyian lewat ‘Man In The Box’ milik Alice In Chains. Bersama formasi Adhytia Perkasa (drums), Jo Iqbal (bass), dan Youslam (gitar), Rockafella’s menghangatkan ruangan dengan energi yang tetap kuat meski tanpa distorsi listrik.

Giliran Prana, penggemar berat Pearl Jam, mengambil alih mikrofon. Membawakan ‘Betterman’ dan ‘Yellow Ledbetter’, ia menyalurkan emosi tulus yang membuat penonton larut dalam atmosfer melankolis khas Seattle. Penampilannya bukan sekadar tribute, tapi bentuk cinta terhadap era yang membesarkan banyak musisi legendaris.
Tak kalah standing, Amank Syamsu tampil bersama Rockafella’s dengan membawakan sederet nomor klasik: ‘Would’ dan ‘No Excuses’ dari Alice In Chains, ‘Everlong’ serta ‘My Hero’ dari Foo Fighters, hingga ‘Lightning Crashes’ milik Live. Suaranya yang tegas berpadu dengan permainan akustik yang intim, menciptakan kembali nuansa khas MTV Unplugged yang ikonik.
Malam semakin bergairah ketika Njet dan Ivanka, brand ambassador dari Se’Indonesia, naik ke panggung. Duo ini memompa semangat lewat lagu-lagu The Black Crowes dan Lenny Kravitz, seperti ‘Jealous Again’, ‘Hard to Handle’, hingga ‘Always On The Run’. Sebagai penutup, keduanya menyalakan kebanggaan lokal dengan dua nomor legendaris The Flowers, ‘Gak Ada Matinya’ dan ‘Bayangan’.

Sorotan utama malam itu datang saat Dul Jaelani menghadirkan sesi Nirvana set yang menjadi klimaks. Dengan suara khas dan ekspresi mendalam, ia menafsirkan ulang ‘All Apologies’, ‘The Man Who Sold The World’, hingga ‘Smells Like Teen Spirit’ dengan penghayatan penuh. Sorak dan nyanyian bersama penonton menjadikan momen ini puncak nostalgia, seolah menghidupkan kembali semangat Kurt Cobain di panggung Jakarta.
Tak hanya musik, acara ini juga menampilkan sesi talk show ringan, di mana para musisi berbagi kisah di balik perjalanan mereka bersama musik 90-an. “Musik adalah ruang terapi dan jembatan yang mempersatukan,” ujar Riffy Putri, yang juga menyampaikan penghormatan untuk mendiang Raidy Noor, figur penting dalam perjalanan Rockafella’s dan musik rock Indonesia.
Dukungan kuat datang dari Se’Indonesia, merek kuliner cepat saji yang mengusung cita rasa sei, daging asap khas Nusa Tenggara Timur. Hidangan seperti sei sapi dan sei ayam disajikan dengan gaya modern dan praktis, menjadi teman sempurna bagi suasana santai dan akrab di sepanjang malam. Kolaborasi ini menegaskan semangat kebersamaan antara musik dan kuliner Nusantara.

Sementara itu, sentuhan fashion retro 90-an dihadirkan oleh @velernyentrik, dengan gaya kasual dan edgy yang memperkuat karakter bebas dan ekspresif para penampil. Keseluruhan elemen—musik, gaya, hingga interaksi hangat—membentuk pengalaman yang tak sekadar konser, melainkan perayaan identitas dan memori musikal.
Dengan konsep autentik, lineup solid, serta dukungan penuh dari RA Premiere Simatupang, Se’Indonesia, dan @velernyentrik, Rockafella’s Music & Talk Show Vol.15 – Intimate 90’s Unplugged Therapy menutup Oktober dengan keintiman dan kejujuran musikal yang jarang ditemui. Bukan hanya sekadar hiburan, tapi juga sebuah pernyataan cinta terhadap musik 90-an, era yang tak pernah benar-benar berakhir dalam hati para penggemarnya./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk

















