JAKARTA – Dalam setiap diskusi mengenai ketahanan ekonomi nasional, perhatian seringkali tertuju pada indikator-indikator besar seperti pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), stabilitas nilai tukar, atau regulasi industri keuangan. Namun, Anggota Komisi XI DPR RI, Anis Byarwati, mengingatkan sebuah fondasi yang jauh lebih fundamental, tetapi sering terlewat: kesehatan finansial di tingkat rumah tangga.
Anis juga menyampaikan bahwa upaya mewujudkan Indonesia yang inklusif dan tangguh harus berawal dari unit terkecil perekonomian, yakni keluarga. Kondisi finansial rumah tangga yang rapuh, alih-alih hanya menjadi masalah mikro, justru berpotensi menimbulkan risiko sistemik bagi stabilitas ekonomi nasional secara keseluruhan.
“Stabilitas keuangan sebuah negara tidak akan kokoh tanpa stabilitas di setiap rumah tangga. Keluarga yang memiliki manajemen finansial yang baik adalah benteng pertahanan pertama saat terjadi gejolak ekonomi, mampu mandiri, dan secara aktif berkontribusi pada investasi masa depan bangsa,” ujar Anis Byarwati di Jakarta (29/11/2025).
Anis, yang juga bergelar Doktor Ilmu Ekonomi Islam, menekankan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sejatinya tidak hanya bertumpu pada kebijakan makro. Ketahanan yang sesungguhnya berakar pada kemampuan setiap keluarga untuk mengelola keuangannya dengan sehat. Keluarga yang mampu menabung, berinvestasi, dan mengelola utang secara bijak adalah indikator nyata dari ketahanan bangsa dalam menghadapi berbagai guncangan.
Guncangan ekonomi, baik berupa inflasi, ketidakpastian global, maupun krisis keuangan, akan lebih mudah diredam jika setiap rumah tangga memiliki persiapan finansial yang memadai. “Kita sering berbicara tentang stabilitas ekonomi nasional, tetapi semua itu tidak akan berarti tanpa adanya stabilitas di tingkat akar rumput,” tegasnya, menyoroti betapa krusialnya peran financial literacy dan disiplin anggaran dalam konteks ini.
Untuk mencapai kesehatan finansial yang kokoh, Anis Byarwati menyampaikan tiga pesan utama yang perlu menjadi fokus bagi keluarga Indonesia:
1.Disiplin Anggaran dan Waspada Utang Konsumtif, hal ini menjadi pilar pertama. Anis secara khusus menyoroti utang konsumtif yang berlebihan sebagai penghambat utama kesehatan finansial keluarga. Idealnya, utang yang diambil harus bersifat produktif, yakni memiliki potensi untuk meningkatkan aset atau pendapatan keluarga di masa depan.
2.Investasi Jangka Panjang, Lirik Instrumen Berbasis Syariah yang menjadi kunci memperkuat investasi untuk jangka panjang. Anis mendorong keluarga tidak hanya berfokus pada menabung, tetapi juga memanfaatkan instrumen investasi. Dalam konteks ini, ia merekomendasikan instrumen keuangan berbasis syariah.
3.Investasi Terbesar Orang Tua: Pendidikan Finansial Sejak Dini, yaitu pendidikan finansial merupakan investasi terbesar yang dapat diberikan orang tua kepada anak-anaknya. Pendidikan ini harus dimulai sejak dini dalam lingkungan keluarga. Anak-anak perlu dibiasakan dengan konsep mendasar seperti menunda kepuasan (delayed gratification), memahami nilai kerja keras, dan belajar mengelola uang saku.
Tujuan akhirnya adalah menumbuhkan generasi yang mandiri dan bertanggung jawab secara finansial, yang pada gilirannya akan memperkuat basis ekonomi bangsa.
Peningkatan kesadaran kolektif terhadap tata kelola keuangan keluarga ini diharapkan Anis dapat menjadi fondasi yang kuat dalam mewujudkan visi besar Indonesia Emas 2045. “Jika keluarga Indonesia kuat secara finansial, maka perekonomian nasional akan berdiri di atas fondasi yang kokoh,” tutup Anis Byarwati./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk

















