Elena Zachnas bisa dibilang adalah seorang seniman sejati yang mampu menjadi apa saja. Tak heran di dalam kehidupannya semua lakon seni seperti yang diakuinya pernah dijabaninya. Namun yang tak pernah ditinggalkannya adalah menumpahkan semua keluh tanya dirinya di dalam bait puisi.
“Setidaknya dengan menumpahkan semuanya lewat puisi tetap menjadikan saya sosok yang waras,” sebutnya disebuah acara intim perilisan karya puisinya yang dirangkum dalam judul “Aku dan Bukan Dia – Kumpulan Puisi Lima Puluh Lima dibilangan Jakarta Selatan pada Kamis (27/10).
Tak hanya membacakan puisi, ternyata Elena juga menyempatkan menyanyikan beberapa puisinya dengan diiringi oleh petikan gitar akustik yang menambah mewah suasana intim tersebut.
“Aku dan Bukan Dia” adalah buku perjalanan jiwa yang terus mencari, yang dirangkai dalam 3 babak. Dari tiap puisi dijalin seperti penggalan kisah, seperti buku harian suatu pergulatan jiwa atas makna hidup yang dijalani. Ada benang merah cerita yang saling terkait satu sama lain. “Bermacam interprestasi dari para pembaca setelah membaca kumpulan puisi ini. Ada yang bilang gelap, atau ada juga yang menyebutkan kok malah jadi sedih?” ungkap Elena sambil tertawa.
Tapi memang dirinya memerdekakan semua opini yang datang, “Yaa, memang seharusnya begitu. Tapi mungkin saja tertangkap seperti itu karena kumpulan puisi ini dibuat dalam masa yang berbeda, ada rentang yang panjang,” ujarnya.
Berisikan 140 halaman dan 55 puisi, buku ini diakuinya membutuhkan keberanian diri untuk akhirnya meluncurkan karyanya. “Buku ini yang sudah menjadi impian saya lebih dari 15 tahun. Kenapa akhirnya saya terbitkan saya pikir kita perlu jejak dalam hidup yang kita bisa ceritakan dan saya lakukan lewat puisi-puisi yang saya tulis ini. Kita punya talenta kenapa tidak untuk jadi sebuah jejak dalam hidup. Akhirnya saya cari penerbit sendiri yang mau menerbitkan buku yang sesuai maunya saya, disini egois saya bikinnya harus kayak gini. Jadi memang buku ini lebih pada tiga babak dalam kehidupan saya,” tambahnya.
Memang diakui Elena Zachnas puisi-puisinya baru di terbitkan karena banyaknya kesibukan serta belum adanya keberanian untuk mempublikasikan karya-karya puisinya yang dibuatnya sejak usia remaja. Dengan bertambahnya usia dan kesiapan mental dalam menjalin lagi seluruh karya yang pernah ada, ia memilih puisi yang paling tepat untuk dapat diterima pembaca.
Menghargai diri sendiri bagi banyak orang itu perlu, Elena Zachnas adalah salah satunya, ia mencoba menghadiai dirinya sebuah buku, yang di tulisnya sendiri untuk kado istimewa di usia 55 tahun.
Bicara cover buku kumpulan puisi ”Aku dan Bukan Dia” adalah gambar seorang perempuan yang menatap keatas dimana terlihat cahaya disana yang memilik makna yang menjadi pesan tersendiri.
“Kemudian Kenapa akhirnya diambil gambar ini sebetulnya dari foto saya waktu di Bali tapi kenapa gambarnya seperti ini mungkin menerangi yang bisa kita ikuti itu, jadi kalau kita percaya bahwa apapun gelap itu ketika ada cahaya disitu pasti ada harapan itu sih maknanya dari cover buku ini,” kata Elena
Mengenai harga buku kumpulan puisi “Aku dan Bukan Dia” milik Elena bisa di dapatkan di e-commerce dengan harga kisaran Rp.78.000, – dan bisa juga dibeli lewat web milik Elena http://www.elenazzachnas.com.
Menghargai diri sendiri bagi banyak orang itu perlu, Elena Zachnas adalah salah satunya, ia mencoba menghadiahi dirinya sebuah buku, yang di tulisnya sendiri untuk kado istimewa di usia 55 tahun./ JOURNEY OF INDONESIA