Masih ingatkah dengan apa yang sering kita mainkan pada masa kecil? Mungkin pertanyaan ini lebih cocok kalau diajukan kepada generasi sebelum 80an.
Ya.. karena pada masa-masa tersebut, merupakan masa yang kaya dengan permainan anak-anak. Keanekaragaman permainan masa kecil terserak dimana-mana, dari satu kampung ke kampung lainnya, menelusuk jauh ke dalam gang-gang kecil, lapangan, halaman rumah di tiap inci tanah negeri ini.
Kapan terakhir kali kita bermain gasing, meriam bambu, enggrang, patok lele, congklak, bekel, atau kuda-kudaan memakai pelepah daun pisang? Mungkin sudah tidak ingat.
Aneka rupa permainan ini memang berbeda namanya antara daerah satu dengan lainnya, termasuk juga bahan-bahan yang digunakannya.
Nah, saat ini pada era yang serba canggih, akhirnya makin menggerus permainan ataupun alat yang dibuat sendiri oleh anak-anak.
Semua hilang, hanya menjadi ingatan kaum tua dan anak-anak yang makin tidak mengenal artefak budaya yang disebut permainan ini.
Permainan tradisional semakin tidak populer, budaya serba instan di masa kini dengan cepat merenggut kreativitas anak-anak dalam titik nadir. Juga mungkin peran orang tua yang membatasi ataupun melarang anak-anak untuk bermain.
Padahal kalau kita mau kilas balik, bagaimana dari sebuah permainan tradisional mampu membangun semangat kebersamaan kita dahulu. Kita menemukan keseruan ketika harus mencari cara bermain baru, hingga keberanian bergaul dan sportifitas, yang semuanya terjalin dalam suasana hangat penuh kegembiraan.
Nah, untuk menjemput ingatan tersebut dan mengenalkan bagaimana serunya masa kecil kita kepada anak-anak masa kini, dihadirkan Pameran dan Gelar Dolanan Nusantara dengan tajuk “Menyelami Kegairahan Masa Kecil” di Bentara Budaya Jakarta.
Pameran
Pameran yang di gagas oleh Endi Aras ini dimaksudkan untuk meretrospektisi ragam, fungsi, dan nilai dari permainan anak tradisional, termasuk upaya bertahan dalam arus perubahan saat ini.
Kegiatan ini berlangsung selama 7 hari dari tanggal 22-28 Februari 2017 menghadirkan koleksi ragam permainan tradisional dari seluruh Indonesia. Ada juga proses membuat alat dolanan sederhana hingga gelaran bermain bersama.
Seperti yang disampaikan oleh Putu Wijaya, yang berkesempatan membuka Pameran ini mengatakan. “kalaulah ada anak produk kota zaman sekarang menemukan dolanan di gudang, tempat sampah atau di pameran. Ia pasti bingung. Jangankan untuk memainkannya, ia mungkin menyangka itu barang-barang black magic atau kiriman UFO dari planet sebelah,” ujarnya sambil bercanda.
Tapi bisa saja itu terjadi, karena orang tua sendiri sudah banyak yang jauh dari lingkungan asal permainan tersebut. Jadi ada baiknya untuk mengajak anak-anak milenial ini mengenal permainan anak dengan alat-alat tradisional tersebut.
Bukan untuk menanggalkan apa yang dimiliki saat ini, hanya mengetahui dan memahami begitu kayanya kreativitas masa lalu. Tak hanya sebatas menyenangkan namun juga mengandung keluhuran nilai budaya./ JOURNEY OF INDONESIA