Berawal dari kelas penulisan naskah, Ernest Prakasa sangat tertarik dengan sebuah sinopsis film yang ditulis oleh Nonny Boenawan, salah satu peserta di kelas tersebut. Nonny berhasil menciptakan cerita matang dan ide yang out of the box. Dari cerita tersebut lahirlah sebuah ide film bergenre baru, Ghost Writer. Film ini merupakan sebuah genre baru di perfilman Tanah Air, horor komedi.
Proyek film yang akan mulai syuting tanggal 27 Februari 2019 ini adalah kolaborasi antara dua produser Chand Parwez Servia dari Starvision dan Ernest Prakasa. “Film ini skrenario dan ceritanya dibuat oleh Nonny Boenawan, dia salah satu orang yang ikut kelas skenario saya. Saya lihat dia punya premis yang bagus, akhirnya sekalian aja saya buat filmnya,” ujar Ernest Prakasa di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, Senin (19/2).
Ghost Writer menyuguhkan sebuah kisah berhantu yang berbeda penuh dengan nuansa humor tapi juga menegangkan. Ketika ide film ini dibuat, Ernest menggandeng Bene Dion Rajagukguk yang mengawali kariernya sebagai seorang stand up comedian dan kemudian merambah menjadi aktor juga comedy consultant untuk banyak film-film drama komedi di Indonesia. Bene kemudian didampuk menjadi sutradara di film ini.
“Ghost Writer memang rencananya berbeda dari kebanyakan film horor lainnya yang ramai sekarang ini. Jarang sekali ada film horor komedi, kita berusaha menyeimbangkan antara horor dan komedinya. Jadi horornya setengah, komedinya setengah,” ungkap Bene Dion.
Ini adalah pertama kalinya Bene menyutradarai film layar lebar, selain Ernest film ini juga diperankan oleh para bintang stand up comedy seperti Ge Pamungkas, Arif Didu, Arie Kriting, Asri Welas, dan juga Tatjana Saphira, Deva Mahendra, Endy Arfian, serta Muhadkly Acho sekaligus sebagai comedy consultant film Ghost Writer.
Adanya seorang komedian konsultan juga dirasakan sangat penting bagi sebuah film dengan genre komedi apalagi di film horor komedi. Menurut Muhadkly Acho, dengan adanya komedian konsultan paradigma orang untuk menonton horor pun berubah.
“Kita mau buat horor yang bisa merangkul semua kalangan. Kan horor banyak macamnya, ada yang menakutkan dari suara, ada juga yang ngagetin. Padahal hantu seram atau lucu kan bisa dilihat dari situasinya, tergantung dilihatnya dari sisi mana. Kita pingin buat film yang merubah pradigma tentang horor,” jelas Muhadkly Acho pada kesempatan yang sama.
Bukan tanpa alasan juga, di film pertama yang bergenre ini Ernest menggandeng Bene Dion sebagai sutradara film. Selain mempunyai pengetahuan tentang film yang sudah cukup banyak, Ernest merasa inilah waktu yang tepat untuk memunculkan bakat baru di perfilman saat ini.
“Sebenarnya Bene sudah pernah jadi director di CTS the series. Pengetahuan Bene pun sudah cukup banyak. Saya rasa ini waktu yg tepat untuk mendirect film pertamanya ini. Ini saatnya untuk munculkan bakat baru,” kata Ernest.
Senada dengan Ernest, Chand Parwesz sebagai salah satu produser juga sangat yakin atas kinerja dan skill Bene untuk menjadi sutradara film dilihat dari sepak terjangnya sebagai penulis skenario dan juga komedian konsultan. “Sebelum ini kami sudah melihat kemampuannya yang bagus, selain itu kami juga ingin menciptakan orang-orang baru, penulis baru, sutradara baru, agar semakin banyak regenerasi,” pungkas Parwez.
Ghost Writer menceritakan tentang Naya (Tatjana Saphira), seorang penulis novel on-hit-wonder yang sudah beberapa tahun ini mengalami masa keterpurukan. Alasan ekonomi akhirnya membuat Naya dan adiknya, Darto (Endy Erfian) terpaksa harus pindah ke sebuah rumah tua yang harga sewanya jauh lebih murah.
Suatu hari, Naya menemukan sebuah diary di rumah itu. Naya merasa kisahnya begitu emosional dan berpotensi untuk dijadikan novel. Naya pun menceritakannya kepada Vino (Deva Mahendra), pacarnya yang mendukung Naya untuk menggarap kisah itu. Alvin (Ernest Prakasa), editor sekaligus manager di kantor Naya juga sangat tertarik.
Ketika Naya memutuskan untuk mengerjakan novel tersebut, tiba-tiba muncul Galin (GePAmungkas), hantu penunggu rumah sekaligus pemilik diary yang ditemukan Naya. Ia marah karena Naya mencuri diary-nya. Akhirnya Naya membujuk Galih agar membantunya mengerjakan novel tersebut, dengan iming-iming uang royalty kelak yang akan Naya berikan kepada orang tua Galih yang masih hidup.
Belum selesai urusannya, muncul teror dari sosok hantu perempuan bernama Bening (Asmara Abigail). Siapa sesungguhnya Bening? Berhasilkah Naya membujuk galih untuk menjadikannya rekan kerja dan mewujudkan novelnya untuk membiayai sekolah Darto?/ JOURNEY OF INDONESIA