JAKARTA – Layaknya wayang kulit yang menari dalam bayang-lampu panggung, demikian julukan dan kehadiran film “Danyang Wingit Jumat Kliwon” yang menyodorkan horor tak hanya lewat lompatan jump scare, melainkan lewat akar ritual dan mitos Jawa yang merambat dalam tiap adegannya. Dihadirkan oleh rumah produksi Khanza Film Entertainment (atau Khanza Film Production) film ini di bawah arahan sutradara sekaligus produser Agus Riyanto, dengan naskah dari Dirmawan Hatta.
Di pusat kisah berada sosok Ki Mangun Suroto (diperankan oleh Whani Darmawan), maestro dalang yang menganggap dirinya bukan sekadar pengiring wayang, tetapi pemburu ilmu kuno untuk menembus kematian dan memperoleh keabadian. Ia merekrut keponakan asisten setianya, Citra (diperankan oleh Celine Evangelista), sebagai sinden baru.
Di balik panggung yang memukau, Citra ternyata telah dipilih menjadi tumbal terakhir dalam ritual terlarang yang akan membangkitkan danyang, pusaka, dan kuasa gelap.
Citra bertahan dalam kondisi menyesakkan, ia butuh upah untuk membantu adiknya, Dewi (diperankan oleh Aisyah Kanza), yang tengah sakit. Namun teror gaib terus membayangi. Sementara itu, Bara (diperankan oleh Fajar Nugra), penjaga padepokan, mulai curiga dan memilih melawan majikannya demi menyelamatkan Citra dan ini menjadi sebuah keputusan yang membawa mereka ke puncak ritual pada malam keramat Jumat Kliwon.

Salah satu keunggulan film ini adalah bahwa ia tidak hanya mencari efek mengejutkan, melainkan mencoba menyelami akar kultural: mitos tradisi Jawa yang selama ini jadi latar belakang, dan bukan hanya hiasan semata. Sebagaimana disampaikan oleh Nathalie Holscher (yang memerankan Putri Kusuma Ratih): “Cerita … cerita asli ya.” Agus Riyanto pun menyebut bahwa memilih mitos Jawa adalah bentuk pelestarian cerita rakyat Nusantara lewat media popular.
Dengan demikian, film ini menyodorkan dua lapisan: aksi horor serta panggilan pada warisan budaya yang mungkin selama ini hanya dianggap hiburan tradisional. Selain Celine Evangelista dan Fajar Nugra, film ini memperkuat barisan pemainnya dengan Djenar Maesa Ayu sebagai Mbok Ning, Nathalie Holscher, Norma Cinta, Dimas Tedjo, Putri Maya Rumanti, Angga Wijaya, Keona Cinta, dan Bilqis Hafsa.
Fakta menarik lain: Celine Evangelista bukan hanya pemeran utama, tetapi juga menduduki posisi produser eksekutif. Disini ia ingin menunjukkan ambisi untuk lebih dari sekadar tampil di layar. Dengan latar dunia pedalangan Jawa, “Danyang Wingit Jumat Kliwon” bukan sekadar film horor biasa. Ia menyatukan ambisi manusia, ritual kuno, dan kuasa gelap dalam bingkai budaya yang sudah lama hidup di masyarakat.
Para penonton yang selama ini mencari sensasi horor sekaligus ingin merasakan napas lokal, dapat bisa jadi akan menemukan pengalaman yang berbeda.
Apakah Anda tertarik menonton film ini atau ingin mengeksplor lebih jauh aspek budaya yang diangkatnya? Saya siap menjadi mitra diskusi Anda — apakah menurut Anda penggabungan mitos lokal dengan horor populer ini efektif, atau justru bisa menjadi klise?/ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk