Tak dipungkiri jika film bergenre horor begitu marak melibas semua layar bioskop tanah air. Hal tersebut juga menjadi pembuka kata ketika produser Chand Parwez berkesempatan melakukan speech di hadapan awak media sebelum press screening film Hati Suhita di XXI Epicentrum Jakarta, Selasa (16/5/2023). “Ini merupakan hal berani yang dilakukan oleh rumah produksi Starvision yang justru memproduksi sebuah film drama religi dengan cerita menyentuh ditengah banyaknya film horor. Dan sambutan untuk film ini sungguh luar biasa,” ujarnya.
“Alhamdulillah saya sangat puas ketika menonton hasil akhir film Hati Suhita, bukan karena saya yang menyutradarai film ini. Di sini saya berusaha memposisikan diri sebagai penonton, namun karena saya melihat sendiri bagaimana reaksi orang-orang yang menonton pada saat preview. Suatu perasaan bahagia yang tidak bisa dibeli dengan uang, ketika kita melihat dengan mata kepala sendiri para penonton terbawa oleh film yang kita buat”, ujar Chand Parwez.
Film yang diadaptasi dari novel karya Khilma Anis, Hati Suhita ini menyoroti budaya sebuah pesantren modern di Kediri, Jawa Timur yang menarasikan perempuan dengan sangat baik, tanpa memojokkan laki-laki. Menjadi sebuah film digarap oleh sutradara Archie Hekagery yang menggaet Alim Sudio sebagai pengalih bahasa tulisan menjadi sebuah skenario layar lebar.
Pesan tersirat yang disampaikan Khilma Anis di novel Hati Suhita adalah bagaimana seharusnya konsep cinta yang dihadirkan oleh Alina Suhita yang tidak begitu saja mudah menyerah dengan keadaan.
Secara gamblang, sebagai penulis Khilma Anis mampu berkisah tentang bagaimana relasi pesantren dengan dunia luar yang dipotret secara apik melalui hadirnya aktivis perempuan, Ratna Rengganis. Novel ini membicarakan kekuatan cinta, relasi laki-laki dengan perempuan dalam kehidupan pesantren modern, juga pesantren dengan transformasi pengembangannya.
“Rasanya haru, bangga, dan bahagia. Jujur baru pertama novel saya difilmkan dan saya tidak membayangkan kalau bakal bisa lebih bagus daripada yang saya tulis,” ujar Ning Khilma Anis di XXI Epicentrum. Ning juga mengungkapkan rasa syukurnya karena Chand Parwez memberikannya kesempatan dan ruang yang sangat luas mendampingi dari awal, dari pemilihan pemain, lokasi, jalan cerita, dan kostum dalam film ini.
Dibintangi oleh Omar Daniel, Nadya Arina, dan Anggika Bolsterli, plot utamanya berkisah tentang perjuangan seorang perempuan bernama Alina Suhita (Nadya Arina), untuk mendapatkan cinta suaminya sendiri. Alina menerima takdirnya untuk menikah dengan Gus Birru (Omar Daniel), pewaris Pesantren Al-Anwar.
Keduanya sudah dikenalkan sejak mereka masih kecil, namun saat dewasa Abah (David Chalik) dan Ummik (Desy Ratnasari) telah menyerah pada pilihan Gus Birru, yang lebih menyibukkan diri dengan kegiatan pergerakannya di kampus dan kafenya. Mereka pun memberikan tanggung jawab mengola pesantren pada Alina Suhita, yang kemudian harus dinikahkan dahulu untuk memimpin pesantren. Dan persoalan besar mulai muncul setelah momen ini.
Sebuah pepatah Mikul Dhuwur, Mendhem Jero yang disampaikan oleh ibu mertuanya mutlak diterima Alina Suhita tanpa penolakan. Dalam bahasa Indonesia, pepatah ini bisa diartikan, mengangkat tinggi dan mengubur dalam. Sebuah kalimat bermakna bahwa sebagai anak, kita diwajibkan mengangkat tinggi derajat orangtua, serta menutup rapat-rapat aib keluarga, dalam hal ini termasuk menutup aib suami.
Alina Suhita yang diperlakukan buruk oleh Gus Birru, suaminya, mampu bertahan dan membalikkan keadaan dengan cara yang bijak. Sebab baginya, menjadi wanita juga harus berani bertapa. Sebagaimana dalam bahasa Jawa, wani-ta, memiliki arti wani tapa atau berani bertapa. Berkat kesabaran, keikhlasan, dan pengabdian yang begitu tulus, serta keimanannya pada Sang Khalik, Alina Suhita mendapatkan yang selama ini ia inginkan.
Diluar kisah hidup pemerannya, film Hati Suhita juga cukup kuat menggambarkan keseharian suasana pesantren yang sangat menenangkan. Pesantren modern yang mengedepankan kesetaraan, dan bukan hanya mengajarkan ilmu akhirat melainkan juga mengajarkan ilmu hidup.
Sebelumnya film Hati Suhita telah menggelar acara premiere di beberapa kota di Jawa Timur, kota yang menjadi latar dalam film, dan mendapat sambutan yang meriah.
Film ini akan tayang serentak di seluruh bioskop Indonesia pada 25 Mei 2023, dibintangi juga diantaranya Ibrahim Risyad, Wafda Saifan, Devina Aureel, Widyawati, Slamet Rahardjo, Ariyo Wahab, Eksanti, dan Joshua Suherman./ JOURNEY OF INDONESIA