JAKARTA — Gelombang antusiasme penonton terhadap film Danyang Wingit Jumat Kliwon menandai babak baru bagi kebangkitan horor lokal. Hanya beberapa jam setelah konferensi pers digelar, lebih dari 3.000 tiket untuk Gala Premiere langsung habis terjual. Fenomena ini menegaskan bahwa film horor berbasis kultur Nusantara terus menemukan ruang hangat di hati penonton Indonesia.
Diproduksi oleh Khanza Film Entertainment, karya ini disutradarai sekaligus diproduseri oleh Agus Riyanto, dengan naskah dari penulis kawakan Dirmawan Hatta. Keduanya menggabungkan kekuatan narasi dan nilai budaya dalam satu bingkai sinema yang intens, mistis, sekaligus manusiawi.
Danyang Wingit Jumat Kliwon bukan sekadar kisah teror supranatural. Film ini memadukan atmosfer ritual, pusaka, dan mitos danyang dengan drama psikologis tentang harga ambisi manusia. Teror yang dihadirkan bukan hanya dari sosok tak kasat mata, melainkan dari keputusan dan kerentanan manusia sendiri. Pesan moralnya tegas, ketika hasrat akan kekuasaan dan keabadian menelan akal sehat, manusia bisa tampil jauh lebih menakutkan daripada iblis yang diceritakan.
Celine Evangelista tampil sebagai Citra, seorang sinden muda yang direkrut ke dalam padepokan. Di balik perannya yang tampak luhur, Citra tanpa sadar dipersiapkan sebagai tumbal terakhir dalam ritual keabadian. Demi mendalami karakter ini, Celine melakukan riset mendalam—menyaksikan langsung pertunjukan wayang, belajar nembang, dan berlatih bersama acting coach.

“Saya menonton pertunjukan wayang secara langsung dan riset dari banyak aspek, karena nembang itu tidak mudah. Proses belajarnya cukup menantang, tapi justru itu yang membuat saya tertarik mengambil film ini. Saya juga ingin membuat orang-orang lebih peduli terhadap kesenian tradisional,” ungkap Celine.
Sementara itu, sang sutradara, Agus Riyanto, menegaskan bahwa film ini ingin menempatkan nilai budaya di atas bayang-bayang mistisnya. “Kita ingin mengangkat bahwa nilai budaya harus di atas nilai mistis yang tertinggal di dalamnya. Pada akhirnya penonton setelah keluar dari ruangan bioskop, membawa pesan, wayang adalah budaya Indonesia yang indah yang harus diperkenalkan ke setiap generasi, bukan hal-hal mistis yang dapat disalahgunakan untuk hal buruk,” ujarnya.
Dengan pijakan tersebut, Danyang Wingit Jumat Kliwon menjelma menjadi lebih dari sekadar tontonan menegangkan. Ia menghadirkan lapisan-lapisan emosi tentang keluarga, kepercayaan, dan pilihan moral, membuat teror terasa personal dan relevan. Film ini bukan hanya membangkitkan sosok danyang dari cerita rakyat, tetapi juga menggugah kesadaran penonton tentang hubungan manusia dengan tradisi dan spiritualitas.
Ludesnya lebih dari 3.000 tiket Gala Premiere menjadi sinyal kuat bahwa perpaduan horor tradisi dan drama psikologis memiliki daya tarik yang sulit ditolak. Di tengah maraknya film impor, Danyang Wingit Jumat Kliwon hadir sebagai penanda bahwa horor lokal berbasis kearifan budaya masih punya magnet yang tak kalah kuat sekaligus membuktikan bahwa kisah dari tanah sendiri mampu mengguncang layar bioskop nasional./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk


















