Seolah ingin tetap meneruskan tradisi, Soraya Intercine Film kembali memproduksi film bergenre horor yang erat kaitannya dengan urban legend di tanah air. Walaupun masih mengangkat sudut mistis yang banyak terjadi di bumi Nusantara ini namun sengaja tidak menampakkan kengerian hantu-hantu legend seperti kuntilanak, pocong ataupun gendoruwo. Kengerian di dalam cerita ini sengaja dimasukkan dalam kisahnya, kisah yang dibungkus dalam judul Jeritan Malam.
Film ini sendiri berdasarkan sebuah kisah nyata yang diambil dari laman Kaskus dan diadaptasi dari kisah novel karya Ade Prihatin ini. Mengambil dari kepercayaan yang berkembang di tanah Jawa yakni Kejawen yang masih banyak di anut sampai saat ini. Kepercayaan purba nusantara atas anutan leluhur yang menurut pandangan sebagian orang hanyalah kepercayaan masa lalu yang tidak dapat dibuktikan secara logika.
Namun, apa yang tidakdiyakini inilah ternyata yang menjadi benang merah cerita ini di kehidupan nyata sang penulis. Cerita yang akhirnya merubah kehidupan dan cara pandang seseorang atas hidupnya di dunia ini. Mitos yang mengungkung, kepercayaan nenek moyang dan budaya setempat menjadikan semuanya menjadi sebuah sajian kengerian yang dibawa sampai mati.
Film dimulai dengan kisah Reza (Herjunot Ali) yang menceritakan pengalaman yang didapatnya dari daerah Banyuwangi. Reza sendiri adalah pemuda masa kini yang sangat tidak percaya dengan adanya hal-hal gaib, seperti jimat dan segalanya. Apalagi dia memiliki pengalaman buruk dengan jimat yang mengakibatkan dirinya kehilangan adik satu-satunya. Sementara ia tumbuh besar dari keluarga penganut kejawen.
Diceritakan pula, setelah berjuang sekian lama, akhirnya Reza mendapat pekerjaan yang diidam-idamkannya, agar dirinya dapat menikah dengan kekasih hatinya Wulan (Cinta Laura). Namun sayangnya lokasi pekerjaannya tersebut berada di Banyuwangi, Jawa Timur. Ini artinya Reza harus meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya.
Inilah asal mula kegilaan kehidupan yang yang tidak pernah dipikirkannya akhirnya terjadi. Seiring penugasan kerja yang diterima, ia diharuskan menempati sebuah mess yang ditempati oleh beberapa pegawai lama, Indra (Wingky Wiryawan) dan Minto (Indra Brasco) dan pak Dikin, penjaga Mess.
Perkenalan Reza dengan Indra dan Minto membawa mereka pada persahabatan akrab, apalagi usia mereka tidak jauh berbeda. Lamban tapi pasti, kehidupan Reza mulai berubah dengan banyaknya keganjilan-keganjilan yang ditemukannya di mess tersebut. Namun sebagai individu yang modern dan selalu menampik hal-hal tersebut Reza mencoba tidak terganggu.
Indra, Minto dan pak Dikin akhirnya membuka kisah akan apa yang terjadi di kediaman mereka tersebut. Mereka juga mengaku selalu dirusung ketakutan yang teramat sangat di setiap malam. Namun Reza selalu mencoba membuktikan kepada Indra, Minto dan pak Dikin bahwa hal-hal yang gaib yang mereka alami selalu bisa dibuktikan secara logika. Sifatnya yang tidak peduli dengan hal tersebut, membuat kawan-kawannya khawatir. Apalagi ternyata sejak kedatangan Reza ke Mess tersebut suasana menjadi bertambah panas karena ia membawa sebuah jimat titipan sang Ayah (Roy Marten), yang ternyata menjadi ihwal petaka selanjutnya.
Kejadian demi kejadian yang akhirnya membuat Reza menggali lebih jauh sejarah masa lalu dari tempat yang mereka tempati tersebut. Keyakinan Reza yang sangat tidak percaya jika manusia hidup berdampingan dengan makhluk gaib, tanpa sengaja membawanya melakukan sebuah ritual yang seharusnya tidak dia lakukan. Tanpa disadari keinginannya untuk mencari bukti membawanya kepada kesalahan terbesar yang terjadi dalam hidupnya.
Ritual yang tanpa disadarinya akhirnya malah membawa kepada sebuah kecerobohan yang disesalinya seumur hidupnya.
Sebagai seorang sutradara, kali ini Rocky Soraya mencoba menghadirkan sebuah cerita yang tidak biasa. Ia membawa emosi penonton seolah-olah tengah menaiki rollercoaster, naik turun dengan sajian jumpscare dan celetukan serta tingkah konyol dari ke 3 tokoh sentral film ini, Reza, Indra dan Minto. Disini Rocky tak hanya menggelar kengerian, tapi juga kita harus dipaksa menarik bibir untuk tersenyum ataupun terbahak dengan tingkah yang dihadirkan para tokohnya secara natural.
Film ini juga konon memakan biaya termahal, seperti yang diakui Rocky bahwa hal tersebut terjadi karena syuting dilakukan diberbagai tempat. Ia juga mengatakan bahwa mereka tidak membangun setting, tapi memang mencari tempat yang sudah ada. “Ini untuk menjaga originalitas dan keaslian cerita”, ungkap Rocky.
Ceritanya juga cukup apik dengan konsep storytelling, yang akan menggiring opini penonton pada apa yang diinginkan oleh sutradara. sampai pada akhirnya penonton dibuat memutar otak siapa dalang dibalik kejadian yang menimpa Reza, dan hanya bisa terjawab diakhir cerita.
Kehadiran Cinta Laura yang berperan sebagai Wulan, kekasih Reza tidak banyak mendapat porsi di film ini. Namun seperti yang diakuinya bahwa ia sangat terkesan dengan segala upaya yang dilakukannya di film ini. “Ternyata memerankan karakter Wulan yang sedehana dan berasal dari sebuah kota kecil tidaklah mudah. Ekspresi saja tidak cukup, harus total dengan body languange yang cukup baik. Ini sebuah film yang cukup berbeda dari film-film sebelumnya saya pernah terlibat,” ujarnya.
Jeritan Malam juga diperkuat dengan chemistry dan akting para tokoh utama cukup diacungi jempol disini. Selain memiliki cerita yang kompleks tanpa menonjolkan adegan berdarah-darah, film ini juga mampu membuat penonton bergidik membayangkan kejadian ini adalah sebuah hal yang nyata dari sebuah kepercayaan sebagian masyarakat yang ada. Cuma yang disayangkan adalah kehadiran seorang pandai dengan melafalkan ayat-ayat untuk megusir hantu masih selalu menjadi sebuah keharusan yang ditampilkan.
Film ini sendiri akan tayang di tanggal 12 Desember 2019 ini, dan menjadi sebuah hal baru dalam menampilkan scene horor di ranah film nasional. Tidak melulu menjadikan jumpscare sebagai kuncian, tetapi juga pemahaman terhadap pola lighting dan hal-hal natural dikehidupan sehari-hari tersampaikan dengan baik disini. Mau ikut merasakan kengerian di film ini? Jaga tanggal mainnya…/ JOURNEY OF INDONESIA