YOGYAKARTA — Industri perfilman nasional kembali menorehkan babak baru lewat kekuatan cerita bertema keluarga dan anak. Di tengah derasnya arus hiburan yang serba instan, Visinema Group muncul sebagai lokomotif yang membuktikan bahwa kisah-kisah hangat dan relevan memiliki peluang luas, bahkan mampu mengubah lanskap sinema.
Dampak nyata ini terungkap dalam diskusi bertajuk “Stories That Touch The Hearts Of Indonesian Families: Behind the Milestone of JUMBO, Beyond The Next Stories With Na Willa” pada hari pertama JAFF Market 2025. Dua arsitek utama di balik keberhasilan Visinema Studios, Herry B. Salim dan Anggia Kharisma, berbagi resep rahasia mereka.
Kesuksesan film animasi JUMBO menjadi studi kasus paling mutakhir. CEO Visinema Studios dan President Visinema Group, Herry B. Salim, mengungkapkan bahwa karya tersebut tidak hanya mencapai target penonton, tetapi juga membukukan sejarah. “Kesuksesan JUMBO membuat kami semakin yakin bahwa cerita yang mampu menyentuh hati keluarga Indonesia akan selalu menemukan tempatnya dan dicintai,” ujar Herry.

JUMBO dinobatkan sebagai Film Indonesia Terlaris Sepanjang Masa untuk kategori film animasi, menyabet Piala Antemas FFI 2025, dan meraih Piala Citra Film Animasi Panjang Terbaik. Lebih jauh, film ini memborong lima Piala AMI Awards 2025 dan yang paling mencengangkan, menjadi film animasi pertama yang masuk nominasi Piala Citra Film Cerita Panjang Terbaik.
Menurut Herry, capaian ini bukan sekadar tentang jumlah penonton, melainkan visi jangka panjang perusahaan. Visinema Studios berpegangan pada prinsip membangun kekayaan intelektual (IP) yang tak lekang oleh waktu, atau yang mereka sebut evergreen IP. “Jika sebuah karya hanya dipikirkan sampai target penonton, maka perjalanannya akan berhenti di situ. Di Visinema Studios, hal tersebut baru jadi fase pertama. Fase berikutnya adalah bagaimana mengubah audiens menjadi fans, agar kisahnya bisa terus hidup melampaui generasi,” jelas Herry B. Salim.
Lalu, apa yang membuat sebuah cerita keluarga mampu berbicara lintas generasi? Produser sekaligus Chief Content Officer Visinema Studios, Anggia Kharisma, meyakini kuncinya adalah kemampuan cerita untuk menyentuh sisi personal penonton melalui nilai-nilai universal, sehingga muncul rasa kedekatan. “Kami percaya film keluarga yang baik bukan hanya menghibur, tapi juga membuka diskusi dengan diri sendiri juga dengan keluarga. Di tengah derasnya hiburan yang serba instan, ruang untuk cerita keluarga yang hangat dan relevan masih luas peluangnya,” tutur Anggia.

Untuk mencapai kedalaman emosional tersebut, Visinema Studios memegang teguh filosofi proses kreatif yang disebut 3F: Focus, Fun, & Freedom. Penjabarannya adalah Focus: Fokus pada esensi cerita yang akan dikerjakan. Fun: Menciptakan cerita dalam satu medium yang menyenangkan (make it fun) dan Freedom: Memberikan kebebasan berekspresi kepada para kreator. “Tiga hal itu menjadi fundamental dalam menciptakan cerita,” tutup Anggia, menekankan pentingnya ruang bebas bagi talenta kreatif untuk menghasilkan karya terbaik.
Komitmen untuk menciptakan evergreen IP berlanjut. Visinema Studios kini tengah mempersiapkan proyek terbarunya, Na Willa, yang diproyeksikan tayang pada momen Lebaran 2026. Film ini merupakan adaptasi dari buku cerita karya Reda Gaudiamo yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing. Kursi sutradara kembali diisi oleh Ryan Adriandhy, sosok di balik kesuksesan JUMBO.
Anggia menuturkan bahwa proyek Na Willa bertujuan menjelajahi berbagai medium cerita keluarga. Melalui adaptasi buku, film ini berupaya menghidupkan kembali memori kolektif penting: momen kebersamaan orangtua saat membaca buku bersama anak. Sebuah momen kehangatan yang dinilai sangat menarik untuk dieksplorasi dalam karya layar lebar.
“Kami percaya cerita yang kami buat adalah cerita untuk kita semua, anak-anak kita dan anak-anak di dalam diri kita,” pungkas Anggia Kharisma, menegaskan bahwa cerita-cerita Visinema adalah pelukan hangat bagi setiap hati lintas usia./ JOURNEY OF INDONESIA | Ismed Nompo

















