JAKARTA – Film drama terbaru berjudul Tabayyun siap menjadi sajian segar di tengah dominasi film horor yang membanjiri bioskop Tanah Air. Disutradarai Key Mangunsong dan diproduseri Nafa Urbach serta Ronny Irawan, film ini memadukan konflik emosional, kritik sosial, dan drama keluarga yang membekas. Tabayyun akan mulai tayang serentak di bioskop Indonesia pada 8 Mei 2025.
Baik Ronny Irawan dan Nafa Urbach sangat optimis bahwa Tabayyun akan diterima dengan baik oleh masyarakat. Mereka percaya bahwa film ini sarat dengan pesan yang relevan bagi banyak orang, terutama mengenai bagaimana seseorang tetap memiliki nilai meskipun memiliki kesalahan di masa lalu. “Dengan kombinasi cerita yang kuat, akting memukau, dan produksi berkualitas tinggi, Tabayyun diharapkan menjadi salah satu tontonan wajib tahun 2025,” ungkap Nafa Urbach.

Mengangkat kisah cinta yang rumit antara Zalina, seorang ibu tunggal dengan masa lalu kelam, dan Arlo, anak dari pimpinan perusahaan tempatnya bekerja, Tabayyun tidak hanya bicara tentang romansa, tetapi juga soal pentingnya memahami sebelum menghakimi. Di tengah era media sosial yang serba cepat dalam menyebarkan opini, film ini hadir sebagai pengingat untuk selalu mencari kebenaran terlebih dahulu—sejalan dengan makna kata “tabayyun” itu sendiri.
Titi Kamal dipercaya memerankan sosok Zalina, karakter yang harus menghadapi stigma masyarakat dan tekanan dari keluarga Arlo, termasuk ibu Arlo yang diperankan oleh aktris legendaris Jenny Rachman. Penampilan Titi dipuji karena mampu menggambarkan kegetiran seorang perempuan kuat yang juga manusiawi, rapuh, dan penuh pertimbangan dalam mengambil keputusan besar dalam hidupnya.

Film ini diadaptasi dari novel karya Ilyas Bachtiar dan naskahnya digarap oleh Titien Wattimena. Hadir pula bintang muda seperti Ibrahim Risyad, Naysilla Mirdad, dan Farrell Rafisqy yang menghidupkan karakter-karakter kunci dengan dinamika yang cukup intens.
Gala premiere yang digelar di Plaza Senayan XXI, Jakarta Pusat pada 30 April 2025 lalu dihadiri sejumlah selebriti, tokoh publik, dan pelaku industri film. Acara tersebut menjadi ajang apresiasi atas karya sinema yang dianggap membawa napas baru ke dalam genre drama Indonesia.
Meski mendapatkan banyak pujian, film ini tak lepas dari kritik. Beberapa penonton mengungkapkan bahwa alur di babak pertama terasa lambat, dan karakter pendukung seperti Arum dan Samira belum sepenuhnya tergali dengan optimal. Dialog yang sesekali terdengar teatrikal juga mengingatkan pada gaya penuturan ala sinetron, yang mungkin terasa kurang realistis bagi sebagian penonton.

Namun, kelemahan tersebut tertutupi dengan kekuatan tematik yang jarang disentuh film Indonesia belakangan ini. Salah satu kekuatan utama Tabayyun terletak pada visual sinematiknya yang hangat dan atmosfer musikal yang kuat, berkat kehadiran original soundtrack dari Fabio Asher – ‘Tanpa Balasmu’, Anggis Devaki – ‘Lewat Semesta’, dan Nabila Ellisa – ‘Menaruh Hati Tanpa Hati-Hati’ sangat menggambarkan perjalanan emosional para karakter dalam film, mulai dari cinta yang tak terbalas, perjuangan hidup, hingga penerimaan akan masa lalu.
Selain itu juga pesan moralnya terasa relevan, terutama di tengah derasnya arus informasi palsu dan kecenderungan publik menghakimi tanpa klarifikasi. Ending Tabayyun yang terkesan idealis dan menyenangkan tetap mampu memberi kelegaan bagi penonton. Meski tidak sekelam kenyataan, penyelesaian kisah ini tetap memberi ruang untuk harapan dan penyembuhan.
Dengan semua elemen tersebut, Tabayyun hadir sebagai tontonan yang tak hanya menyentuh, tetapi juga menggugah kesadaran sosial. Sebuah refleksi penting tentang bagaimana seharusnya kita bersikap di tengah dunia digital yang sering kali menanggalkan empati./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk