PROBOLINGGO – Musik, alam, dan geliat ekonomi lokal menyatu harmonis di panggung terbuka BRI Jazz Gunung Series 1: Bromo 2025. Digelar di Jiwa Jawa Resort, kawasan pegunungan Tengger, Probolinggo, konser dua hari ini tak hanya menyajikan lantunan jazz yang meresap ke relung jiwa, namun juga mengalirkan manfaat ekonomi langsung ke pelaku UMKM lokal.
Lebih dari sekadar pesta musik, BRI Jazz Gunung Bromo Series 2025 menjadi ruang temu antara budaya, teknologi, dan pemberdayaan ekonomi kreatif. Sekitar 3.000 penonton datang menyaksikan konser yang berlangsung pada 25–26 Juli lalu, menciptakan gelombang kebutuhan yang menghidupkan pergerakan ekonomi warga sekitar, mulai dari penginapan, kuliner, hingga produk kerajinan.
Sigit Purnomo, pendiri Jazz Gunung, menyebut perhelatan ini sebagai bagian dari perjalanan panjang yang kini telah memasuki edisi ke-18. “Kami menyebutnya Jazz Gunung and Beyond, karena ingin meninggalkan dampak nyata bagi masyarakat. UMKM adalah bagian penting dari ekosistem ini,” ujarnya.

Tak kurang dari 30 pelaku UMKM dipilih untuk tampil dalam area bazar. Mereka menjajakan makanan tradisional, minuman hangat khas dataran tinggi, hingga cinderamata bernuansa lokal. Tak hanya hadir secara fisik, mereka juga dibekali dengan sistem transaksi digital lewat aplikasi BRIMO milik Bank Rakyat Indonesia (BRI).
“Dengan BRIMO, pelaku usaha bisa menerima pembayaran nontunai, mencatat transaksi secara real-time, dan memperluas jangkauan layanan mereka,” ungkap Wahyuningtyas Kurniawati, Regional Funding & Transaction Head BRI Regional Office Malang. Ia menambahkan bahwa solusi digital ini terbukti efektif: sejumlah UMKM mencatat omzet harian mencapai Rp150 juta selama dua hari gelaran berlangsung.
Fenomena ini menjadi bukti bahwa teknologi finansial mampu menjembatani pelaku usaha kecil dengan potensi pasar yang lebih besar, terlebih di era ketika generasi muda menjadi penonton dominan. “Gen-Z butuh yang serba cepat dan praktis. BRIMO menjawab kebutuhan itu, tanpa antre, tanpa repot, cukup scan QR,” kata Nia, sapaan akrab Wahyuningtyas.

Tak hanya konsumsi penonton, kebutuhan logistik para musisi dan kru pun disuplai oleh vendor lokal. Mulai dari katering hingga akomodasi, semua diarahkan agar manfaat ekonomi dari event ini tetap berputar di sekitar kawasan Bromo.
Lebih dari sekadar pertunjukan musik, BRI Jazz Gunung Series: Bromo kini menjelma sebagai mesin penggerak ekonomi berbasis komunitas. Ia menjadi panggung bagi UMKM untuk “naik kelas” dari usaha konvensional berbasis tunai menuju ekosistem ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan latar pemandangan alam yang memesona dan semangat kolaboratif antarpemangku kepentingan, Jazz Gunung terus membuktikan diri sebagai format festival musik yang berdampak. Sebuah simfoni dari nada, kabut, dan geliat ekonomi lokal yang berpadu indah di kaki Gunung Bromo./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk