Bukan sebagai nama baru di dunia musik Indonesia, band The Bakuucakar akhirnya merilis sebuah album dengan judul “Reformula”. Band yang digawangi oleh Andre Dinuth (gitar), Bonar Abraham (bass), Harry Anggoman (keyboard), Kenna Lango (hammond), Nicky Manuputty (saksofon), Rayendra Sunito (drum), dan Rifka Rachman (vokal utama dan sequencer), ini merupakan musisi-musisi handal yang sudah cukup lama berada di industri musik Indonesia.
Terbentuk sejak tahun 2008, The Bakuucakar sendiri dilatarbelakangi untuk menemani setiap penampilan Glenn Fredly dan sudah selama 12 tahun berkiprah diatas panggung.
Masing-masing personil bergabung bersama Glenn di rentang waktu tahun 2007 dan 2008, hingga pada pertengahan 2008, Rifka Rachman menjadi personil yang terakhir bergabung. Semenjak itu, The Bakuucakar berjalan dengan formasi 7 orang personal hingga hari ini.
“Pada saat itu kita enggak kepikiran bikin band ini punya nama khusus. Nama Bakuucakar juga dibuat spontan aja, yang artinya sebenarnya cakar-cakaran atau saling cakar. Saat kita ada show di Belanda bersama Glenn Fredly, dia bilang band ini harus punya nama dan karya sendiri, trus Bung Kenna sering sebut kata ‘Bakuucakar’. Glenn bilang ya udah itu aja namanya”, ucap Rayendra Sunito soal asal mula nama The Bakuucakar.
Menurut Bonar Abraham, berkonotasi saling cakar itu maksudnya dalam bermusik atau harmoni. Datang dengan latar belakang musik, karakter pribadi dan generasi yang berbeda-beda, The Bakuucakar coba menyatukan elemen-elemen dari masing-masing personil, sampai pada akhirnya bisa menemukan tujuan kita dalam bermusik
“Kita pun memiliki karakter yang justru saling berkontribusi dalam permainan musik The Bakuucakar. Jika yang satu memberikan ide, yang lain menyempurnakan ide tersebut. Demikian juga saat bermain diatas panggung, kita saling meng-explore, sering spontan bersahut-sahutan dengan instrumen musik yang kami mainkan”, tambahnya.
Berjalan bersama selama 14 tahun, kiprah band ini seakan tidak memberi sinyal tanda-tanda kelelahan dan justru semakin solid. Bahkan saat ditinggal selamanya oleh Glenn Fredly, The Bakuucakar tak kehilangan sedikitpun spirit dalam bermusik. Mereka memutuskan untuk terus menguat dan terus berkarya.
“Proses yang kita lalui tentu tidak mudah. Buat aku, sosok Glenn Fredly itu tidak bisa tergantikan. Tapi saat ini kita memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan sebagai satu band. Harus ada yang mengambil tanggung jawab di atas panggung, dalam hal ini peran sebagai frontman, jujur Rifka Rachman.
Untuk itu di tahun 2021, hadir di bawah payung label Musik Bagus Indonesia dan manajemen Bumi Entertainment, The Bakuucakar memutuskan untuk membuat lembaran cerita terbaru sebagai sebuah band dengan merilis 2 single di tahun yang sama yang berjudul ‘Bakuucakar’ dan ‘Love’.
Untuk menciptakan lagu-lagu di album ini, ke tujuh personil The Bakuucakar menjalani workshop tertutup di salah satu villa di kawasan Puncak-Bogor. Bersama-sama mereka meramu album ini untuk menjadi album yang bisa dinikmati penikmat musik Indonesia.
“Kita sepakat untuk menghabiskan waktu bersama beberapa hari disana untuk tulis lagu-lagu. Pokoknya apa yang terjadi disana, terjadilah. Lagu-lagu yang ada di album ini adalah yang tercipta saat itu. Kalo kita dengar, memang tidak terpaku pada satu genre musik. Ada juga lagu-lagu yang full instrumental. Tapi benang merahnya adalah apapun genre-nya, selalu ada jati diri The Bakuucakar di setiap lagu yang ada di album ini”, jelas Rayendra.
Ada 9 lagu yang mereka tawarkan yakni; ‘Bakuucakar’, ‘Merindu’, ‘Love’, ‘Generasi’, ‘Free Your Mind’, ‘Chiyembekezo’, ‘Memori’, ‘A Tear’ dan ‘Jalan-jalan’. Secara musikal, mereka menawarkan beragam jenis musik seperti Pop, Fusion, Jazz, Rap dan Funk yang enerjik. Semuanya hadir di album perdana ini dan hampir semua instrumen seolah bernyanyi dalam komposisi yang sama porsinya./ JOURNEY OF INDONESIA