JAKARTA – Lingkar Cendala baru saja melepas video klip dari single ‘Kaki Seribu’ yang diambil dari EP perdana mereka bertajuk “Manifesto Alegori Cendala”. Klip ini sendiri menyusul keberhasilan unit rock n roll asal Karawang ini pada video klip pertama mereka lewat single ‘Langkah Kidal’ pada tahun 2022 silam.
Digawangi oleh empat personel berkarakter kuat Desta Ericksen (vocal & gitar), Rifki Openg (gitar), Briansyah (bass), dan Septian Satriani (drum), sangatlah reliabel pada lagu-lagu yang tercipta. Bekerja sama dengan rumah produksi independen Sinema Pinggiran asuhan sutradara Allan Soebakir, penggarapan video klip lagu ini dilakukan di Hide in Hidden, Jakarta.
Konsep video klip menggabungkan image funky dari personel Lingkar Cendala, dengan usungan ide di ranah semiotika visual atas “belatung-belatung penggerogot”. Konsep tersebut diambil lantaran Allan Soebakir selaku sutradara ingin menjalin keselaranan visual dengan lirik bertema “politik” yang tersemat dalam single ‘Kaki Seribu’.
“Politik bagi gue hal yang jorok, gue menganalogikannya seperti belatung. Menggerogot daging tempat dia lahir dan tinggal, hingga menjadi bangkai dan tak tersisa. Menurut gue seperti itu ekosistem politik di negeri kita ini,” kata Allan dalam keterangannya.
Sementara Desta, gitaris, vokalis, sekaligus motor utama Lingkar Cendala menambahkan bahwa karya ini berkisah tentang tatanan sosial politik, di mana kapitalis birokrat selalu mempunyai cara untuk menindas kelas proletariat. “Semuanya terbentur oleh keadaan realita dunia yang makin hari semakin dikuasi oleh para pemodal licik yang menguasai segala sektor, yang membuatnya bagai seekor, Kaki Seribu,” tutur Desta.
“Judul lagu kaki seribu, visual video klipnya belatung terkesan tidak berkorelasi tapi gue enggak peduli, sama persis seperti politikus yang enggak peduli juga terhadap rakyatnya yang kesulitan padahal demo terjadi di mana-mana ye kan,” ucap dia.
Selain lirik lagu tersebut memiliki pesan yang cukup vokal dari kaum proletar kritis dengan diksi garang, musiknya terpatri atmosfer murka yang sengaja mereka tumpahkan pada setiap irama tegas melodi minor pentatoniknya.
“Berharap terus berkarya dengan gimik dan kekonsistenan yang sarkas dalam lingkar cendala,” tanggap Brian terhadap karya terbaru mereka ini./ JOURNEY OF INDONESIA