JAKARTA – Saatnya sekarang untuk menonton dan menyaksikan Java Jazz Festival nya ya? Tidak turun tangan lagi? Peter Frans Gontha (PFG) tersenyum sembari mengatakan, rasanya ia sudah bisa mempercayai sepenuhnya anaknya, Dewi Gontha, untuk memimpin penyelenggaraan festival tersebut. Kepercayaan itu sudah dia berikan dengan sadar, sejak beberapa tahun lalu. Teristimewa kala ia memperoleh tugas sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Polandia dari 2014 hingga 2019.
Saat ini, apa yang akan dilakukan seorang pebisnis, yang memasuki usia 77 tahun ini? Terhadap festival yang dibangunnya, dan mulai diselenggarakannya sejak tahun 2005 tersebut yang tanpa terasa sudah memasuki usia ke 20 tahun.
Semua bermula ketika PFG menelepon dan mengundang saya untuk datang ke kediamannya. Tidak ditanya lagi, untuk keperluan apa? Ada acara khusus apa? Pasti ada hal penting yang ingin dia sampaikan secara “khusus”. Dan, tentu saja adalah menjadi hal yang “baik dan bagus untuk kehidupan”, bagi orang yang diundang beliau.
Dan akhirnya diketahui, ketika memasuki studio pribadinya PFG sedang bermusik, ditemani para musisi, gabungan senior dan yang relatif “junior”. Bermusik lagi? Mengisi waktu santai, seperti yang sebelum ini ya? Perlu diketahui, karir musik seorang PFG memang memiliki catatan tersendiri. Musik pada akhirnya, tak lagi terlihat, hanya sebagai “hobby” semata. Apakah dirinya serius? Bagaimana tidak, ia bahkan sempat menghasilkan album rekaman kan?
Salah satunya adalah album Kolaborasi, dimana saat itu PFG bernyanyi duet dengan beberapa penyanyi yang di produseri Alm. Dodo Zakaria. Selain itu ada juga album dari Iga Mawarni yang dirilis tahun 1998, dua tahun sebelum album Kolaborasi dirilis. PFG tampil membawakan 1 lagu, berduet dengan Iga Mawarni, ‘Jangan Di Bibir Saja’.

Jadi di antara kesibukannya berbisnis, ataupun menjadi salah satu petinggi di berbagai perusahaan, sebutlah Bimantara dan Chandra Asriserta jaringan televisi swasta seperti RCTI misalnya, PFG masih memiliki waktu untuk bermusik. Waktu itu, seringkali PFG sendiri mengatakan ia senang banget bermusik. Menyanyi sambil main piano misalnya. Itu refreshingnya, diantara kepenatan dalam ikut mengurus berbagai perusahaan.
PFG, memulai karir “non musik”nya sebagai banker di Citibank, berlanjut ke American Express Bank for Asia. Yang lantas menghantarnya masuk di Bimantara Group, dan lantas duduk sebagai Vice President. Ia memang berasal dari keluarga pemusik. Ayahnya Victor Willem Gontha, dulunya juga aktif bermusik. Bermain bersama pemusik kenamaan seperti Bubi Chen, Jack Lesmana dan Maryono. Demikian pula dengan ibunya, Alice Sinsoe-Deij. Sehingga tak heranlah PFG, kelahiran Semarang, 4 Mei 1948 ini, akhirnya juga berkecimpung di musik.
Sampai pada tahun 2005, iapun menggelar Java Jazz Festival, sebuah jazz festival berskala internasional bertempat di Balai Sidang Senayan (Jakarta Convention Centre). Ini merupakan konsep jazz festival hasil pemikirannya. Ia berjalan sendiri, setelah sebelumnya sempat ikut mendukung JakJazz, Jakarta International Jazz Festival (sebelum tahun 2000-an, bersama mendiang Ireng Maulana).
Ia mengenang, saat itu ia serius mengadakan festival tersebut. “Tapi saya pikir, ya mungkin hanya akan berjalan 3 atau 4 tahun saja”. Lanjutnya lagi, paling lama mungkin 5 tahun deh begitu. Eh ternyata bisa jalan terus. Tentu saja, ada banyak pihak yang mendukung, yang memungkinkan Java Jazz Festival bisa terus berjalan rutin sebagai agenda tahunan, hingga saat ini.
“Ya saya menjalankannya dengan terutama di dukung putri saya, Dewi Gontha. Dan kini Dewi sudah bisa menjalankannya sendiri. Ia didukung tim yang solid dan sangat memadai dalam menyelenggarakan festival jazz sebesar Java Jazz”, ungkap PFG.
Lalu, PFG tetap mendukung Java Jazz Festival dong? Tentu saja. “Saya tetap monitor dari kejauhan. Kalau diminta saran, baru saya bantulah. Saat ini saatnya saya menikmati Java Jazz Festival, menontonnya selama 3 hari penyelenggaraannya. Bertemu banyak orang. Dan, bermusik lagi”, terang PFG sambil senyum lebar.
Sebelum ini, PFG acapkali tampil bernyanyi dan bermusik pada beberapa edisi Java Jazz Festival. Tapi tahun ini, PFG tampak “lebih serius” dengan menyiapkan sebuah grup band baru, memimpin, memilih para musisi dan mengatur song-list yang akan dimainkan bandnya itu.

Lewat nama PFG & The Groove Syndicate, ia mengajak para musisi muda seperti Tiyo Alibasyah (gitaris, ikut mengkoordinir band ini), Dave Rimba (drums), Rio Fritz Torang (keyboard) dan ada Damez Nababan, saksofonis, yang sekaligus menjadi guru saxophone dari PFG. Ada juga Musisi senior, Teffy Mayne (keyboard), serta bassis kawakan, Jeffrey Tahalele. Kali ini PFG memang menjadi lead-vocalist dengan didampingi oleh Pinky Safira dan Judy Kartadikaria. Pinky adalah vokalis jazz wanita yang telah malang melintang di panggung jazz, terutama di clubs atau café sejak 1990-an.
Ia pernah dikenal sebagai vokalis yang selamat dari serangan bom teroris di kota Amman, Jordania. Ledakan bom bunuh diri itu terjadi pada 9 Oktober 2005, menewaskan bassis jazz, Perry Pattiselanno. Beruntunglah Pinky, juga pianis Sukat Puspaningrat, yang ikut bermain saat itu, selamat. Hanya mengalami luka-luka. Sementara itu vokalis cowok, Judy Kartadikaria, sebenarnya lebih dikenal sebagai penyanyi pop-rock. Ia kini bergabung dengan kelompok rock, Cockpit, selain juga kerapkali menjadi vokalis kelompok pop rock, Colors Band.
PFG & The Groove Syndicate adalah kelompok musik yang tujuannya menghibur banyak orang. Pilihan musiknya, lebih banyak yang medium beat, ada juga yang terasa danceable. “Kami memainkan lagu-lagu dari Incognito, Shakatak misalnya. Pokoknya lagu-lagu yang lebih kental suasana groove nya. Memang grup yang pengennya mengajak orang goyang, bersenang-senang, setiap tampil,” terang PFG lagi.
Akhirnya… memang menarik bahwa PFG kemudian lebih memilih “back to the stage, for sure”, dan tampil “try out” di acara Press-Conference Java Jazz Festival. Selain penampilan di salah satu lounge di sebuah hotel di Selatan Jakarta, PFG memang terlihat bersukacita. Terasa betul jika dirinya menjadi lebih sehat dan segar.
So, good luck, meneer PFG. This is the time for you to listening, sitting, enjoying and… groovin’, isn’t this? Sukses selalu. Dan salam sehat, chief…. / JOURNEY OF INDONESIA | Gideon Momongan