JAKARTA – Malam puncak BNI Java Jazz Festival 2025 pada Minggu, 1 Juni 2025, menjadi momen bersejarah yang menutup festival tiga hari itu dengan penuh kemegahan. Semua mata tertuju pada Raye, penyanyi asal Inggris yang kini sedang berada di puncak kariernya. Bertempat di BNI Hall, JIExpo Kemayoran, RAYE menyuguhkan pertunjukan yang bukan hanya musik, tetapi juga perjalanan emosional yang menghipnotis ribuan penonton.
Sekitar pukul 20.00 WIB, RAYE melangkah ke panggung dalam balutan gaun satin pink yang berkilau. Tak memakai alas kaki dan hanya berbekal mikrofon kabel yang dikalungkan di pundaknya, ia membuka penampilan dengan ‘Oscar Winning Tears’, lagu yang pernah dibawakannya di ajang Grammy ke-67. Suasana langsung syahdu dan menggugah rasa.

“Aku suka duduk saat menyanyikan lagu ini,” ucapnya sebelum membawakan ‘Five Star Hotels’, karya dari album debutnya My 21st Century Blues (2023). Lagu ini ia suguhkan dengan kelembutan sekaligus kekuatan emosional, membuka cerita-cerita pribadi yang menjadi tema besar penampilannya malam itu.
Tidak hanya tampil memukau, Raye juga menyelipkan narasi yang menyentuh di balik setiap lagu. Dalam ‘Mary Jane’, ia menyatu dengan tiupan saksofon yang menyayat, menciptakan nuansa jazzy yang memikat. “Addiction. What a fine subject,” ujarnya dengan senyum getir, menandai lagu tersebut sebagai pengakuan atas pengalaman kelam yang menjadi inspirasi.
Namun puncak emosi terjadi kala ia membawakan ‘Ice Cream Man’, lagu yang ia dedikasikan sebagai bentuk keberanian melawan trauma. “This song limbo the darkest time in my life. I’m a strong woman,” katanya penuh keyakinan.

Tak sanggup menahan semburat kesedihan, sambil berkaca-kaca, ia menyampaikan pesan mendalam: “I pray that you don’t relate to this song,” sebutnya sehingga membuat penonton pun terdiam, larut dalam suasana haru yang tercipta.
Menolak batas antara artis dan audiens, Raye bahkan turun dari panggung saat menyanyikan lagu legenda ‘It’s a Man’s Man’s Man’s World’. Ia duduk di tepi panggung sambil. Aksi ini sontak disambut tepuk tangan dan sorakan. Momen tersebut membuktikan bahwa RAYE bukan sekadar tampil, tapi hadir secara penuh—dengan hati dan jiwanya.
Selepas nuansa emosional yang mendalam, Raye mengajak penonton berdansa lewat lagu-lagu enerjik seperti ‘Secrets’ dan ‘Black Mascara’, menciptakan suasana seperti klub malam di tengah festival jazz. Namun penutupan paling eksplosif tentu saja datang dari ‘Escapism’, lagu yang sempat memuncaki tangga lagu Inggris dan Billboard Hot 100. Irama kuat, vokal megah, dan semangat membara menutup pertunjukan dengan standing ovation.

“Terima kasih karena telah memberikan kebahagiaan dan energi kalian malam ini. Aku akan kembali,” ucapnya sambil meninggalkan panggung, diiringi gemuruh sorakan dan permintaan encore dari penonton.
Penampilan Raye di BNI Java Jazz Festival 2025 adalah lebih dari sekadar konser. Ia menyatukan seni bercerita, kejujuran emosi, dan keberanian tampil apa adanya di hadapan ribuan orang. Ia tidak hanya menyanyikan lagu, tetapi menghidupkan maknanya. Raye berhasil menjadikan malam itu sebagai panggung pengakuan, pemulihan, dan perayaan keberanian seorang perempuan.
Tak heran jika performanya disebut sebagai salah satu penampilan paling mengesankan sepanjang sejarah Java Jazz Festival. Sebuah pertunjukan yang bukan hanya didengar, tapi juga dirasakan—hingga ke relung hati./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk