JAKARTA — Pesta musik lintas generasi paling ikonik di Indonesia, Synchronize Fest 2025, kembali menyapa para pecinta musik Tanah Air dengan pengumuman lineup perdana yang dipenuhi kejutan. Bertempat di Gambir Expo, Kemayoran, festival ini akan digelar selama tiga hari penuh, yakni pada 3–5 Oktober 2025, dengan menghadirkan kolaborasi lintas genre, era, hingga budaya, di bawah tema yang menggugah: #SalingSilang.
Di antara jajaran nama yang telah diumumkan, ada sederet musisi legendaris dan talenta baru yang mencuri perhatian. Salah satunya adalah Elvy Sukaesih, sang ratu dangdut, yang akan kembali berkolaborasi dengan band legendaris asal Jepang, Tokyo Ska Paradise Orchestra, menghadirkan momen langka yang merayakan musik tanpa batas negara dan genre. Penampilan ini menjadi simbol kuat semangat kolaboratif yang diusung Synchronize Fest tahun ini.
Nama Hindia, alias Baskara Putra, juga kembali menjadi salah satu daya tarik utama. Ia tak hanya tampil solo, tetapi juga bersama band-band yang ia bentuk, seperti .Feast dan Lomba Sihir. Hindia juga siap membawa pengalaman spiritual dan musikal yang berbeda lewat kolaborasinya bersama Yogyakarta Hadroh Clan, memadukan pop kontemplatif dengan nuansa islami dalam balutan hadroh yang khusyuk.
Festival ini juga memberi ruang bagi ekspresi budaya urban yang kuat lewat nama-nama seperti Asep Balon, rapper asal Majalaya yang terkenal dengan hip-hop berbahasa Sunda bernuansa satir, serta K3BI, yang datang membawa energi eksploratif dari musik hip-hop eksperimental Indonesia Timur.
Tak kalah menggugah, kolaborasi antara Avhath, band black metal dari Jakarta, dan Kuntari, musisi eksperimental asal Bandung, menjadi salah satu yang paling ditunggu. Mereka akan membawakan karya dari mini album Ephemeral Passage, sebuah perjalanan suara gelap penuh eksplorasi bunyi etnik dan atmosferik.
Synchronize Fest 2025 juga menyuguhkan nostalgia manis lewat proyek Centil Era, yang menggandeng deretan ikon pop dari era 2000-an seperti T2, Duo Maia, Shanty, hingga Aura Kasih, dalam satu panggung yang penuh warna dan semangat playful. Mereka akan tampil bersama dengan dukungan format unik dari Oomleo Berkaraoke, yang menambah sentuhan jenaka dan interaktif bagi penonton.
Nama-nama besar lainnya seperti Bernadya, dengan rekor streaming luar biasa di Spotify, serta Gusti Irwan Wibowo (Gustiwiw) yang dikenal sebagai produser jenius di balik karya-karya Ardhito Pramono dan Sal Priadi, turut memperkaya warna festival tahun ini.
Tak ketinggalan, JKT48, grup idol fenomenal yang selalu membawa fanatisme tersendiri, juga akan hadir dengan konsep pertunjukan spesial yang masih dirahasiakan. Kehadiran mereka akan menjadi penyeimbang antara segmen pop mainstream dan musik alternatif yang menjadi ruh Synchronize Fest.
Salah satu daya tarik yang paling dinanti adalah pertunjukan “Musik dari Rangga & Cinta”, proyek spesial hasil kolaborasi dengan Miles Films. Setelah sukses membawakan konser musikal “Petualangan Sherina” pada tahun 2023, tahun ini panggung akan diwarnai romansa dari semesta film “Ada Apa Dengan Cinta?”, bersamaan dengan perilisan film terbaru Rangga & Cinta yang tayang Oktober 2025.
Kenya, band hardcore asal Bali, menjadi perwakilan dari skena musik keras dan berani. Mereka menorehkan sejarah sebagai band Indonesia pertama yang akan tampil di Outbreak Fest 2025 di Inggris. Sementara itu, band pop HIVI!, dengan lagu-lagu cinta yang lembut dan penuh nostalgia, akan memikat penonton dengan hits-hits mereka yang sudah akrab di telinga generasi muda.
NDX AKA, duo hip-hop dangdut dari Yogyakarta, juga kembali meramaikan panggung utama dengan warna musik yang dekat dengan rakyat dan sarat emosi, membuktikan bahwa genre apapun layak mendapat tempat di festival ini.
Synchronize Fest 2025 bukan sekadar festival musik, melainkan perayaan budaya lintas zaman yang menyatukan semua elemen—pop, dangdut, metal, jazz, hip-hop, hingga religi—dalam satu panggung yang inklusif dan penuh kejutan.
Tiket Synchronize Fest 2025 kini sudah bisa dipesan melalui platform daring resmi mereka. Jangan lewatkan pengalaman musikal yang tak hanya mendengarkan, tetapi juga merayakan keberagaman suara Indonesia./ JOURNEY OF INDONESIA | Morteza