JAKARTA — Java Jazz Festival 2025 resmi membuka tirai perayaan 20 tahunnya dengan kemegahan yang sulit ditandingi. Sejak pukul empat sore, 11 panggung di JIExpo Kemayoran mulai berdenyut, menampilkan lebih dari 50 pertunjukan lintas genre dan generasi dalam satu malam yang penuh warna.
Hari pertama festival dibuka tepat pada pukul 16.15 WIB dengan penampilan secara serempak oleh Rahmania Astrini di Cimory Hall, Ear Sun di Wonderfull Indonesia Stage dan TADI di Zurich Syariah Hall, dan langsung saja menarik perhatian bagi penonton yang di dominasi kalangan muda untuk tak melepas para idola mereka.
Apalagi panggung Rahmania Astrini yang paling banyak menyedot animo. Tampil mengenakan kemeja putih, Rahmania Astrini tampak percaya diri, sekaligus anggun. Alunan musik jazz pop yang dibawakannya terasa intim menawarkan kelembutan yang tidak kehilangan daya pukau. “Aku senang tahun ini bisa manggung di Java Jazz Festival. Dan ini adalah panggung solo pertamaku di festival ini,” ucap Rahmania dari atas panggung, dengan mata berbinar.
Di tengah deretan nama-nama besar yang meramaikan festival, kehadiran Astri menjadi catatan tersendiri. Ia membawakan beberapa lagu orisinal seperti ‘Good Night Kiss (In December)’, ‘When You Were Mine’, ‘Runaway’, hingga ‘Finally Found You’, ‘Stickwitu’ yang mendapat sambutan meriah dari penonton. “Biasanya aku masih sering bawain lagu dari penyanyi lain. Tapi kali ini, aku berpikir sudah waktunya buat memperkenalkan lagu karangan ku sendiri dan semoga bisa menghibur kalian semua,” katanya dan disambut tepuk tangan.
Sementara itu, musisi Indonesia yang juga sering menyedot perhatian pengagumnya adalah Andien yang membawakan repertoar-repertoar terbaiknya. Lalu kehadiran pasangan Endah N Rhesa yang tampil agak berbeda. Menyebut dengan nama Endah N Rhesa Extended, keduanya tampil dengan format lengkap yang lebih dinamis dan mengeksplor banyak inovasi bebunyian. Diisi oleh Jessi Mates (drums), Restha Wirananda (keyboard), dan Agustin Oendari serta Irene Edmar (backup vocals).
Selanjutnya di panggung Java Jazz Stage hadir RAN feat. Horns Star Big Band Rick Karnadi menyajikan pesta brass section yang enerjik. Sementara itu, Jakarta Drum School All Stars bersama Cakra Khan dan Balawan mempersembahkan “Reinterpretation The Beatles”, mengawinkan pop legendaris dengan sentuhan etnik dan improvisasi jazz. Begitu juga dengan PFG & The Groove Syndicate yang menghadirkan nomor Acid Jazz, Jazz Funk dan Fusion. Ini adalah band yang bikinan Peter F Gontha yang menggandeng para musisi berbakat seperti talented artists like Pinky Safira, Judy Kartadikaria, Tiyo Alibasyah, Dave Rimba, Rio Fritz Torang, Teffy Mayne, Damez Nababan, and Jeffrey Tahalele.
Kehadiran Wijaya 80 yang dimotori oleh Ardhito Pramono (vocals/keytar), Erikson Jayanto (keyboard-synth), and Hezky Joe (vocals/guitar). Mengusung style 80 an, Wijaya 80 mampu menghadirkan beberapa single seperti ‘Anak Muda’, ‘Seharusnya Aku’, ‘Pemain Lama’, and the hit ‘Terakhir Kali” propelled Wijaya 80 to the top of digital streaming and radio charts. The album, officially ‘Jangan Datang Lagi / Outtakes’, and ‘Masih Ada Kamu’,
Panggung utama yang langsung menyedot perhatian adalah hadirnya Jacob Collier, virtuoso multi-instrumentalis asal Inggris ini akhirnya kembali ke Jakarta dan membayar rindu setelah terakhir kali tampil di Java Jazz 2016. Collier tampil dalam rangkaian tur “Djesse World Tour”. Tur ini menjadi satu-satunya show di Asia Tenggara di tahun 2025 dan menjadi sebuah momen langka yang membuat ribuan penonton larut dalam eksplorasi musikalnya yang nyaris tanpa batas.
Sajian pure jazz juga dihadirkan kolaborasi BPM (Brian Bromberg, Paul Brown, Michael Paulo) yang sajikan jazz klasik yang kaya nuansa. Lalu ada Jane Monheit bersama Ron King Big Band mampu menghipnotis penonton dengan vokal lembut dan aransemen megah. Di sisi lain, gitaris legendaris Lee Ritenour juga mampu panaskan panggung dengan petikan blues-jazz yang eksplosif, menandai malam penuh nostalgia dan inovasi.
Belum lagi kehadiran Justin Lee Schultz, Jesus Molina, Michael Mayo, Munir Hossn & Elas, hingga Yun Seok Cheol Trio memperlihatkan bahwa Java Jazz adalah rumah bagi talenta dunia. Dengan penampilan yang memukau di hari pertama, Java Jazz Festival 2025 menjanjikan pengalaman musik yang tak terlupakan bagi para pengunjung selama tiga hari ke depan. Bagi pecinta musik jazz dan genre turunannya, festival ini menjadi destinasi yang wajib dikunjungi./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk
