JAKARTA – Drama musikal bertajuk Ramayana The Musical sukses digelar di Gedung Kesenian Jakarta pada Jumat, 2 Februari 2024. Pertunjukan yang disutradarai dan ditulis oleh Mikail Edwin Rizki, seorang remaja yang juga bertindak sebagai pemeran. Selain Mikail, Ramayana The Musical juga menghadirkan pemain lain seperti Irwan Adhy Rusmantyo, Ari Raditya Widinugroho, dan Asti Oktavia Andayani.
Tak melulu menghadirkan nuansa tradisional, di dalam karya Ramayana The Musical, Mikail coba menggabungkan unsur wayang dengan unsur broadway sehingga anak-anak muda bisa merasa dekat dengan pertunjukannya. “BroadWayang adalah tajuk pertunjukan wayang orang yang dikemas dengan musical theatre standar pertunjukan Broadway. Tujuannya agar gampang mengenalkan wayang ke anak-anak muda,” ungkap Mikail di Jakarta seusai melakukan latihan terakhir kisah Ramayana ini.
Melibatkan sekitar 100 penari terlatih dari kelompok wayang orang Bharata, Swargaloka dan sanggar seni lainnya, pentas ini menjadi bagian dari usaha pengembangan wayang. Sehingga harapannya membuat peran pentingnya disadari oleh lapisan masyarakat terutama generasi z dan milenial.
Mikail juga menjelaskan jika dirinya sudah mempersiapkan konsep cerita ini sejak Agustus 2023 lalu. Disitu dirinya mulai mengolah cerita dan melakukan diskusi dengan sang Ayahanda serta beberapa pelatih tari wayang profesional. “Saya juga merujuk kepada beberapa pelatih tari dan penata musik. Disini kami memang melibatkan pelatih tari dan musik yang sudah berpengalaman dari wayang barata,” ungkap Mikail.
Mikail melanjutkan bahwa wayang orang sudah memiliki pakem sendiri. “Nah disini saya benar-benar mencoba keluar dari pakem tersebut, dengan memasukkan sajian modern seperti menghadirkan unsur ballet, hip hop, ataupun pop. Sementara untuk musik, saya menggabungkan beberapa alat musik, tak hanya gamelan tapi juga seluruh instrument modern seperti bass, gitar, drum dan keyboard serta DJ set juga untuk memasukkan unsur modern sesungguhnya. Ini lumayan challange dan jarang dilakukan sebelumnya”, akunya.
Sementara untuk proses latihannya sendiri, Mikail mengaku tidak membutuhkan waktu lama. “Kita baru latihan sejak Januari 2024 awal. Dimulai dengan proses rekaman atau membuat musik. Kemudian dipertengahan Januari kita baru mengulik tarian dan koreo, dan sampai di H-5 kita sudah bisa menggabungkan itu semua menjadi sebuah sajian utuh”, ungkap Mikail.
Untuk memotong waktu dari proses panjang persiapan Ramayana The Musical ini, Mikail dan tim kreatif sengaja menyertakan para penari tradisi profesional, salah satunya adalah Asti Oktavia Andayani.
“Ini menjadi tantangan sendiri bagi kami”, ungkap Asti yang mengambil peran sebagai Dewi Shinta. Ia menjabarkan bahwa sebagai penari dirinya mencoba bagaimana menyatukan rasa Jawa dengan rasa Broadway (modern).
“Apalagi disaat masa transisi dari konsep modern ke tradisi atau sebaliknya. Disini butuh rasa yang khusus agar tarian yang disajikan bisa ditampilkan secara smooth. Ini menjadi tantangan terberat di tiap adegan, tapi kami mampu menyelesaikannya” ujar penari berwajah manis ini.
Mikail sendiri mengaku sudah menggemari dunia wayang sejak kecil. Melalui pertunjukan semacam ini, dia ingin menunjukkan jika masih banyak anak muda yang peduli dengan seni tradisional asal Indonesia. “Dengan generasi muda yang terus mendapat ruang ekspresi yang positif, kita bisa menyiapkan langkah edukasi sosial dan kultural yang menghadirkan manusia-manusia baru yang berkepribadian, beradab dan berbudaya,” ungkapnya.
Menurut Irwin, sang Ayahanda, talenta yang dimiliki oleh Mikail adalah sesuatu yang luar biasa. Sehingga dirinya tak sanggup menolak ketika Mikail menyodorkan konsep pertunjukan tradisional modern kisah Ramayana dari sudut berbeda.
Tidak melulu menampilkan cerita Rama & Shinta, namun lewat sudut tokoh Lesmana, penonton diajak merenung tentang nilai-nilai seperti penghormatan kepada yang lebih tua, tenggang rasa, serta kesetiaan dan pengabdian. Lesmana menjadi representasi proses pembelajaran tentang makna-nilai di sekitar kita. Dengan kreativitas sebagai senjata utama, “Kesaksian Sang Brahmacari” menjadi bagian dari proyek edukasi nilai seni dan sains di Erudio Indonesia.
Pentingnya pelestarian wayang sebagai warisan budaya juga ditekankan dalam pertunjukan ini. Wayang bukan hanya sebuah pertunjukan, tetapi seni pertunjukan lengkap yang memadukan estetika, etika, teknik presentasi, dan konteks sosio-kulturalnya. Cerita Ramayana dipilih karena memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam penggarapan dan pemaknaan.
Melalui “Ramayana the Musical,” Mikail Edwin Rizki memberikan wahana dan sarana bagi para pemainnya untuk berekspresi, berdialektika, dan berwacana secara kreatif, estetis, dan etis. Dengan demikian, pertunjukan ini tidak hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga menjadi bagian dari pembentukan pribadi dan karakter generasi muda./ JOURNEY OF INDONESIA