JAKARTA — Perayaan Hari Ulang Tahun ke-496 Kota Jakarta tahun ini makin meriah dengan hadirnya Acaraki Jamu Festival 2025, sebuah perayaan budaya yang menyatukan warisan leluhur, semangat generasi muda, dan gaya hidup urban masa kini. Diselenggarakan pada 22 Juni 2025 di Sarinah Thamrin, festival ini menjadi panggung bagi transformasi jamu dari sekadar ramuan tradisional menjadi ikon gaya hidup sehat yang modern, kreatif, dan fashionable.
Mengusung tema Where Tradition Meets Couture: A Cultural Fashion Design Showcase, festival ini bukan hanya sekadar selebrasi, namun juga momentum penting dalam mengangkat kembali kejayaan jamu sebagai identitas budaya Indonesia.

Hadir dalam berbagai bentuk kegiatan yang relevan bagi generasi milenial dan Gen Z, Acaraki Jamu Festival menyuguhkan beragam acara menarik seperti fun walk tematik parade mbok jamu gendong yang diikuti sekitar 600 peserta. Lalu ada kompetisi permainan tradisional, serta pameran kebaya kontemporer rancangan desainer muda. Para finalis dari kompetisi ini akan mendapatkan kesempatan menampilkan karyanya dalam pertunjukan busana eksklusif pada Juli 2025.
Festival ini digagas oleh Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu) dan didukung oleh Acaraki, pelopor edukasi jamu modern, serta Larutan Penyegar Cap Badak, brand legendaris minuman pereda panas dalam yang telah menemani keluarga Indonesia selama puluhan tahun.
“Jamu itu lebih dari sekadar minuman, ia adalah filosofi menjamu yakni menyambut, menyegarkan, dan menghangatkan,” ujar Jony Yuwono, Ketua GP Jamu. Ia menekankan bahwa jamu dan fashion sama-sama mencerminkan identitas budaya. Saat keduanya dipadukan, bukan hanya tradisi yang diperlihatkan, tapi juga cara baru menjamu dunia melalui gaya hidup yang membumi dan membanggakan.

Tak hanya kompetisi fesyen, Acaraki Jamu Festival 2025 juga menghadirkan ragam aktivitas interaktif yang menjangkau lintas usia dan latar belakang. Mulai dari 2,5K Fun Walk Jamu Gendong, permainan tradisional nusantara, pameran kebaya kontemporer, hingga workshop alih aksara Jawa dan Acaraki Live Brewing, festival ini sukses menjadi ruang dialog antara masa lalu dan masa depan.
Bahkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI memberi apresiasi tinggi. Deputi Pemasaran Kemenpar, Ni Made Ayu Marthini, menyebut bahwa jamu kini bukan hanya warisan budaya, tetapi juga bagian strategis dari sektor wellness tourism yang tengah berkembang pesat.
“Pariwisata masa kini adalah soal pengalaman otentik. Jamu memberi kita nilai, rasa, dan cerita yang tidak bisa ditemui di tempat lain. Ini bukan cuma tentang promosi, tapi bagaimana jamu jadi gaya hidup yang relevan untuk Gen Z dan milenial,” ungkap Ni Made.

Festival ini mengajarkan bahwa “menjamu” tak melulu soal minuman—melainkan cara menyambut tamu dengan penuh makna, merayakan identitas, dan menciptakan pengalaman budaya yang utuh. Maka tak heran jika Acaraki Jamu Festival 2025 juga menjadi medium edukatif dan inspiratif dalam mengenalkan jamu kepada publik urban yang haus akan koneksi spiritual, tradisi, dan kesehatan alami.
Dengan kehadiran juri ternama seperti Ichwan Thoha di kompetisi fashion serta kolaborasi lintas sektor yang solid, Acaraki Jamu Festival menjadi simbol baru bagaimana tradisi bisa tampil elegan dalam format kekinian. Festival ini bukan hanya ajang perayaan, tapi juga manifestasi dari revitalisasi budaya Indonesia melalui rasa, rupa, dan sikap.
Acaraki Jamu Festival 2025 berhasil membuktikan bahwa di tengah gemerlap kota metropolitan, ada ruang untuk merayakan akar budaya dengan cara yang segar, inklusif, dan membanggakan. Sebuah festival yang menjamu bukan hanya tubuh, tetapi juga menjamu jiwa dan identitas bangsa./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk