JAKARTA – Dipenghujung Desember 2023 ini, sejumlah wartawan dibawah PWI Seksi Film dan Musik, dihadapkan pada suatu diskusi yang menghadirkan Deddy Mizwar (Ketum PPFI), Lola Amaria (Produser dan Sutradara Film), Reza Rahadian (Mantan Ketua Komite FFI) dan Gunawan Panggaru (Ketua BPI), serta dimoderatori Ketua PWI Seksi Film dan Musik, Benny Benke (22/12), bertempat di The Groove Suite, Kawasan Epicentrum, Rasuna Said, Kuningan, Jakarra Selatan.
Namun sayangnya, baik Deddy Mizwar selaku Ketum PPFI, Reza Rahadian selaku Mantan Ketua Komite FFI tiga tahun sebelumnya, dan Gunawan Panggaru selaku Ketua BPI berhalangan hadir. Namun diskusi terus berlanjut dengan para pembicara diantaranya Dosen IKJ, Nurman Hakim kandidat Doktor, Akhlis Suryapati Wartawan yang juga Ketua Sinematek Indonesia, dan Lola Amaria selaku Produser dan Sutradara Film.
Diskusi publik bertajuk “Siapa Ketua Penyelenggara FFI tahun 2024 dan Tiga Tahun Berikutnya” tersebut masih berkutat pada bagaimana Sistem Tahapan Penjurian di FFI yang sesungguhnya yang dapat menghasilkan film film Indonesia yang layak secara teknis maupun komersial sebagai cermin perkembangan film Indonesia.
Lantaran, Sistem Tahap Penjurian yang kerap berubah ubah itu, konon kabarnya sarat, dengan adanya ‘Kepentingan Sejumlah Pihak’ itu, yang semakin menjauhkan film film Indonesia pemenang jauh dari penghargaan perfilman baik di tingkat Regional, Asia Pasifik, apalagi penghargaan perfilman internasional seperti Oscar.
Tak heran bila, Akhlis Suryapati dalam catatannya bersikeras untuk mengembalikan FFI pada khittahnya, menuju perubahan yang sesungguhnya dengan mengembalikan suasana kebatinan serta buah pemikiran para pencetusnya seperti Usmar Ismail dan Jamaluddin Malik, pada saat embrio event ini dimunculkan. Semangat itulah yang coba ditawarkannya demi menjaga ‘Kedaulatan Masyarakat Perfilman’ pada Festival Film Indonesia.
Semua memang kembali pada wadah sesungguhnya FFI, setelah perjalanan penyelenggaraan FFI yang sudah jauh mengakar pada masyarakat perfilman Indonesia hingga saat ini, hingga di periode terakhir pelaksanaannya yang dikawal oleh Reza Rahadian, seorang aktor film langganan Piala Citra ini.
Sementara Lola Amaria, selaku Produser dan Sutradara Film, lebih menekankan pada sisi ‘keadilan’ pada penyelenggaraan FFI, disamping pola penjurian yang semakin transparan, dan berkualitas, yang masih menjadi PR Besar FFI untuk menghasilkan Film Pilihan yang menang dalam FFI. Dan terkait ‘Aturan Kebijakan Pemerintah dan Swasta’ yang melingkupi dunia perfilman di Indonesia.
Sedangkan, Dosen IKJ, Nurman Hakim yang tengah mengambil kandidat Doktor ini, justru berdasarkan riset dan pengalamannya ingin membuka kembali ‘Second Chance’ bagi Festival Film Indonesia untuk merevitalisasi dirinya sebagai ajang perfilman bergengsi tanah air melalui Musyawarah Masyarakat Perfilman terkait FFI ini.
Semacam rembuk Nasional yang dihadiri semua elemen masyarakat perfilman Indonesia termasuk wartawan didalamnya, untuk mewujudkan Film Nasional yang mampu bersaing di kancah perfilman global dunia, papar Nurman Hakim. Tentunya peran pemerintah tak bisa diabaikan didalamnya, mengingat Film adalah bagian dari produk kebudayaan sebuah bangsa.
Sedangkan dari catatan, jurnalis Ginting Bharata Sawunggaling, nampaknya perlu juga diwacanakan pentingnya kehadiran Satgas Mafia Perfilman Nasional, yang menjadi bagian dari menjaga Marwah FFI.
Selanjutnya, bagi Didang Prajasasmita, seorang jurnalis yang banyak menyoroti dunia perfilman, lewat sambungan teleponnya mengungkapkan bahwa sangat menghormati sekali keinginan forum diskusi ini untuk mengembalikan FFI kepada khittah-nya dan dimulainya sebuah Musyawarah Nasional Masyarakat Perfilman Indonesia terkait FFI itu. Bahkan sekaligus mendorong Ketua PWI Seksi Film dan Musik, untuk berkiprah lebih jauh lagi untuk mewarnai dalam gelaran ini di tahun tahun mendatang.
Dan sebagai catatan penting dipenghujung diskusi publik ini, bahwa Ketua PWI Seksi Film dan Musik, Benny Benke, menggarisbawahi bahwa Musyawarah Nasional Masyarakat Perfilman Indonesia terkait FFI dapat menjadi pintu masuk untuk penyelenggaran yang lebih baik lagi.(tjoek)/ JOURNEY OF INDONESIA