BOROBUDUR – Taman Lumbini di kawasan Candi Borobudur, Jawa Tengah, akan menjadi saksi gelaran istimewa bertajuk Festival TRIDAYA Mandala Borobudur 2025 yang berlangsung selama tiga hari, mulai 23 hingga 25 Juni 2025. Acara ini tak sekadar menjadi perayaan budaya, tetapi juga ruang reflektif spiritual dan ekologi, menghadirkan harmoni antara manusia, alam, dan nilai-nilai luhur Nusantara.
Diselenggarakan oleh Mahajava Aksata dan Commvnal Coffee bersama dukungan masyarakat lokal, festival ini membawa semangat tiga dimensi kehidupan spiritualitas, kemanusiaan, dan kesadaran ekologis, yang diramu melalui filosofi mandala Candi Borobudur. Sebuah ajakan untuk menimbang kembali hubungan manusia dengan semesta.
Setiap hari dalam festival ini dikurasi secara tematik. Hari pertama, 23 Juni, akan dibuka dengan Doa Lintas Agama dan Sarasehan Spiritualitas, menghadirkan sejumlah pemuka lintas iman dan pemikir terkemuka seperti Romo Franz Magnis-Suseno, KH. Ahmad Mustofa Bisri atau KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha’) (dalam konfirmasi), Bhikkhu Ditthisampanno Mahathera, dan budayawan Jawa Ki Radyo Harsono. Sesi ini juga akan disertai kegiatan bersih-bersih sungai dan penanaman pohon di kawasan Borobudur yang diberi tajuk Sambang Urip Bumi Sambhara.
Momentum budaya semakin terasa pada 24 Juni, ketika peragaan busana batik khas Borobudur, kompetisi kopi tradisional, dan sarasehan nasional bertema “Pariwisata Berbasis Identitas dan Budaya Lokal” digelar. Malam harinya, musik indie akan menghiasi langit Magelang, mempertemukan generasi muda dengan warisan budaya yang terus hidup.
Hari terakhir, 25 Juni, menjadi puncak dari segala daya cipta lokal. Festival Karya Tridaya akan menampilkan hasil kerajinan tangan, batik, produk ekologis, pawai hasil bumi, serta kuliner UMKM yang mewakili kekayaan cita rasa lokal. Ditutup dengan sendratari Borobudur, pertunjukan ini akan merayakan nilai-nilai luhur melalui ekspresi seni tradisi.
Tidak hanya menghadirkan peserta dari Magelang dan kawasan sekitarnya seperti Purworejo, Wonosobo, dan Kebumen, festival ini juga akan melibatkan perwakilan dari Jakarta dan berbagai daerah prioritas pariwisata nasional: Labuan Bajo, Danau Toba, Lombok, hingga Bali.
Lebih dari sekadar selebrasi budaya, Festival TRIDAYA Mandala Borobudur 2025 merupakan ruang dialog lintas iman dan lintas generasi. Sebuah forum terbuka untuk membicarakan masa depan spiritualitas dan keberlanjutan lingkungan di Indonesia, sebuah isu yang kian mendesak di tengah perubahan zaman dan krisis ekologi.
Dengan kekuatan nilai lokal, festival ini diharapkan menjadi oase peradaban dan inspirasi pembangunan berkelanjutan, sekaligus mengukuhkan Borobudur sebagai pusat spiritual dan budaya dunia./ JOURNEY OF INDONESIA | Denny Nathanel Pohan