JAKARTA — Di tengah gemuruh dinamika sosial dan teknologi, organisasi keagamaan Hidayatullah menggelar Musyawarah Nasional VI Hidayatullah (Munas VI) yang berlangsung di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur, mengusung tema “Sinergi Anak Bangsa Menyongsong Indonesia Emas 2045”.
Ketua Panitia, Marwan Mujahidin, menegaskan bahwa Munas ini bukan sekadar kegiatan organisasi melainkan momentum strategis bagi seluruh anak bangsa. Tema yang diangkat merefleksikan perpaduan antara semangat kebangsaan dan nilai keislaman yang ingin menjadi pijakan membangun peradaban unggul berbasis spiritualitas dan intelektual.
Marwan menegaskan bahwa “momen Munas” harus menjadi ruang sinergi bagi seluruh elemen bangsa, bukan hanya kader internal. Dirinya juga menjelaskan, sinergi yang dimaksud bukan terbatas pada organisasi atau instansi semata, melainkan mencakup harmoni visi dan nilai di antara masyarakat, pemerintah, dunia pendidikan, serta sektor ekonomi.
“Indonesia tidak cukup hanya tumbuh secara ekonomi, tetapi juga harus tumbuh secara moral dan spiritual. Kita butuh arah pembangunan yang memanusiakan manusia dan berorientasi pada kemaslahatan,” ungkapnya.
Dalam kerangka itu, Hidayatullah menekankan pentingnya membangun peradaban yang berakar pada iman, ilmu dan amal sebagai fondasi utama kemajuan bangsa. Ini menunjukkan kesadaran bahwa pembangunan yang hanya mengandalkan infrastruktur dan ekonomi tanpa memperhatikan aspek spiritual dan karakter manusia dapat menghadirkan celah besar dalam jangka panjang.
Menjelang 100 tahun kemerdekaan Indonesia, bangsa ini menghadapi tantangan besar berupa disrupsi teknologi, polarisasi sosial, serta krisis moral. Marwan menilai bahwa dalam kondisi tersebut, peran organisasi Islam seperti Hidayatullah menjadi sangat vital dalam memperkuat ketahanan ideologis bangsa.
Dengan Munas VI, organisasi ini berkomitmen menghadirkan gagasan dan program yang memperkuat pendidikan, kemandirian ekonomi, serta solidaritas sosial semua berbasis nilai Islam rahmatan lil ‘alamin. “Kami ingin mengonsolidasikan potensi umat agar tidak hanya menjadi penonton dalam sejarah, tetapi menjadi pelaku utama dalam mewujudkan cita-cita kebangsaan,” tambahnya.
Marwan menegaskan bahwa visi Indonesia Emas 2045 tidak boleh hanya ditentukan oleh kemajuan infrastruktur atau ekonomi semata, melainkan oleh kualitas sumber daya manusia yang beriman, bertakwa, berkarakter, beretika, dan berdaya saing global. Hal ini menjadi titik temu antara visi Islam sebagai agama peradaban dan misi kebangsaan yang berorientasi keadilan sosial dan kesejahteraan bersama.

Ia menjabarkan bahwa Munas VI sebagai forum nasional memadukan spiritualitas Islam dengan rasionalitas modern. Melalui forum ini, Hidayatullah berharap mampu merumuskan langkah strategis umat dalam menghadapi era baru.
Selain memperkuat konsolidasi internal, Munas VI juga menempatkan dirinya sebagai panggung dialog kebangsaan yang terbuka bagi tokoh lintas profesi, akademisi dan pemimpin muda. Keterlibatan ini, menurut Marwan, adalah bentuk nyata dakwah yang konstruktif — yakni menempatkan Islam sebagai paradigma pembangunan yang mampu menebarkan rahmat bagi seluruh manusia.
Semangat kontributif ini menjadi sangat relevan dalam konteks sosial dan geopolitik Indonesia saat ini, di mana krisis kepercayaan terhadap nilai-nilai universal dan munculnya ekstremisme ekonomi atau ideologi makin nyata. Dalam kerangka itulah, tema Munas VI yang mengusung gagasan “spiritual progressivism” menjadi penting yaitu kemajuan yang berakar pada iman, berorientasi pada kesejahteraan, serta terbuka terhadap sinergi global.
Rangkaian kegiatan Munas mencakup sidang pleno, diskusi tematik, dan penyusunan rekomendasi kebijakan yang menggambarkan semangat kolaboratif tersebut. Marwan mengajak semua pihak untuk mendoakan agar Munas VI berjalan lancar serta menghasilkan rekomendasi dan langkah konkret bagi kemajuan umat dan bangsa.
Dengan demikian, Munas VI bukan hanya titik temu organisasi keagamaan, melainkan sebuah upaya komprehensif untuk menggerakkan seluruh anak bangsa dalam kerangka sinergi keislaman-keindonesiaan menuju Indonesia emas pada tahun 2045./ JOURNEY OF INDONESIA | Ismed Nompo