JAKARTA – United Nations Environment Programme memperkirakan bahwa setiap tahunnya pada tahun 2040, sebanyak 23 hingga 37 juta metrik ton plastik membanjiri laut. Angka ini setara dengan 50 kilogram plastik per meter garis pantai global atau berat yang sama dengan 178 Kapal Symphony of the Seas, kapal pesiar terbesar di dunia. Sumber utama dari sampah plastik ini berasal dari polusi darat yang belum tertangani dengan baik.
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia tahun 2023, terjadi peningkatan sebesar 20% dalam penumpukan sampah selama bulan Ramadan. Komposisi sampah tertinggi di Indonesia didominasi oleh sisa makanan, mencapai 41,2%, diikuti oleh sampah plastik sebesar 18,2%. Sampah rumah tangga menyumbang 39,2% dari total sampah nasional.
Sampah plastik memiliki dampak serius terhadap kesehatan dan lingkungan. Dibakar secara terbuka, dapat menghasilkan polusi udara yang berpotensi menyebabkan penyakit kanker. Mikroplastik dan nanoplastik telah mencemari berbagai ekosistem, bahkan ditemukan dalam darah manusia, meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Jika Dalam dosis besar, dapat menyebabkan penyakit kulit serius seperti chloracne. Selain itu, sampah plastik juga mencemari air dan tanah, mengganggu rantai makanan, dan berpotensi menyebabkan banjir melalui penyumbatan saluran air.
Untuk mengurangi dampak ini, penting untuk mengadopsi gaya hidup berkelanjutan. Ini mencakup kebiasaan seperti membawa tas belanja dan botol minum ramah lingkungan, praktik 3R (Reduce, Reuse, Recycle), menggunakan transportasi umum, menghemat air dan listrik, menanam pohon, dan mendukung produk lokal ramah lingkungan.
Mengikuti semangat untuk gaya hidup berkelanjutan, Klaster Filantropi Lingkungan Hidup dan Konservasi (KFLHK) telah meluncurkan gerakan bernama Green Ramadan. #GreenRamadan adalah upaya bersama untuk mendorong masyarakat menerapkan gaya hidup berkelanjutan selama bulan Ramadan, dengan tujuan menciptakan lingkungan yang lestari dan berkelanjutan.
Direktur Eksekutif Belantara Foundation, Dr. Dolly Priatna, juga Ketua KFLHK, menjelaskan bahwa Green Ramadan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. “Kami terus mengajak masyarakat untuk menerapkan gaya hidup berkelanjutan. Harapannya, gerakan ini akan mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan,” ujar Dolly.
Langkah-langkah kolaboratif diperlukan untuk mencapai solusi komprehensif dalam mendorong gaya hidup berkelanjutan. Melalui KFLHK, lembaga filantropi terlibat aktif dalam mengatasi masalah lingkungan dan menjadi wadah diskusi bagi para pemerhati lingkungan.
Gusman Yahya, Direktur Eksekutif Perhimpunan Filantropi Indonesia menambahkan, “Kami perkuat kolaborasi antar pegiat filantropi untuk mencapai masyarakat lebih luas dalam menerapkan gaya hidup berkelanjutan. #GreenRamadan2024 KFLHK menunjukkan contoh kolaborasi multi-pihak yang efektif.”
General Manager Dompet Dhuafa, Arif Rahmadi Haryono, menegaskan bahwa Ramadan adalah waktu untuk menahan diri, termasuk dari perilaku konsumtif yang merusak lingkungan. Gerakan Green Ramadan diilhami oleh semangat puasa, sambil membantu pemulihan lingkungan. “Kami berkomitmen untuk mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai dengan menyediakan eco takjil ramah lingkungan,” kata Arif.
Kegiatan Green Ramadan 2024 mencakup serangkaian acara seperti instagram live series, kompetisi foto, webinar nasional, dan konten edukasi di Instagram tentang pentingnya gaya hidup berkelanjutan. Selain itu, dilakukan juga sedekah pohon dan distribusi eco takjil. Rangkaian kegiatan ini berlangsung selama 30 hari, dari 10 Maret hingga 10 April 2024.
Organisasi yang terlibat dalam gerakan ini antara lain Perhimpunan Filantropi Indonesia, Dompet Dhuafa, Belantara Foundation, Lindungi Hutan, IDFOS Indonesia, CIS Timor, ESWKA Foundation, Greeneration Foundation, dan Communication for Change./ JOURNEY OF INDONESIA