Kekayaan masa lalu bangsa Indonesia merupakan kisah yang harus selalu dikenang dari generasi ke generasi. Menjadi sebuah tapak sejarah negeri ini, pada abad ke-13, Kerajaan Majapahit telah mencapai puncak kejayaannya di Bumi Nusantara dan disegani bangsa-bangsa asing.
Kisah sejarah Kerajaan Majapahit ini ternyata menggelitik keingintahuan seorang Mhyajo untuk menggali sedemikian rupa dan mengemasnya dalam sebuah pentas seni terbaik. Semua diawali ketika setelah sekian lama memiliki buku Kakawin Negarakertagama karya Mpu Prapanca (Dang Arcaya Nadendra), dan pada 2018 dirinya kembali membaca secara serius isi buku ini.
“Di tahun 2019 saya menyampaikan ke tim saya bahwa saya ingin meriset buku ini lebih dalam. Prosesnya memang cukup lama dan sekarang ini menjadi tahun ke lima karya ini berkembang,” ungkap Mhyajo.
“Dan kenapa Gayatri? Karena saya memang langsung jatuh cinta dengan nama tersebut ketika pertama kali di sebut dan semakin dibahas oleh para penterjemah buku Kakawin Negarakertagama dari bahasa jawa kuna ke Indonesia yang berjumlah 8 orang tersebut,” papar Mhyajo lagi pada saat Taklimat Media di Jakarta Pusat, pada Jumat (30/9/2022).
Opera Majapahit ditangan Mhyajo mengangkat sudut pandang berbeda, bukan kebesaran raja Hayam Wuruk tetapi malah Putri Gayatri anak Raja Kertanegara yang diperistri oleh Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit. Gayatri berupaya mencapai impian masa mudanya. Dan mempertahankan serta melestarikan warisan dari mendiang ayahandanya, Kertanegara. Karya ini sarat riset sejarah serta antropologis, yang akan membuat penonton seolah berada dalam semesta yang amat berbeda, namun familiar.
Di mata Mhyajo, Gayatri merupakan sosok perempuan hebat dalam sejarah masa kuno bangsa Indonesia. “Saya menulis di Jakarta semua hasil riset tersebut, dan semakin mendalami sosok Gayatri yang akhirnya yakin dan menjadi center of interest dari alur cerita dan penglihatan sutradara.
Sebagai sutradara Mhyajo dalam menyuguhkan cerita ini dalam bentuk opera juga melibatkan nama Franki Raden sebagai pengarah musik. Lalu ada Kleting dan RM. Radinindra Nayaka Anilasutra, sebagai penata kostum. Ditambah lagi 19 orang pelakon, yang berasal dari berbagai daerah seperti Solo, Gianyar, Jambi, Banyumas, Jogjakarta dan Jakarta. Para pelakon dijaring melalui proses audisi pada tahun 2020. Dan 15 diantaranya, terpilih untuk tampil pada karya tahun 2022 ini.
Mengenai ke 15 pelakon terpilih, mereka diberikan kesempatan untuk berkembang dan percaya diri. Kemudian setelahnya dapat mengembangkan sesuatu di daerah asalnya. Tentu saja, termasuk bertambahnya wawasan mereka mengenai Majapahit, secara general. Dan memahami dengan baik dan lebih mendalam, sosok Gayatri. Hadir dalam karya panggung ini, pelakon tambahan berjumlah 5 dan penyanyi berjumlah 3 serta 2 narator yang masing-masing berbahasa jawa kuna dan indonesia.
Nantinya, menarik untuk mencermati sosok RᾹ dan ŚᾹ. RᾹ melambangkan kekuatan, seperti cahaya matahari. ŚᾹ melambangkan pesona dan kharisma. Sosok nan perasa, pemimpi dan berhati tulus. RᾹ adalah, Ravindra yang di perankan oleh Rendra Bagus Pamungkas . ŚᾹ adalah, Sanchita.
Bingkai cerita, sedari awal hingga selesainya perjalanan lakon Gayatri, akan dituturkan mereka berdua, sebagai narator. Menjadi sebuah bagian sangat penting, dan tak terpisahkan dari pementasan opera majapahit: Gayatri Sang Sri Rajapatni. Menarik untuk dinikmati nanti, konsep visualisasi artistik secara monokromatik. Pilihan konsep visual begitu, sengaja dipilih Mhyajo, agar dapat terjaga suasana kesakralan dan kerayaannya.
Yang juga perlu diketahui bahwa synopsis cerita ini juga direkam dalam bentuk film, monochrome audio-visual. Dimana film tersebut telah dianugerahi Highly Commended pada kesempatan Asian Arts Awards 2021. Dan menjadi salah satu Finalist pada OnComm 2022: Live Stream Category Offies UK (Off West End Theatre Awards).
Ini merupakan juga merupakan sebuah tantangan pekerjaan yang harus diemban oleh Bona Palma yang juga merupakan sutradara film teater Gayatri 2020. “Dalam project ini saya betul-betul mengerjakan sendiri proses rekaman sampai editing. Setelah berdiskusi dengan mbak Mhyajo rasanya tidak mungkin menyerahkan hasil rekaman dn riset ini kepada tim produksi, karena khawatir dengan inteprestasi yang berbeda. Makanya prosesnya jadi lebih lama,” lanjut Bona.
Senada dengan para pendukung lain, sebagai penata kostum, Nayaka menuturkan kesulitan yang dihadapinya adalah menyesuaikan standar atau ekspektasi karya Mhyajo itu. “Karena bungkusnya kontemporer, tapi jiwa Nusantara. Jadi, kami tim kostum harus bisa bikin yang serasi,” jujurnya.
Kostum yang dipakai harus dibuat sedetail mungkin dengan menyesuaikan identitas tokoh-tokoh yang ada. Terlebih, setiap kerajaan punya ciri khas tersendiri dalam berpakaian. Meskipun mereka berasal dari satu daerah yang sama. Mulai dari segi desain, pemilihan bahan, hingga pembuatan kain dan motif dipersiapkan dengan matang dan terperinci. Kostum itu dirancang dengan unsur kekinian, namun tetap tidak meninggalkan sejarah masa lalu.
Nayaka menyebutkan, timnya terinspirasi oleh arca-arca dari kerajaan Majapahit dan Singasari yang kini berada di Jawa Timur. “Jadi, nanti konsep kostumnya monokrom abu-abu. Hanya Gayatri yang memakai warna emas,” tuturnya.
Edi Irawan selaku Kapokja Apresiasi dan Literasi Musik mewakili Direktur Perfilman, Musik, dan Media menjelaskan bahwa Opera Majapahit merupakan karya yang mendapat hibah dari program Fasilitasi Bantuan Kebudayaan 2022. “Opera ini juga memperoleh ulasan yang baik saat pementasan secara daring, pada Edinburgh Festival Fringe 2021. Dimana pada saat itu, C ARTS UK mengkurasi untuk online demand platform mereka. Karya ini sarat riset sejarah serta antropologis yang akan membuat penonton seolah berada dalam semesta berbeda, namun familiar,” ungkap Edi.
Opera Majapahit: Gayatri Sang Sri Rajapatni dipentaskan untuk khalayak pada Sabtu, 8 Oktober mendatang, di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat./ JOURNEY OF INDONESIA