SURAKARTA — Tujuh belas tahun silam, segelintir orang bersepakat untuk menjaga satu mimpi sederhana, untuk menghadirkan festival jazz tahunan yang bisa menjadi denyut budaya kota. Dari tekad itulah, pada 2009 lahir Solo City Jazz (SCJ). Kini, perjalanan panjang yang dirintis Wenny Purwanti, Gideon Momongan, dan Indrawan Ibonk itu berbuah nyata.
Pada Sabtu (27/9/2025), SCJ edisi ke-13 kembali digelar di Pamedan Mangkunegaran, Surakarta pada 27 September 2025. “Kami tidak pernah berpikir buru-buru menjadi festival besar. Target paling realistis sejak awal adalah menjaga kontinuitasnya. Pelan tapi pasti, SCJ tumbuh sebagai kebanggaan kota Solo. Sungguh kenyataan yang patut disyukuri, bahwa festival ini bisa mencapai usia sejauh ini,” ujar Wenny Purwanti, CEO CPro pada saat jumpa pers di Hotel Sahid Jaya, Kamis (25/9/2025)..
SCJ 2025 membawa konsep “Jazz and Beyond”, meramu berbagai gaya jazz dengan ragam musik lain. Dari panggung lokal, hadir Pung & Friends Jazz Triwindu, PiLiPe Solo Jazz Activity, dan Aditya Ong Quartet, tiga nama yang kerap disebut sebagai “local pride” Solo.
Festival ini juga menghadirkan sosok legendaris. Margie Segers, penyanyi yang telah meniti karier sejak akhir 1960-an, akan kembali mempesona penonton dengan nuansa jazz, soul, hingga pop-blues. Nama lain yang siap meriahkan panggung antara lain Efek Rumah Kaca, Float, Utara, serta Sandhy Sondoro.
“Kami bersuka cita bisa menghadirkan line up agar semua generasi penonton merasa terwakili,” kata Festival Director Gideon Momongan
SCJ 2025 ini turut mendapatkan sokongan dari berbagai sponsor, antara lain PT Pegadaian, PT Pertamina (Persero), PT PLN (Persero), Wings Group, Kapal Api, hingga mitra lokal seperti Batik Ria dan Soto Segar Boyolali. Dukungan itu memungkinkan panitia menyiapkan tata cahaya, tata suara, serta fasilitas festival dengan lebih matang.

Production Director, Indrawan Ibonk memastikan penonton akan menikmati atmosfer yang berbeda dari konser yang ada. Panggung terbuka Mangkunegaran dirancang menghadirkan suasana intim, di mana jazz bisa dinikmati sebagai dialog hangat antara musisi dan publik.
Ditahun 2025 ini untuk pertama kalinya, SCJ menggunakan sistem tiket berbayar. Harga tiket dibanderol mulai Rp80.000 (Festival), Rp140.000 (VIP), hingga Rp160.000 (VVIP). Tiket hanya bisa dibeli melalui kanal resmi Artatix di artatix.co.id. Area penonton juga terbagi dalam zona berdiri ala festival hingga kursi eksklusif bagi VIP dan VVIP. Panitia juga menyiapkan area kuliner, fasilitas toilet, keamanan yang cukup dihadirkan dengan baik.
Lebih dari sekadar konser, Solo City Jazz selalu dimaknai sebagai pesta kota. Kehadiran ribuan penonton setiap tahun membawa dampak langsung bagi sektor pariwisata dan UMKM di sekitar Mangkunegaran. Hotel, transportasi, hingga pedagang kaki lima turut merasakan denyut festival.
“SCJ dikenal sebagai festival yang tak hanya memamerkan suara jazz, tetapi juga kultur musik lokal dan generasi muda. Tahun ini kami ingin menghadirkan line up yang memuaskan bagi semua pendengar, dari generasi Z hingga penikmat jazz senior,” tambah Wenny.
Selama tujuh jam lebih, dari sore hingga larut malam, SCJ akan berubah menjadi sebuah panggung panggung raksasa. Di bawah langit Mangkunegaran, aneka ragam jazz yang berbaur dengan berbagai jenis musik akan berpadu menjadi pengalaman kolektif yang sulit dilupakan./ JOURNEY OF INDONESIA | eR Bee