JAKARTA – Desainer sekaligus founder busana muslimah profesional brand Nina Nugroho, Nina Septiana kembali membuat gebrakan dengan berkolaborasi bersama Salwa Tanara, gadis tuna rungu yang juga penyintas schizophrenia.
Mengangkat tema Rempah Series, Nina dan Salwa suguhkan karya fesyen yang dapat menjadi inspirasi bagi para desainer untuk mendorong agar generasi muda Indonesia memiliki kecintaan terhadap Rempah Nusantara. Bukan sebagai komoditi semata, namun juga bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
Rempah Series menghadirkan lima belas koleksi busana yang padankan elemen tradisional rempah-rempah Nusantara dalam bentuk batik tulis dan printing dengan gaya yang modern. Terbagi dalam beberapa kategori busana yakni Comfort, Confidence dan Couture. Setiap koleksi menggunakan material premium seperti Cotton Bridal Premium, Poly Cotton Twill, dan Poly Silk Premium, dengan desain yang mudah digunakan orang untuk berwudhu dan akses mudah bagi ibu menyusui.
“Alhamdulillah sudah launching, dan tujuan kolaborasi ini adalah untuk saling mengingatkan kembali tentang keberdayaan perempuan Indonesia. Kebetulan Salwa Tanara penderita schizophrenia dan juga disabilitas tuna rungu, sehingga dalam proses pembuatan busana Rempah Series ini saya belajar dari sosok Salwa Tanara, tentang keberdayaan sesungguhnya seperti apa,” ujar Nina pada Sabtu (28/12) di kawasan Ciputat.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum PERSAMI, Prof. Dr. Hj. Siti Azizah Ma’ruf Amin, M.Hum, PhD. (HC) bahwa kolaborasi karya ini memang dilakukan pertama kali, namum rajutannya pernah dilakukan di beberapa event sebelumnya. “Desain dan motifnya yang dikolaborasikan, saya kira ini sebuah project yang sangat unik. Insya Allah akan menghasilkan karya-karya besar keindonesiaan. Akan kita bawa terus dalam road show Rempah Indonesia membumbui dunia,” ungkap Azizah yang juga merupakan ibunda dari Salwa Tanara.
Selanjutnya Nina bercerita bahwa proses kolaborasi jenama modest fashionnya dengan Salwa Tanara menjadi pembelajaran berharga bagi dirinya dan tim. Tidak hanya fokus pada hasil akhir, melainkan juga memastikan agar Salwa selalu dilibatkan dalam setiap tahap produksi. “Dalam setiap proses ini, kami berusaha untuk selalu melibatkan Salwa di dalamnya karena ini yang dinamakan kolaborasi. Jadi tidak satu pihak saja, tapi kita bersama-sama untuk melahirkan ini,” sebut Nina.
Salah satu tantangan sekaligus pengalaman unik dalam kolaborasi kali ini adalah menjaga konsistensi mood Salwa. Sebagai individu dengan difabel ganda, tuli dan schizophrenia ritme kreativitas Salwa Tanara dipengaruhi oleh suasana hatinya.
“Ketika ide dan semangatnya tengah on fire, Salwa mampu menghasilkan delapan desain motif dalam semalam, lengkap dengan variasi warna serta inspirasi unik. Oleh karena itu, agar tidak kehilangan momentum, tim Nina Nugroho pun berusaha ikut bergegas merampungkan rancangan Rempah Series. “Terus terang ini merupakan karya yang paling cepat yang pernah kami lakukan. Demi untuk menjaga konsistensi mood-nya Salwa, kami semua satu timnya Nina Nugroho harus sigap mengikuti dan tampakkan hasilnya,” tutur Nina.
“Menurut saya, hasilnya tidak cukup menggunakan kata luar biasa, tetapi beyond!” puji Nina lagi.
Salwa sendiri mengaku sangat menyukai kolaborasi ini, karena Nina Septiana mampu menangkap hubungan kuat antara keduanya. Dirinya sangat menyukai menggambar dan dunia fesyen. Untuk mewujudkan impian ini, Salwa juga sudah menciptakan brand pribadi bernama “Salwa Tanara” yang memperkenalkan elemen tradisional seperti batik, tenun, dan motif alam dengan sentuhan modern. Melalui setiap karyanya, Salwa ingin menyampaikan pesan tentang keindahan dan keberagaman Indonesia sambil mengedepankan nilai estetika yang inovatif.
Hasil dari penjualankarya kolaborasi ini akan didonasikan sebagian kepada komunitas disabilitas di Indonesia./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk