DENPASAR – Forum budaya internasional CHANDI 2025 memasuki babak penting dengan digelarnya pertemuan tingkat menteri atau Ministerial Summit di Bali Beach Convention Centre, Denpasar. Sidang dipimpin langsung oleh Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Dr. Fadli Zon, dengan mengusung tema “Culture Beyond 2030: Safeguarding Heritage, Building Peace, and Advancing Cultural and Creative Industries in a Digital Future”.
Pertemuan ini menjadi ruang strategis bagi para menteri kebudayaan dunia untuk membahas arah kebijakan global pasca-2030, khususnya terkait warisan budaya, perdamaian, hingga peran industri kreatif dalam mendorong pembangunan berkelanjutan. Hasil diskusi nantinya akan dituangkan dalam Bali Cultural Initiative Declaration 2025.
Dalam sambutan pembukaannya, Fadli Zon menekankan pentingnya menempatkan budaya sebagai pilar utama pembangunan. “Budaya adalah sarana untuk mengubah perbedaan menjadi kohesi sosial, mekanisme adaptif menghadapi ancaman iklim, kompas dalam penggunaan teknologi, sekaligus jembatan menuju inklusivitas,” ujarnya di hadapan para kepala delegasi.
Ia menambahkan, CHANDI 2025 menjadi momentum untuk memperkuat komitmen global, menyatukan suara dunia, serta mencari solusi kolektif atas tantangan yang dihadapi umat manusia.
Forum ini menyoroti empat urgensi utama yang menjadi perhatian bersama. Pertama, dampak krisis iklim terhadap warisan budaya, di mana satu dari enam situs budaya dunia kini terancam kerusakan. Kedua, transformasi digital dan pemanfaatan kecerdasan buatan secara etis, mengingat pandemi telah menekan institusi budaya dengan penurunan kunjungan museum hingga 70 persen.

Lalu ketiga, penguatan industri budaya dan kreatif (CCIs) yang nilainya mencapai 4,3 triliun dolar AS dan menyerap lebih dari 30 juta lapangan kerja. Sektor ini dinilai sebagai motor penting bagi UMKM sekaligus ruang ekspresi generasi muda. Keempat, perlindungan budaya di tengah konflik, mengingat banyaknya kasus penjarahan dan perdagangan ilegal atas benda budaya akibat lemahnya kerangka hukum internasional.
Para delegasi dari 19 negara yang hadir dalam sesi pertama, termasuk Zimbabwe, Palestina, Suriah, dan Indonesia, sepakat menempatkan diplomasi budaya sebagai instrumen perdamaian. Menteri Dalam Negeri dan Warisan Budaya Zimbabwe, Kazembe Raymond Kazembe, menyebut budaya sebagai “kohesi sosial dan sumber ketangguhan di masa krisis.”
Sementara Ketua Delegasi Palestina, Imadeddin A.S. Hamdan Fawzyah, menegaskan bahwa perang telah menghancurkan sejarah dan memori kolektif bangsanya. “Ratusan seniman kehilangan nyawa, bangunan bersejarah rusak, namun Palestina tetap berkomitmen melestarikan budaya melalui industri kreatif yang menyuarakan kemanusiaan,” katanya.
Sementara delegasi Suriah, Mohammed Yassin Saleh menambahkan bahwa budaya adalah inti diplomasi antarbangsa dan jalan menuju dunia yang lebih manusiawi.
Menutup pertemuan, Fadli Zon menegaskan lima komitmen utama yang menjadi hasil sidang CHANDI 2025. Pertama, integrasi budaya dalam agenda pembangunan berkelanjutan. Kedua, penguatan diplomasi budaya untuk perdamaian. Ketiga, pemanfaatan transformasi digital dan kecerdasan buatan secara bertanggung jawab. Keempat, pemberdayaan generasi muda serta industri kreatif sebagai penggerak pertumbuhan inklusif. Dan kelima, penguatan upaya pelestarian warisan budaya, termasuk repatriasi serta pemberantasan perdagangan ilegal benda budaya.
“Budaya memiliki kekuatan untuk menjadi kompas perdamaian, penggerak pembangunan, dan modal kemanusiaan menghadapi masa depan,” tegas Fadli Zon menutup rangkaian sidang./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk