Bertindak nyata secara berkesinambungan melawan persoalan mendasar sebahagian besar masyarakat Indonesia terus saja dilakukan oleh Lembaga sosial Ketua DPR RI Puan Maharani, HaloPuan.
Kali ini berkolaborasai dengan pimpinan wilayah Aisyiyah Jawa Barat, HaloPuan mengampanyekan gerakan “Kaum Ibu Melawan Stunting” dengan tema “Mengolah Daun Kelor Menjadi Asupan Super”. Kegiatan yang dilaksanakan di Desa Sumbersari, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, pada Minggu, 26 Juni 2022 ini dihadiri sekitar 100 warga sekitar.
Selain bergotong royong dengan Aisyiyah Jawa Barat, HaloPuan juga menggandeng organisasi sayap lain Muhammadiyah, seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Aisyiyah (Unisa) Bandung dan Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah Ciparay, serta Puskesmas Sumbersari dan pemerintah Desa Sumbersari.
Menurut Koordinator HaloPuan, Poppy Astari, ini merupakan kegiatan kedua HaloPuan di Ciparay setelah sebelumnya bekerja sama dengan DPC PDI Perjuangan Kabupaten Bandung di Desa Pakutandang. Ini membuktikan bahwa HaloPuan bisa bekerja sama dengan berbagai kalangan diluas kader PDI Perjuangan.
Dalam sambutannya, Ketua PC Nasyiatul Aisyiyah Ciparay, Pipih Supiah, mengatakan melawan stunting merupakan salah satu program yang bersentuhan langsung dengan Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah yang bergerak di bidang keperempuanan. Karena itu, menurutnya, baik Aisyiyah maupun Nasyiatul Aisyiyah, tak ragu menyambut ajakan kerja sama HaloPuan.
Dalam Gerakan Kaum Ibu Melawan Stunting, peserta yang terdiri dari ibu hamil, ibu menyusui, remaja putri calon pengantin, dan kader posyandu mendapatkan penyuluhan melawan stunting.
Pada kegiatan di Sumbersari ini, dokter spesialis kandungan sekaligus Ketua Majelis Kesehatan PW Aisyiyah Jawa Barat, Dwiwahju Dian Indahwati tampil menyampaikan penyuluhan.
Menurut dokter Dian, pencegahan stunting sangat penting dilakukan, karena stunting menjadi faktor penyebab sejumlah penyakit tidak menular saat seseorang tumbuh dewasa, seperti penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi, dan obesitas. Namun, lebih penting daripada itu, stunting sangat berpengaruh pada perkembangan otak dan juga hormon yang dihasilkan. Akibatnya anak akan mengalami kekurangan kemampuan dalam belajar dan bekerja saat tumbuh dewasa nanti.
Dalam kesempatan itu, dokter Dian juga menyampaikan dukungannya kepada rencana aturan cuti melahirkan selama enam bulan dalam Rancangan Undang-Undang Kesejahteraan Ibu dan Anak insiatif DPR RI. ASI eksklusif enam bulan sangat penting bagi tumbuh kembang anak, dan tak akan pernah bisa digantikan oleh apa pun.
Sementara itu, Ketua Umum IMM Unisa Bandung, Lutfah Aisyah Amini, mengaku terinspirasi dengan gagasan mengolah daun kelor sebagai asupan super dalam melawan stunting yang disampaikan HaloPuan. Lutfah yang juga seorang bidan mencoba mengkreasikan sejumlah menu, seperti puding dan kue bolu, dengan bahan utama bubuk daun kelor dari HaloPuan.
“Ini menginspirasi kaum ibu dan kami untuk bisa membuat asupan sehat karena, selain prosesnya sangat mudah, bahannya juga mudah didapat,” ujarnya.
Relawan HaloPuan, Mochamad Chotim, menjelaskan daun kelor mengandung delapan asam amino esensial. Asam amino esensial merupakan senyawa pembentuk protein yang berperan penting dalam tumbuh kembang anak karena tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh. “Selain itu, asam amino esensial dalam daun kelor tidak akan hilang meskipun dicampur dengan makanan lain, sehingga bubuk daun kelor bisa dijadikan nutrisi tambahan dalam banyak menu makanan,” kata Chotim.
Pada kesempatan ini, selain membagikan paket makanan tambahan, termasuk di dalamnya 400 gram bubuk daun kelor, kepada setiap peserta, HaloPuan membagikan puluhan bibit kelor kepada pengurus Aisyiyah, dimana lima di antaranya langsung ditanam di lahan wakaf Muhammadiyah di Desa Barujati, Kecamatan Ciparay. “Kami akan menyebarluaskan pengetahuan ini kepada kader-kader kami,” kata Pipih.
Di Sumbersari sendiri, menurut Kepala Puskesmas Sumbersari, Fenny Prilianti, terdapat 24 balita stunting. “Ini hasil penimbangan balita terakhir, tapi kami masih mencari tahu apa faktor penyebab dominan dari keadaan tersebut, apakah pola asuh atau lingkungan,” kata Fenny.
Oleh karena itu, Fenny menyambut baik gerakan HaloPuan bersama Aisyiyah Jawa Barat ini. “Kegiatan ini membuat masyarakat lebih bisa berperan dalam menangani stunting, apalagi kegiatan ini disampaikan secara bersahabat dan menyampaikan gagasan yang mudah dan murah (bubuk daun kelor),” katanya.
Kepala Bidang Keluarga Berencana dan Sejahtera, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kabupaten Bandung, Ella Alfaha, menjelaskan bahwa faktor dominan keadaaan stunting di Kabupaten Bandung adalah faktor perilaku dan lingkungan, seperti pernikahan dini di masyarakat.
“Kabupaten Bandung termasuk lima besar dalam persoalan stunting di Jawa Barat,” katanya. Ella juga berkomitmen bahwa pihaknya optimis mampu menurunkan angka stunting di Kabupaten Bandung hingga 17 persen (dari 31,1 persen) pada 2024./ JOURNEY OF INDONESIA