JAKARTA — Kunjungan kenegaraan Presiden Prancis, Emmanuel Macron ke Indonesia tidak hanya memperkuat kerja sama diplomatik, tetapi juga membuka lembaran baru dalam hubungan budaya dan pariwisata kedua negara. Ibu Negara Prancis, Brigitte Macron, menjadi sorotan dalam rangkaian program pendampingan (spouse program) yang mempertemukan kekayaan budaya Indonesia dengan keanggunan diplomasi Prancis.
Menteri Pariwisata, Widiyanti Putri Wardhana, secara langsung mendampingi Ibu Negara Macron dalam dua agenda penting, yakni kunjungan ke Museum Nasional di Jakarta dan Taman Wisata Candi Borobudur di Magelang. Agenda ini menjadi bagian dari upaya memperkenalkan warisan budaya Indonesia kepada dunia internasional.
Di Museum Nasional, Ibu Negara disambut dengan pameran L’Art Botanique du Paradis yang dikurasi oleh Yayasan Didit Hediprasetyo. Pameran ini menyulap lima ruangan museum menjadi ruang-ruang naratif yang menghadirkan tenun, batik, mode, desain interior, hingga seni instalasi kontemporer. Sentuhan Prancis juga terasa melalui kehadiran objek dari rumah mode ikonik seperti Hermès dan Louis Vuitton, yang berdampingan dengan karya seniman Indonesia seperti Vivianne Faye, Prasetio Budhi, Joke Roos, dan Amalya Hasibuan.
Salah satu highlight dalam kunjungan ke Museum Nasional adalah display wastra karya seniman batik Nur Cahyo dari Pekalongan. Menteri Pariwisata menjelaskan secara langsung kepada Brigitte Macron mengenai teknik pewarnaan alami dan filosofi motif batik yang menggabungkan pengaruh budaya Tionghoa dan Arab.
Tak hanya di Jakarta, perjalanan budaya ini berlanjut ke Borobudur, situs warisan dunia UNESCO yang menjadi simbol spiritual dan keindahan arsitektur Jawa kuno. Di kawasan Manohara, Brigitte Macron disambut dengan makan siang kenegaraan serta pameran seni dan pertunjukan budaya yang melibatkan mahasiswa Politeknik Pariwisata. Para mahasiswa bertindak sebagai pemandu profesional berbahasa Prancis dan Inggris, mencerminkan kualitas sumber daya manusia pariwisata Indonesia yang semakin kompeten.

Kegiatan spouse program ini merupakan bagian dari implementasi Joint Vision 2050 Indonesia–Prancis yang disepakati dalam pertemuan bilateral. Visi bersama ini menekankan penguatan kolaborasi di bidang ekonomi, budaya, dan pariwisata berkelanjutan. Keduanya juga menandatangani Cultural Declaration yang menjadi payung untuk memperluas kerja sama pelatihan, promosi gastronomi, dan pertukaran seni.
Gastronomi menjadi salah satu titik temu penting dalam kerja sama ini. Kedua negara mendukung pelaksanaan Pekan Gastronomi Prancis di Indonesia yang telah berlangsung sejak 2023. Rencananya, Indonesia juga akan menghadirkan Pekan Gastronomi Indonesia di Prancis sebagai bentuk pertukaran budaya yang setara.
Menurut Menteri Pariwisata Widiyanti Putri, kerja sama ini menjadi landasan strategis untuk memperkenalkan budaya Indonesia lebih luas lagi. “Kami ingin menjadikan pariwisata sebagai media diplomasi yang inklusif dan berkelanjutan. Kegiatan seperti spouse program ini memberi ruang bagi budaya untuk bicara dalam bahasa universal,” jelasnya.
Data dari Badan Pusat Statistik mencatat, sepanjang 2024 tercatat lebih dari 346.000 wisatawan asal Prancis mengunjungi Indonesia. Sementara itu, dalam kuartal pertama 2025, angka tersebut sudah mencapai 48.442 kunjungan. Tren ini menunjukkan potensi besar yang dapat terus digali melalui diplomasi pariwisata dan kolaborasi budaya.
Pameran imersif di Museum Nasional pun menjadi simbol kuat perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Prancis. Menurut Didit Hediprasetyo, pendiri yayasan yang menginisiasi pameran, “Ini adalah undangan untuk merasakan semangat Indonesia melalui ruang-ruang yang menghidupkan seni, desain, dan tradisi.”
Momentum ini menjadi penanda bahwa hubungan antara Indonesia dan Prancis tak hanya dibangun lewat diplomasi formal, tapi juga melalui sentuhan manusiawi yang lembut: kain, cita rasa, dan karya seni. Dengan semangat saling memahami dan menghargai budaya, pariwisata Indonesia diyakini akan melangkah lebih jauh di panggung dunia./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk