JAKARTA — Platform perjalanan digital Agoda merilis laporan terbarunya bertajuk AI Developer Report 2025, yang menyoroti bagaimana para pengembang perangkat lunak di Asia Tenggara dan India kini bekerja berdampingan dengan kecerdasan buatan (AI). Temuannya menunjukkan bahwa adopsi AI di kawasan ini sudah sangat tinggi, tetapi masih berada pada tahap pematangan menuju penggunaan yang lebih strategis dan berkelanjutan.
Menurut laporan tersebut, 95% pengembang di Asia Tenggara dan India menggunakan AI setiap minggu, dan lebih dari setengahnya (56%) mengandalkan asisten AI dalam pekerjaan sehari-hari.
Produktivitas menjadi alasan utama, dengan 80 responden menyebut kecepatan dan otomatisasi sebagai motivasi utama. Para insinyur bahkan mengaku dapat menghemat empat hingga enam jam kerja setiap minggu, menegaskan bahwa AI kini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari rutinitas kerja mereka.
Meski demikian, AI masih lebih banyak digunakan sebagai alat bantu produktivitas ketimbang mitra kreatif. Hanya 22 persen pengembang yang memanfaatkannya untuk memecahkan masalah baru, dan kurang dari separuh (43%) yang menilai kinerja AI setara dengan insinyur tingkat menengah.
Penggunaan AI masih dominan untuk pembuatan kode, sementara untuk dokumentasi, pengujian, dan penyebaran, adopsinya menurun cukup signifikan “Kecerdasan buatan sedang mengubah cara pengembang di seluruh Asia Tenggara dan India membangun, belajar, dan berkolaborasi,” ujar Idan Zalzberg, Chief Technology Officer Agoda.
Dirinya juga menambahkan bahwa apa yang awalnya hanya dipakai untuk mempercepat tugas-tugas teknis kini berkembang menjadi transformasi besar dalam cara perangkat lunak dikembangkan. AI membantu tim bekerja lebih cepat, terus belajar, dan memecahkan masalah dengan cara baru.
Dalam konteks kawasan, pengembang asal Indonesia menonjol sebagai salah satu pengguna AI paling maju. Sebanyak 78,9 persen dilaporkan menggunakan Cursor dalam enam bulan terakhir, dan 90,1 persen menggunakan ChatGPT. Hal ini menempatkan Indonesia di jajaran terdepan dalam pemanfaatan IDE berbasis AI dibandingkan hanya mengandalkan LLM berbasis chat.
Fakta ini menunjukkan bahwa ekosistem teknologi Indonesia mulai bergerak dari sekadar adopter menjadi innovator yang aktif bereksperimen dengan AI. Pengembang lokal tidak hanya mengejar efisiensi, tetapi juga mencari cara baru untuk meningkatkan kualitas hasil kerja melalui kolaborasi manusia dan mesin.
Meski pemanfaatan AI meluas, tantangan tetap muncul pada aspek keandalan hasil dan kebijakan formal. Sebanyak 79 persen pengembang mengeluhkan hasil AI yang belum konsisten, dan 67 persen selalu meninjau ulang kode yang dihasilkan sebelum digunakan. Hanya satu dari empat tim yang bekerja di bawah pedoman AI resmi.
Namun, proses verifikasi manusia justru memperkuat kualitas. Sekitar 72 persen pengembang melaporkan peningkatan produktivitas dan mutu kode setelah meninjau hasil AI. Agoda menilai praktik semacam ini penting agar transformasi digital berjalan seimbang antara kecepatan inovasi dan tanggung jawab etis.
Salah satu temuan menarik lainnya adalah cara pengembang belajar memanfaatkan AI. Sebagian besar (71 persen) memilih jalur belajar mandiri melalui proyek pribadi, komunitas daring, dan tutorial online. Hanya 28 persen yang memperoleh pelatihan formal dari perusahaan tempat mereka bekerja.
Perbedaan akses pelatihan juga terlihat antarnegara. Pengembang di Singapura, misalnya, hampir dua kali lebih mungkin mengikuti pelatihan resmi dibandingkan rekan mereka di Vietnam. Meski demikian, semangat pengembang di kawasan ini tetap tinggi. Setidaknya 87 persen mengaku telah menyesuaikan rencana belajar dan karier untuk memperkuat kompetensi AI mereka.
Studi ini merupakan kolaborasi Agoda dengan Macramé Consulting, dan melibatkan wawasan dari berbagai perusahaan teknologi besar seperti Carousell, MoMo, Omise, dan SCB 10x. Melalui laporan ini, Agoda berharap dapat mendukung pembentukan ekosistem pengembang yang tangguh dan berdaya saing global. “Di kawasan ini, penggunaan AI sudah umum, tetapi belum merata,” lanjut Zalzberg.
“Peluang terbesar terletak pada upaya mendukung kematangan ini melalui praktik terstruktur dan eksperimen yang bertanggung jawab, agar adopsi yang tinggi dapat berkembang menjadi kemampuan berkelanjutan,” lanjutnya.
Sebagai perusahaan teknologi dan perjalanan digital yang beroperasi di berbagai negara Asia, Agoda menegaskan komitmennya untuk memberdayakan talenta lokal, mendorong inovasi, serta berinvestasi dalam komunitas teknologi tempatnya beroperasi.
Laporan lengkap AI Developer Report 2025 dapat diunduh secara gratis melalui situs resmi apacdeveloperreport.com./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk

















