JAKARTA – PT Sinar Terang Mandiri Tbk (MINE) atau STM menutup paruh pertama tahun 2025 dengan kinerja solid. Perusahaan jasa penunjang pertambangan ini membukukan pendapatan sebesar Rp1,15 triliun, naik 12,46 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp1,02 triliun.
Direktur Utama STM, Ivo Wangarry, menyebut capaian ini tidak lepas dari peningkatan aktivitas operasional di sejumlah proyek serta kontribusi dari kontrak-kontrak baru. “Kami menjaga momentum pertumbuhan dan memperkuat posisi STM sebagai mitra strategis di sektor jasa penunjang pertambangan. Strategi ekspansi dan peningkatan kapabilitas operasional diharapkan dapat terus menopang pertumbuhan bisnis,” ujarnya, Senin (1/9).
Pada semester I 2025, STM mengamankan dua kontrak bernilai strategis. Pertama, kerja sama dengan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) untuk jasa penunjang pertambangan dan pengangkutan material (hauling). Kedua, Proyek Sampala bersama PT Erabaru Timur Lestari untuk pembangunan jalan hauling sepanjang 8 kilometer.
Kontrak tersebut memperkuat portofolio perusahaan sekaligus mempertegas peran STM sebagai mitra terpercaya di industri pertambangan. “Kontrak-kontrak baru ini menjadi bukti nyata pengakuan pasar atas kapabilitas STM. Kami optimistis keberadaan proyek berskala besar ini akan memperkuat portofolio dan membuka ruang pertumbuhan yang lebih besar di masa depan,” kata Ivo.
Ekspansi bisnis membuat nilai aset STM per 30 Juni 2025 melonjak 24,5 persen menjadi Rp2 triliun dari Rp1,61 triliun pada tahun lalu. Penambahan alat berat, pembangunan infrastruktur pendukung, serta perekrutan tenaga kerja baru menjadi pendorong utama pertumbuhan tersebut.
Peningkatan kapasitas itu juga memengaruhi struktur biaya. Beban tenaga kerja naik 33,09 persen menjadi Rp161,64 miliar, sedangkan beban pokok pendapatan mencapai Rp929,59 miliar dari Rp768,81 miliar tahun sebelumnya. Adapun laba bersih periode berjalan tercatat Rp116,99 miliar, menurun dibanding Rp145,54 miliar pada semester I 2024.
Beban penyusutan aset tetap turut meningkat tajam menjadi Rp155,46 miliar dari Rp89 miliar. Lonjakan ini mencerminkan tingginya utilisasi alat berat dalam mendukung berbagai proyek aktif. “Kenaikan biaya dari ekspansi bukan kami pandang sebagai beban, melainkan sebagai investasi strategis, baik dalam penguatan SDM maupun penambahan alat berat. Dengan kapasitas yang semakin besar, STM semakin siap mengelola proyek-proyek baru sekaligus meningkatkan produktivitas,” tegas Ivo.
Manajemen STM optimistis kinerja positif pada paruh pertama 2025 menjadi pondasi penting bagi keberlanjutan usaha. Dukungan kontrak baru, pertumbuhan aset, serta investasi pada sumber daya manusia diharapkan mampu menjaga kesinambungan bisnis sekaligus memberikan nilai tambah bagi pemegang saham dan seluruh pemangku kepentingan./ JOURNEY OF INDONESIA | Ismed Nompo