JAKARTA – Semangat kewirausahaan anak muda di Indonesia menjadi kunci potensial dalam mendinamisasi ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan merangsang inovasi. Sejalan dengan hal ini, munculnya gerakan moral Pemilu Damai Pemilih Pandai atau #PDPP bertujuan mendorong generasi muda, termasuk milenial dan Generasi Z, menjadi penggerak utama kemajuan bangsa.
Dalam konteks bonus demografi, Indonesia menemukan dirinya memiliki keuntungan besar dengan jumlah penduduk usia produktif yang lebih besar dibandingkan dengan usia nonproduktif.
Namun, Indonesia harus jeli mengelola bonus demografi ini dengan sejumlah strategi, misalnya saja dengan melakukan integrasi pendidikan kewirausahaan dalam kurikulum sekolah dan perguruan tinggi untuk membekali anak muda dengan pengetahuan dasar tentang dunia bisnis. Pusat inkubasi kewirausahaan yang menyediakan ruang kerja, bimbingan bisnis, dan akses ke sumber daya yang mendukung inovasi pun perlu dikembangkan.
“Tak hanya integrasi pada pendidikan formal, program pelatihan kewirausahaan ekstra kurikuler atau program di luar kelas juga diperlukan untuk mengembangkan keterampilan dan mentalitas kewirausahaan. Dengan begitu, komunitas inovasi bisa terbentuk dan kolaborasi serta pertukaran ide bisa terjalin dengan natural,” papar Ir. Muhammad Lutfi Setiabudi, ST, MT, MM, IPM selaku Ketua Dewan Pembina Barisan Pemuda Bersama Gibran (BAPER),
Muhammad Lutfi Setiabudi juga melanjutkan bahwa generasi muda adalah generasi yang haus akan tantangan dan terbuka untuk melakukan kolaborasi pada berbagai pihak. Tantangan dan kolaborasi inilah yang akan mendorong terciptanya keterampilan bagi generasi muda Indonesia baik milenial maupun Generasi Z.
Menurut Sensus Penduduk 2020, BPS mencatat jumlah penduduk usia produktif mencapai 186,77 juta orang, proyeksinya menunjukkan peningkatan menjadi 196,13 juta pada 2025. Bonus demografi ini, jika dikelola dengan bijak, bisa menjadi pendorong kemajuan Indonesia.
Muhammad Lutfi Setiabudi menyoroti pentingnya mengelola bonus demografi ini dengan strategi yang tepat. Integrasi pendidikan kewirausahaan dalam kurikulum sekolah dan perguruan tinggi, serta pengembangan pusat inkubasi kewirausahaan, dianggapnya sebagai langkah krusial.
Selain itu, pelatihan kewirausahaan ekstrakurikuler di luar kelas dianggap mendukung pengembangan keterampilan dan mentalitas kewirausahaan.
Muhammad Lutfi Setiabudi menyampaikan bahwa pengakuan terhadap prestasi anak muda harus ditingkatkan, termasuk dengan memberikan dukungan akselerasi bisnis bagi perusahaan startup yang menunjukkan potensi pertumbuhan.
Dalam konteks politik, pasangan Prabowo-Gibran berkomitmen untuk menyediakan akses pembiayaan yang terjangkau untuk generasi muda, seperti Kredit UKM, Kredit Usaha Startup, dan Kredit Milenial. Dukungan ini diharapkan akan memberikan dampak positif pada industri kreatif Indonesia, yang saat ini telah menjadi kekuatan signifikan dalam perekonomian.
Menurut data Kemenparekraf, jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif mencapai 23,98 juta orang pada 2022 dan diperkirakan akan bertambah menjadi 24,7 juta orang pada 2024. Pemerintah menargetkan nilai tambah dari ekonomi kreatif ke perekonomian nasional sebesar Rp1.347 triliun pada 2024.
Sektor ekonomi kreatif juga diharapkan dapat meningkatkan nilai ekspor, dengan target mencapai US$27,53 miliar pada 2024. Pencapaian ini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap Produk Domestik Bruto Nasional (PDB), dengan perkiraan sekitar 7,8% pada 2023.
“Dengan mendukung industri kreatif anak muda kita bisa menciptakan banyak lapangan pekerjaan karena industri kreatif memberikan kontribusi signifikan dalam penciptaan lapangan kerja bagi para kreator, seniman, dan profesional di bidang tersebut yang pada akhirnya melahirkan pula produk kreatif Indonesia untuk pasar internasional,” paparnya.
Muhammad Lutfi Setiabudi menekankan bahwa dengan mendukung industri kreatif, Indonesia dapat menciptakan banyak lapangan kerja dan menghasilkan produk kreatif untuk pasar internasional.
Gerakan #PDPP, dengan dukungannya terhadap pasangan Prabowo-Gibran, berupaya menggalang pemahaman generasi muda terhadap nilai-nilai Pancasila, khususnya sila pertama, sebagai landasan identitas mereka. Hal ini diharapkan dapat menjadi peta jalan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045./ JOURNEY OF INDONESIA