JAKARTA – Program pelatihan, sertifikasi, dan pemberdayaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerja sama dengan berbagai pihak telah berhasil meningkatkan kompetensi dan daya saing sumber daya manusia (SDM) sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf).
Dalam acara The Final Episode of Weekly Brief with Sandi Uno di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, Senin (14/10/2024), Nia Niscaya, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf, menjelaskan bahwa sejak 2020 hingga 2024, Kemenparekraf berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan untuk menciptakan SDM parekraf yang unggul dan kompetitif.
“Sebanyak 27.200 pelaku pariwisata dan 54.302 pelaku ekonomi kreatif telah mendapatkan pelatihan kompetensi, dan 63.412 peserta telah difasilitasi untuk memperoleh sertifikasi,” ujar Nia.
Survei Dampak Pelatihan dan Sertifikasi SDM Parekraf Kemenparekraf bersama Politeknik Pariwisata NHI Bandung melakukan survei untuk mengevaluasi dampak program strategis ini. Survei dilakukan terhadap 1.143 pelaku parekraf di 34 provinsi, dengan mayoritas responden berasal dari generasi milenial (57,7 persen).
Hasil survei menunjukkan bahwa pelatihan dan sertifikasi berdampak positif pada peningkatan pendapatan, peluang karier baru, dan pengembangan profesi. Sebanyak 60,3 persen responden melaporkan kenaikan pendapatan, sementara 52,8 persen mengalami peningkatan karier. Kenaikan pendapatan tertinggi berada di kisaran 15-20 persen.
Selain itu, data menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja sektor pariwisata (64,5 persen) dan ekonomi kreatif (49,6 persen) telah bekerja lebih dari lima tahun. Tingginya masa kerja ini menandakan stabilitas dan pengalaman SDM di sektor tersebut. Di sisi lain, masa kerja 1-3 tahun juga cukup signifikan di kedua sektor, menandakan regenerasi yang sehat dengan masuknya tenaga kerja baru. “Pertumbuhan ini menunjukkan dinamika positif dengan banyaknya peluang baru bagi tenaga kerja muda,” kata Nia.
Selain mendukung peningkatan kompetensi, pelatihan juga membantu peserta dalam hal promosi jabatan, memperluas jaringan, dan mendapatkan pengakuan profesional. Rata-rata indeks kesesuaian pelatihan mencapai 4,16 (dari skala 5), mencerminkan relevansi program dengan kebutuhan industri. Indeks keberhasilan pelatihan sebesar 3,80 menunjukkan bahwa program ini efektif dalam meningkatkan keterampilan peserta.
Selain pelatihan, program sertifikasi juga memberikan manfaat serupa. Sebanyak 52,2 persen peserta melaporkan kenaikan pendapatan, dan 11,2 persen mengalami peningkatan karier. Namun, survei mencatat bahwa 71,5 persen sertifikasi masih difasilitasi oleh pemerintah, sedangkan kontribusi sektor swasta hanya sebesar 4,5 persen. “Kami berharap sektor swasta lebih aktif berpartisipasi agar sertifikasi semakin inklusif dan mencakup lebih banyak tenaga kerja,” tambah Nia.
Survei juga mencatat adanya minat besar dari SDM parekraf terhadap berbagai bidang pelatihan, seperti manajemen perhotelan, pemasaran, kewirausahaan, hingga konten kreator. Hal ini menandakan perlunya diversifikasi program agar lebih banyak SDM dapat berkembang sesuai kebutuhan industri.
Dengan dukungan pemerintah dan kolaborasi bersama sektor swasta, pelatihan dan sertifikasi diharapkan terus mendorong SDM parekraf agar lebih kompetitif dalam menghadapi tantangan industri global./ JOURNEY OF INDONESIA | iBonk