Seperti yang banyak diketahui, gejolak dan agresi keempat kalinya zionis Yahudi telah meluluhlantahkan Gaza lewat serangan membabi buta terhadap Jalur Gaza. Gejolak di Al Quds tersebut diakibatkan rencana serbuan ribuan ekstrimis Yahudi ke Masjid Al Aqsa, pada 28 Ramadhan lalu berbuntut pengusiran warga Syekh Jarrah.
Lebih dari 1615 serangan udara berupa rudal dan bom menyasar pemukiman warga sipil dan bangunan penting di Jalur Gaza, Palestina sejak 10 Mei 2021. Setelah 11 hari menggempur Gaza, pihak zionis meminta gencatan senjata.
Seperti yang disampaikan oleh Ketua Adara Relief Internasional (Adara), Sri Vira Chandra bahwa gencatan senjata bukan berarti melupakan dampak panjang krisis kemanusiaan. Hancurnya infrastruktur serta anak-anak, perempuan-perempuan lemah dan kalangan lansia yang turut menjadi korban, amat mengusik rasa kemanusiaan.
“Selain itu, dalam rancangan kesepakatan gencatan senjata pihak Palestina mensyaratkan tidak ada lagi penyerangan ke Masjid Al Aqsa dan pengusiran warga Syekh Jarrah, itu artinya kekerasan zionis terjadi secara menyeluruh terhadap warga Palestina,” ungkap Sri Vira kembali menjawab pertanyaan para pemerhati Palestina dalam siaran persnya, Minggu (23/5/2021).
Himpitan blokade 14 tahun tak hanya dirasakan warga Jalur Gaza dan wilayah Palestina lainnya, tetapi menjalar ke seantero dunia termasuk Indonesia. “Sebagai salah satu lembaga kemanusiaan menjadi representasi dari lembaga kemanusiaan dikelola perempuan, Adara juga dipercaya menyalurkan bantuan dan bentuk kepedulian masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Sri Vira memastikan donasi mengalir deras tersebut tersalurkan sesegera mungkin dan sampai tepat ke penerima manfaat. Sebagaimana sebelumnya Adara telah secara kontinyu menyalurkan donasi Sahabat Adara ke semua wilayah Palestina terjajah, yaitu kota Al Quds, Tepi Barat, wilayah 48, Gaza, dan kamp-kamp pengungsian yang tersebar di beberapa wilayah sekitar Palestina.
Lebih lanjut Sri Vira menjelaskan, selama meningkatnya gejolak di Al Quds dan Jalur Gaza, Adara telah mengirimkan bantuan dalam beberapa tahap.
Sejak awal Ramadhan hingga pekan pertama bulan Syawal ini, Adara telah menyalurkan bantuan bagi 764 orang korban luka, di antaranya 100 anak-anak, trauma healing bagi 100 anak, bantuan biaya tindakan operasi bagi 10 korban luka, bantuan kaki palsu untuk 4 orang, bantuan perawatan dan obat-obatan untuk 225 pasien, bantuan kursi roda dan kruk serta biaya pengobatan dan operasi untuk sebanyak 71 orang, serta bantuan 100 alat kesehatan untuk rumah sakit.
Selain itu, bantuan berupa makanan berbuka puasa untuk jama’ah itikaf di Masjid Al Aqsa dan wilayah Palestina lainnya disalurkan sebanyak 4.999 paket berbuka, 1.599 paket hadiah Hari Raya untuk anak Palestina, dan bantuan pemakmuran Masjid Al Aqsa bagi 400 jamaah.
Penyaluran bantuan juga diberikan kepada warga Palestina di sekitar Al Aqsa sebanyak 10 keluarga. Bantuan sembako untuk Al Quds dan keluarga korban agresi di Gaza dan wilayah Palestina diberikan kepada 965 keluarga, bantuan keberlangsungan pelaksanaan kelas Al-Qur’an bagi anak-anak dan penyandang tuli sebanyak 10 kelas, dan bantuan bagi anak-anak yatim dan program anak asuh Palestina sebanyak 557 anak yatim.
Saat ini masyarakat Indonesia mulai memahami bahwa persoalan di Palestina bukan hanya sebatas perkara kemiskinan. Membantu Palestina tidak sama dengan membantu wilayah yang terkena bencana alam. Tidak hanya sekedar membantu anak yatim, meskipun jumlah anak yatim di Palestina terus meningkat akibat pejajahan. Akan tetapi, membantu Palestina adalah bagian dari upaya untuk mendorong tetap tegaknya sebuah bangsa dan menghapuskan penjajahan serta menghentikan ketidakadilan dan kekerasan atas sebuah bangsa./ JOURNEY OF INDONESIA