JAKARTA – Libur Lebaran 2025 menjadi momen emas bagi kebangkitan industri perfilman nasional. Sejumlah film Indonesia yang dirilis serentak selama musim liburan tersebut mencatat lonjakan penonton secara signifikan, menunjukkan gairah luar biasa masyarakat terhadap karya anak bangsa.
Berdasarkan data dari jaringan bioskop tanah air hingga 6 April 2025, film animasi Jumbo yang disutradarai Ryan Adriandhy sukses meraih 1.005.252 penonton hanya dalam waktu tujuh hari. Capaian ini menjadikan Jumbo sebagai film animasi Indonesia terlaris sepanjang sejarah, memecahkan rekor sebelumnya yang dipegang Si Juki the Movie: Panitia Hari Akhir (2017) dengan total 642.312 penonton.
Tidak hanya Jumbo, dua film nasional lainnya yang juga dirilis pada periode Lebaran, yakni Pabrik Gula karya Awi Suryadi produksi MD Pictures, serta Qodrat 2 garapan Charles Gozali dari Magma Entertainment dan Rapi Films, juga menembus angka lebih dari 1 juta penonton. Ketiga film ini berhasil mendominasi layar bioskop dan disambut antusias oleh masyarakat dari berbagai penjuru Indonesia.
Menekraf, Teuku Riefky Harsya, menyampaikan apresiasinya atas pencapaian luar biasa tersebut. Menurutnya, momentum Lebaran kali ini menjadi bukti nyata bahwa film Indonesia memiliki tempat istimewa di hati masyarakat. “Pencapaian ini adalah sinyal positif bagi pertumbuhan sektor Film, Animasi, dan Video yang merupakan bagian penting dari ekosistem ekonomi kreatif nasional. Keberhasilan ini juga menjadi cermin bahwa kolaborasi antar pemangku kepentingan dapat menghasilkan dampak besar,” ujar Riefky.
Kesuksesan Jumbo tidak terlepas dari strategi promosi masif yang melibatkan pemerintah dan berbagai mitra industri melalui kanal lintas platform. Film ini juga menjadi simbol keberhasilan kolaborasi antara Visinema Pictures dengan lebih dari 420 kreator Indonesia.
Teuku Riefky Harsya menegaskan bahwa Kemenparekraf akan terus memperkuat dukungan terhadap industri perfilman, baik melalui program fasilitasi, pemberian insentif, hingga perluasan distribusi film ke pasar internasional. Ia juga mendorong lahirnya lebih banyak kolaborasi antara sineas muda, produser, dan platform digital agar karya-karya Indonesia bisa menjangkau audiens global.
“Kami berkomitmen menciptakan kebijakan yang berpihak pada pelaku industri kreatif. Selain mendukung produksi film, kami juga akan memperluas jangkauan distribusi hingga ke berbagai daerah di Indonesia,” imbuhnya.
Kenaikan jumlah penonton selama Libur Lebaran 2025 bukan hanya menjadi kabar baik bagi sektor perfilman, tetapi juga memberikan dampak positif bagi sektor lain seperti kuliner, transportasi, hingga pariwisata lokal. Multiplier effect dari kebangkitan industri film ini menjadi salah satu penggerak ekonomi kreatif yang berkelanjutan di masa depan./ JOURNEY OF INDONESIA | Nuhaa