Naila Novaranti (38), adalah seorang penerjun ekstrem wanita Indonesia yang pada 26-30 Juli 2019 lalu mengadakan kunjungan ke negara Taiwan. Naila yang dikenal sebagai wanita pemberani ini juga dikenal sebagai penerjun wanita ekstrem pertama yang menaklukan Gunung Everest pada 2018 lalu dengan melakukan terjun payung dari puncak gunung tersebut hanya dengan modal wingsuit. Karena keberaniannya, Naila juga tercatat dan mampu memecahkan rekor satu-satunya penerjun ekstrem wanita dari Indonesia.
Kunjungan Naila Novaranti ke Taiwan, selain jalan-jalan melihat icon yang berada di negara yang dikenal dengan Republik Tiongkok ini, sekaligus mencari spot pendaratan untuk aktifitasnya sebagai penerjun. Serunya, beberapa hari di sana wanita yang dikenal sebagai atlet dan instruktur terjun payung atau skydiving internasional ini juga memenuhi undangan oleh panitia kongres diaspora yang ada di Taiwan dan menjalani pemotretan untuk cover majalah Intai.
Majalah tersebut adalah majalah khusus majalah Indonesia-Taiwan yang cover-nya adalah orang-orang berprestasi yang terpilih dan pernah mengunjungi Taiwan. “Taiwan negri yang sangat indah, selain jalan-jalan saya juga sekalian cari lokasi yang baru terutama untuk terjun payung, dan juga untuk nyari spot wind tunnel. Sebetulnya setiap negara banyak, ada aja cuma masalah clearance diijinkan atau tidak tergantung negaranya masing-masing,” kata Naila dibilangan Tebet, Jakarta Selatan pada Selasa (6/8/2019).
Menurut Naila, setiap negara pastinya mempunyai spot-spot yang bagus untuk dikunjungi. Sebagai penerjun wanita ekstrem ia terbiasa mencari spot yang bagus untuk melakukan pendaratan. Ada beberapa tempat yang dikunjunginya sewaktu di Taiwan. Ketiga tempat tersebut menurut Naila sangat menantang sebagai tempat pendaratan setelah setelah targetnya ke Antartika tahun ini tercapai.
Pada hari pertama di Taiwan, Naila mengunjungi Yehliu Geopark yang berada di Utara Taiwan. Destinasi ini terkenal dengan pemandangan bebatuan yang terkena erosi laut, dimana beberapa spot berada sangat dekat dengan laut sehingga wisatawan dihimbau untuk menaati peraturan yang ada. Terdapat garis merah yang merupakan batas aman wisatawan untuk berdiri.
Kondisi Yehliu Geopark menurut Naila juga sangat cocok sebagai lokasi pendaratan karena lokasinya yang cukup sulit sekaligus pemandangannya yang indah. “Kebetulan Yehliu Geopark lokasinya jauh dari Taipei, jadi kita memang harus menyediakan hari khusus dengan bawa kendaraan sendiri. Karena kalau tidak ada kendaraan cukup sulit untuk menjangkau ke sana. Minat pasti ada, tapi agak sulit karena wilayahnya kecil sekali,” katanya.
Lokasi kedua, Naila sempat mengunjungi gedung tertinggi nomor dua di dunia, Menara 101. Letaknya yang berada di tengah kota Taipei menjadi tantangan tersendiri untuik Naila, selain memang gedungnya yang berjumlah 101 lantai. Bisa dibayangkan berapa tingginya jika dilihat dari ketinggian gedung sebanyak 101 lantai.
Lokasi ketiga yang dikunjunginya adalah Pingxi Old Street yang berada di Distrik Pingxi, dan masih termasuk wilayah New Taipei City. Di tempat ini selalu diadakan Pinky Sky Latern, dimana akan diterbangkan 100.000 lampion pada festival tersebut, yang tentunya akan menjadi tantangan tersendiri jika dijadikan spot pendaratan terjun payung di daerah tersebut.
“Untuk menjadi penerjun sebetulnya tantangannya banyak, tantangan cuaca, faktor lokasi juga banyak kadang drop zone nya juga beda-beda peraturannya belum tentu kita memiliki kualifikasi yang menjadi peraturan daerah tersebut,” jelas Naila Novaranti.
Selain jalan-jalan dan mengunjungi tempat-tempat yang indah di Taiwan, Naila juga berkesempatan bertemu dengan Diaspora Taiwan. Di sana, Naila disambut dengan baik. Merekapun sangat mengapresiasi apa yang Naila lakukan selama ini. Naila sendiri pada 10 Agustus 2019 mendatang, akan hadir pada acara kongres yang diadakan setahun sekali ini.
Pada Kongres Diaspora Indonesia ke-5 yang akan dilangsungkan di Kota Kasablanka, Jakarta ini, Naila akan hadir sebagai salah satu wanita penerjun wanita Indonesia paling ekstrem dan berprestasi di luar negeri. Kongres ini diperuntukkan untuk memilih orang Indonesia yang menetap dan bekerja di luar negeri yang berprestasi di bidangnya masing-masing. Naila merasa bangga dan senang berada di tengah-tengah Diaspora Taiwan.
“Ada kebanggan kita banyak pendukung dan mereka sangat apresiasi dengan yang saya lakukan untuk membawa nama negara. Saya sangat bangga dengan mereka, mereka punya pekerjaan dan profesi yang berbeda, jadi ya sangat menarik. Karena perbedaan itu kita ngobrol-ngobrol dengan pekerjaan dan skill yang mereka punya tapi mereka masih bisa memasak dan hubungan dengan keluarga lebih dekat,” cerita Naila.
Saat ini, Naila melatih terjun payung di 46 negara di dunia, baik pada kalangan sipil mau pun militer. Naila juga melatih terjun payung pada pasukan khusus Indonesia, Kopassus di Indonesia dan seluruh Dunia./ JOURNEY OF INDONESIA