Kehadiran destinasi wisata Geopark Ciletuh beberapa tahun belakangan ini di agenda liburan wisatawan nusantara menjadi keberkahan sendiri. Destinasi yang memiliki luas 128 ribu hektar dan mencakup 74 desa di 8 kecamatan yakni kecamatan Cisolok, Kecamatan Cikakak, Kota Pelabuhan Ratu, Kecamatan Simpenan, Kecamatan Waluran, Kecamatan Ciemas, Kecamatan Ciracap, dan Kecamatan Surade ini selalu dipenuhi oleh kehadiran para penikmat alam.
Seperti yang telah diketahui, Geopark Ciletuh juga telah diakui UNESCO sebagai Global Geopark pada April 2018 silam berkat warisan geologinya yang luar biasa. Selain keanekaragaman hayati, budaya dan lanskap alam yang natural dan asri menjadi daya tarik tersendiri.
Terbentuk menyerupai tapal kuda (Amphitheater) dengan diameter sekitar 15 kilometer yang menghadap ke Teluk Ciletuh, Geopark Ciletuh ini sangat disukai selain alamnya indah dan banyak yang belum tersentuh teknologi. Kita bisa menemukan sekitar 70 obyek wisata di daerah ini.
Nah, daya tarik wisata yang beragam inilah akhirnya menjadikan tempat ini selalu dipenuhi para pelancong, apalagi di akhir pekan dan libur panjang. Namun seperti yang disampaikan sebelumnya, keberadaan destinasi yang minim sentuhan teknologi ternyata tidak termasuk jaringan keneksi selular dan internet.
Di era digital seperti saat ini, koneksi selular dan jaringan internet yang stabil sudah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap wisatawan yang berkunjung disetiap destinasi wisata. Seperti yang disampaikan oleh H. Eden Permana, selaku Ketua RW 09 di Kampung Cimarinjung Desa Ciwaru yang juga pemilik sebuah homestay, bahwa banyak wisatawan mengeluhkan keadaan ini.
Banyak wisatawan lokal sengaja mengunjungi Geopark Ciletuh untuk menikmati liburan untuk lepas dari rutinitas. Tak jarang diantara mereka datang kesini sambil membawa tugas kantor dan harus membagikannya lewat internet. Belum lagi para milenial yang biasanya langsung membagikan keberadaan mereka lewat foto cantik di laman sosial media masing-masing.
“Nah, kebanyakan mereka kecewa karena jaringan selular dan internet buruk atau malah down sama sekali,” sesal H. Eden di kediamannya, Minggu (1/11/2020).
Tidak menyerah begitu saja dengan keadaan ini, beberapa waktu belakangan ini H. Eden mengupayakan secara mandiri untuk membangun BTS demi meningkatkan koneksi dan layanan internet di tempatnya. Namun hampir setahun ini sejak pandemi dengan alasan program sekolah dari rumah bagi para pelajar oleh pemerintah Sukabumi, kemampuan internet mandiri miliknya dikurangi sampai 50%.
Buruknya koneksi selular dan internet cukup dirasakan oleh Journey Of Indonesia yang sudah beberapa kali berkunjung ke Geopark Ciletuh ini. Beberapa teman yang turut dalam perjalanan pun mengeluhkan hal serupa. Seperti tinggal di daerah antah berantah, padahal fasilitas lainnya cukup tersedia dengan baik.
Sayangnya keluhan ini sudah berlangsung sejak lama, namun sampai saat ini sepertinya pemerintah kabupaten Sukabumi kurang memberikan tanggapan dan solusi yang cepat. Para pemilik homestay lainnya juga merasa jengkel karena keadaan ini setidaknya mengurangi masa stay pelancong di daerah ini.
“Jaringan seluler dan internet sangat penting. Banyak pengunjung mengeluhkan hal ini. Kalau pemerintah tidak memberikan solusi terhadap keluhan ini pengunjung akan menurun karena kurang pelayanan dan komunikasi,” ungkap bu Ade pemilik homestay lainnya.
Bisa jadi keadaan ini terjadi karena keberadaan lansekap daerah ini yang dikelilingi bukit dan gunung serta pantai menjadikan lemahnya sinyal seluler dan internet. Seharusnya lembaga berwenang yang menyediakan jasa saluran internet bisa memberikan solusi akan kebutuhan warga setempat, pengunjung dan pemilik homestay di Desa Ciwaru ini yang jumlahnya sekitar hampir 300 homestay./ JOURNEY OF INDONESIA