Nusantara sebagai negeri bahari, selalu memiliki cerita tersendiri, seperti keindahan dan keberagaman biota dan alam bawah lautnya kerap mengundang decak kagum. Hal ini sudah dibuktikan dengan banyaknya spot-spot terbaik kelas dunia ada di bumi Nusantara ini.
Salah satunya diantaranya dapat ditemukan di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara. Ada hal unik yang bisa anda jumpai disini yakni melihat mamalia laut duyung yang sangat fenomenal di Kabupaten berjuluk “Bumi Kenari” itu. Untuk melihat langsung hewan herbivora pemakan lamun itu, pelancong dapat mengunjungi pantai Mali yang berada tak jauh dari Bandara Mali.
Keistimewaan keberadaan duyung atau bernama ilmiah dugong ini dimulai lewat kisah fenomenal ketika Onesimus La’ala, atau akrab disapa dengan One ini usai menanam pohon bakau di pesisir pantai Pulau Sika. Sebuah pulau tak berpenghuni di daerah timur laut Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) sejak tahun 1999.
Ketika ia hendak mengambil perahu dan ingin kembali kedaratan. One melihat dua ekor Dugong berenang tak jauh dari perahunya. Seekor Dugong berenang di depan perahu dan satu lagi berenang di belakang perahu. Dua Dugong ini mengantar One hingga pantai Mali. Hal tersebut terulang dikeesokan harinya.
“Hari ketiga, saya kasih lepas jangkar perahu dan tunggu. Dua ekor dugong itu muncul lalu saya mengulurkan tangan dan keduanya mencium tangan saya. Dari situ naluri Dugong masuk dalam pribadi saya,” One berkisah.
Persahabatan tersebut berlanjut terus sampai saat ini. One mempunyai cara tersendiri untuk memanggil Mawar (nama yang diberikannya kepada dugong tersebut), manakala One ingin mengenalkan tamunya yang datang dari luar Alor. “Bu lamoli go, mao, hao. Oooo War, Mawar cepat kesini ooo war, ada tamu dari Jakarta ni ooo,” begitu cara One memanggil Mawar agar muncul kepermukaan.
Usai memanggil, iapun mematikan deru mesin perahu klotok yang dikemudikannya, secara perlahan mamalia laut yang dinantikan tersebut memunculkan tubuh besarnya sambil menyemburkan air ke permukaan laut dan berenang mengelilingi perahu selama 7 hingga 10 menit. Kisah nyata persahabatan ini pun sekarang menjadi salah satu atraksi wisata di Kabupaten Alor.
One mengaku ini sebagai berkah tersendiri. Pasalnya, Alor akan dikunjungi wisatawan baik manca negara maupun nusantara. Meski demikian, One berharap ke pemerintah harus menjaga keberlangsungan hidup Mawar. “Konservasi harus tetap jadi prioritas,” ungkap One.
Menyikapi hal tersebut, pemerintah Kabupaten Alor telah menerbitkan sebuah peraturan untuk menjaga kelestarian Mawar, yang tertulis dalam Peraturan Bupati Kabupaten Alor No. 7/2018. Dalam Perbup tersebut tercatat hal-hal yang boleh dilakukan ataupun tidak boleh dilakukan bagi wisatawan saat ingin melihat dugong berjenis kelamin jantan itu. Pertama pengunjung tidak boleh berenang atau menyelam dihabitat duyung, lalu menceburkan anggota badan ke dalam air, memegang, memberi makan, mengganggu atau membuat gaduh, dan membuang sampah di pesisir pantai sepanjang perjalanan menuju habitat.
Selanjutnya, untuk mengamati dugong, durasi pengamatan di lokasi maksimal hanya 30 menit. Waktu kunjungan dimulai pukul 09:00 hingga 15:00 waktu setempat. Jumlah kunjungan maksimal 2 kali dalam satu minggu atau maksimal 16 orang perminggu serta beberapa peraturan tertulis lainnya. Pengunjung masih diperbolehkan untuk merekam dan memasukan action camera dengan tongkat ke dalam air saat Mawar mendekat ke perahu yang ditumpangi.
“Kalau berenang tidak boleh. Tapi bila ingin berenang atau menyelam dengan Mawar, harus izin dahulu keperluannya untuk apa dan ada persyaratan khusus yang harus dipenuhi. Dan harus tetap saya dampingi, sebab dugong ini sifatnya cepat tersinggung dan marah bila merasa terganggu,” katanya mewanti-wanti.
Ia juga memberikan masukan, bahwa waktu terbaik untuk melihat Mawar adalah di akhir September hingga awal Oktober, karena angin laut sudah tidak kencang, dan airnya pun jernih./ JOURNEY OF INDONESIA