Hiruk pikuk terdengar suara lamat-lamat terdengar dibawa angin dari gunungan bukit-bukit di sekitar perkampungan di Desa Kanekes Baduy Luar di Kabupaten Lebak, Banten.
Pada Senin 16 Oktober 2023 silam, sejumlah petani suku Baduy bersiap melakukan tanam padi huma atau ‘Ngaseuk’ secara bergotong royong di lahan darat. Ritual menanam padi huma secara serentak ini untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pendapatan ekonomi masyarakat.
Kali ini ritual dilakukan di bagian ladang milik Jaro (Kepala Desa Kanekes) Saija yang dibajak secara tradisional dengan menggunakan tombak kayu atau bilah bambu. Bilah tersebut digunakan untuk melubangi tanah ladang dengan cara ditekan sekuat tenaga oleh ratusan warga suku Baduy Luar yang ikut melakukan tradisi adat Ngaseuk.
Sebanyak 800 warga Baduy Luar berjalan satu persatu menyusuri jalan dengan berbagai macam jenis tentengan yang berisi bibit padi huma dan rempah-rempah. Mereka membawanya ke Desa Bojong Menteng, Lebak, Banten, dimana lokasi ladang milik Jaro Saija berada.
Ritual pun dilakukan dengan mendirikan beberapa helai daun dan batang pohon yang diikat menjadi satu. Lalu secara serentak, melubangi tanah dengan tombak dan menebar bibit. Di sisi lain sejumlah warga setempat menyaksikan sambil memainkan musik angklug dan kendang yang terbuat dari batang pohon, juga tarian Ngarage.
Ketua adat Baduy sekaligus Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak, Banten Jaro Saija mengatakan bahwa tradisi ini untuk memenuhi kebutuhan bersama. “Memenuhi kebutuhan pangan dan penghasilan penduduk Baduy yang saat ini populasinya 11.620 jiwa, terdiri dari 5.870 laki-laki dan 5.570 perempuan” kata Jaro Saija.
Disamping itu Ngaseuk sendiri adalah cerminan dari hidup saling tolong menolong diantara penduduk di pemukiman Baduy. Tidak ada paksaan untuk ikut tradisi ini, masing-masing memiliki kesadarannya sendiri. Jika panenpun nanti tiba, setiap individu yang mengikuti ritual tanam ini juga tidak perlu khawatair tidak mendapat bagian./ JOURNEY OF INDONESIA