PURWAKARTA – Destinasi wisata menawan Curug Cimata Indung di Purwakarta terbilang masih sangat privasi. Sampai bulan Juli akhir 2024 kemarin, adalah menjadi sebuah perjalanan yang menyenangkan saat JOI sambangi lokasi tersebut. Tidak ada pungutan retribusi harga tiket masuk alias free HTM.
Istimewanya destinasi ini, pengunjung dapat menikmati khidmat suasana kesendirian, aman damai di kalbu. Lokasi ini terbilang sepi, jarang didatangi wisatawan sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Padahal, curug ini bisa dibilang sebagai oase di jantung hutan tropika Jawa Barat.
Tentu cukup menguras stamina saat berjalan kaki membelah sungai, lalu turun naik mengikuti trek, membelah vegetasi rapat yang memang jarang dilalui orang. Jalan dengan ritme santai dari parkiran hingga tiba di mulut Curug Cimata Indung, sekiranya dapat ditempuh dalam waktu 20 menit.
Curug Cimata Indung memiliki satu kubangan besar cocok untuk berendam. Saat kemarau panjang, airnya bening berwarna hijau tosca. Tentu, meskipun banyak yang bilang Purwakarta daerah gersang, nyatanya tetap saja air curug ini dingin menyegarkan, mungkin bisa membuat kerutan menua pada wajah dapat lenyap seketika.
Tepat diatasnya, terdapat curug tersendiri yang sepertinya belum terjamah sampai viral. Alirannya tampak deras, sepertinya berupa kolam dalam juga.
Bagi golongan orang ekstrem, di Curug Cimata Indung terdapat tebing batu setinggi 7-8 meter. Dari atas sana bisa melompat ke mulut curug. Namun, ini tidak disarankan, mengingat bahaya risiko yang harus dihadapi jika tetap nekat melakukannya.
Jalan menuju Curug Cimata Indung
Curug Cimata Indung dapat ditempuh melalui dua jalan, pertama dengan melewati sepanjang aliran sungai Kalimalang hingga menemui patokan belok kanan di Teluk Jambe. Dari situ ada jalur utama menuju ke Karawang. Hingga ketemu Pasar Loji, arahkan kendaraan berbelok ke kiri, mengarah ke Kecamatan Sukasari di Purwakarta.
Sepanjang perjalanan indah nian akan disuguhkan dengan panorama luasnya hutan jati, area lumbung padi, dan sesekali mengintip dari kejauhan pesona Waduk Jatiluhur yang populer itu.
Perjalanan menuju Curug Cimata Indung bak menembus lembah terdalam. Semakin masuk, makin luas areal padi berhektare-hektare tumbuh subur sejauh mata memandang. Perlu diketahui, akses jalan terbilang agak bagus berupa cor beton. Namun, kian mendekati area wisata, kendaraan akan dihadapkan pada jalan bebatuan.
Disarankan, pengemudi kendaraan dapat memarkirkan kendaraan, menitip di rumah warga lokal, tentu dengan meminta izin terlebih dahulu. Satu hal lagi yang harus diketahui, sepanjangan Kecamatan Sukasari tidak ada satupun minimarket dan anjungan tunai atau ATM. Oleh sebab itu, baiknya sudah menyiapkan uang cash untuk kebutuhan selama perjalanan.
Sementara trek kedua menuju lokasi wisata ini bisa melewati wilayah Jonggol, Taman Buah Mekarsari, Metland, Cibubur atau jalan Raya Bekasi Narogong, dengan tantangan cenderung banyak truk pembawa pasir.
Idealnya, untuk berwisata ke lokasi tersembunyi ini, bisa berangkat dari Jakarta sekitar pukul 6 pagi. Sekitar 3-4 jam, jika jalanan lancar, sudah tiba di curug yang sangat privasi dengan free HTM itu.
Sebelum memungkasi cerita ini, seyogianya wisatawan harus tetap berjajan apapun yang ada di warung-warung milik warga lokal, agar geliat UMKM di dekat Curug Cimata Indung tetap berdenyut.
Tidak kalah penting adalah bawa kembali sampah yang dibawa, jangan kotori primadona wisata di Purwakarta ini./ JOURNEY OF INDONESIA | Morteza