Jika kita berkunjung ke Solo, terihat bahwa Solo tidak hanya menawarkan wisata kesenian, kuliner dan budaya masa lalunya saja kepada pendatang. Solo semakin berbenah dengan banyak menawarkan wisata yang bukan budaya kepada para pendatang. Salah satunya adalah museum, namun bukan museum sejarah seperti Tumurun Private Museum atau dikenal dengan Museum Tumurun.
Museum ini merupakan milik pribadi dari Iwan Kurniawan Lukminto, anak dari pendiri perusahaan tekstil terbesar Asia, PT. Sritex, HM Lukminto, seorang kolektor dan penikmat karya seni. Selain itu, berdirinya tempat ini menjadi penghargaan untuk seniman Indonesia agar karyanya bisa diapresiasi oleh publik.
Museum yang terdiri dari dua lantai ini berada di Jl. Kebangkitan Nasional No.2/4, Sriwedari, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57141. Lantai dasar berisi koleksi contemporary art, lalu di lantai atas untuk koleksi modern art. Penikmat seni yang berkesempatan berkunjung ke museum ini bakalan merasakan pengalaman luar biasa. Pasalnya, mereka bisa mengenal lebih dekat lukisan asli baik dari dalam maupun luar negeri. Namun akses wisatawan hanya dibatasi di lantai 1 saja.
Sebelum memasuki museum, pemandu akan memberi arahan terlebih dahulu, apa saja yang boleh dan tidak dilakukan ketika didalam museum tersebut seperti tidak boleh menyalakan flash, tidak menyentuh karya, dan tidak berdiri terlalu dekat dengan karya.
Karena bersifat pribadi, untuk memasuki ruangannya pun hanya bisa menggunakan sidik jari pemilik atau manajer museum. Bangunan berwarna putih ini bergaya modern dengan sistem pencahayaan dan tata suara yang baik.
Seperti yang dijelaskan oleh Sofyan Prasetyo, pemandu para tamu di dalam museum ini. “Nama Museum Tumurun ini berasal dari kata Turun Temurun. Sebagai ahli waris, Iwan Kurniawan Lukminto mendirikan museum ini sebagai bentuk penghormatan kepada sang Ayah.
“Inspirasi awalnya, karena ayahnya pak Iwan ini punya mobil Mercy pertama. Pas meninggal tidak ada yang merawat, makanya beliau bikin space besar untuk menampung koleksi sang ayah. Semua karya beliau sudah jadi koleksi pribadi,” ungkap Sofyan.
Ada sekitar 100 karya seni yang dipajang di lantai dasar, dan beberapa karya lukis masterpiece milik Affandi, Basoeki Abdullah, Antonio Blanco dan Raden Saleh yang dipajang di lantai 2. Sementara di lantai dasar merupakan karya kontemporer diantaranya milik Eko Nugroho, Eddy Susanto, Heri Dono, Eddie Hara, dan Entang Wiharso. Ada juga beberapa karya instalasi milik Handiwirman Saputra dan Mujahidin Nurrahman, ataupun mobil antik milik HM Lukminto dari berbagai merk.
Untuk mengabadikan gambar, pengunjung diberikan kebebasan selama mengikuti aturan yang telah disepakati sebelumnya. Asyiknya lagi, setiap karya yang dipajang dapat dijelaskan dengan baik oleh pemandu, atau jika kurang puas setiap karya selalu dibekali dengan barcode. Pengunjung dapat langsung scan QR dari gadget masing-masing dan akan mendapat informasi yang lengkap tentang karya tersebut.
Bagi yang tertarik, ada syarat tertentu untuk dapat berkunjung ke Museum ini. Sebelumnya harus melakukan reservasi terlebih dahulu. Pasalnya, sistem yang digunakan adalah penjadwalan. Temurun Private Museum ini menerima kunjungan dari hari Senin hingga Sabtu dengan maksimal 10 reservasi tiap harinya./ JOURNEY OF INDONESIA