BANDUNG – Atmosfer inovasi dan kolaborasi terasa kental di Aula Barat ITB, Selasa (20/5/2025), ketika Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar menghadiri Simposium Asia Africa City Network (AACN) 2025. Di hadapan perwakilan kota-kota se-Asia Afrika, Irene menyuarakan satu hal penting, bahwa city branding adalah senjata masa depan kota-kota Indonesia.
“Sudah waktunya daerah melangkah bareng! Ekonomi kreatif itu bukan pelengkap, tapi penggerak utama ekonomi nasional,” tegas Irene dalam pidatonya.
AACN 2025 bukan hanya forum seremonial. Di balik panggung, ada visi besar: membentuk kota yang kuat secara identitas, tajam secara budaya, dan tangguh menghadapi persaingan global. Bandung, dengan sejarah panjang Konferensi Asia Afrika, menjadi simbol pertemuan ide dan semangat solidaritas global yang kini diterjemahkan dalam kerja nyata antarkota.
Menurut Irene, city branding bukan soal desain logo atau jargon kota belaka. Ini tentang menggali kearifan lokal, membangun cerita, dan menciptakan karakter yang bisa dikenali dunia. “Setiap kota punya potensi jadi IP (Intellectual Property) yang bisa kita ekspor,” ujarnya.
Dukungan terhadap city branding juga datang dari Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya Sugiarto. Ia menegaskan bahwa city branding adalah tentang “citra, cerita, dan cita.” Tiga pilar inilah yang membentuk kota yang tak hanya terlihat menarik, tapi juga punya arah dan impian. “Kita ingin kota-kota Indonesia bukan hanya dikunjungi, tapi dikenang dan ditiru,” ujar Bima, sembari menyinggung bahwa kebijakan PP 59/2022 dan Permendagri 24/2024 sudah memberi ruang lebih luas bagi kota untuk berkreasi dan menentukan diferensiasi.
Melalui program Ekraf Hunt, Kemenparekraf tengah membangun big data ekosistem ekonomi kreatif nasional dari 17 subsektor—mulai dari kuliner, fashion, film, hingga game dan kriya. Semua dikemas dalam katalog digital yang membuka jalan bagi kreator lokal untuk menembus pasar global.
Bandung memanfaatkan momentum AACN 2025 untuk meluncurkan program cultural tourism and city branding. Kota ini ingin memantapkan posisinya bukan hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai pusat pertukaran budaya dan diplomasi kota-kota dunia. “Bandung punya sejarah, punya karakter, dan sekarang saatnya Bandung bicara dalam bahasa global,” ungkap Irene, memuji inisiatif Kota Kembang ini.
Simposium AACN 2025 bukan akhir, melainkan awal dari gerakan bersama menjadikan kota-kota Indonesia sebagai etalase masa depan: penuh cerita, berbudaya, dan mampu bersaing di panggung global./ JOURNEY OF INDONESIA | Nuhaa