JAKARTA – Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024 diprediksi menciptakan perputaran uang signifikan hingga mencapai Rp100 triliun. Meski begitu, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan masih menjadi tanda tanya besar. Anggota DPR RI Anis Byarwati menyebutkan bahwa meskipun potensi ekonomi dari momen libur panjang ini tinggi, daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya menjadi tantangan utama.
“Perhitungan sederhana menunjukkan potensi perputaran uang yang besar. Jika rata-rata setiap rumah tangga menghabiskan Rp3 juta saja, maka totalnya bisa mencapai sekitar Rp82,98 triliun. Bahkan, Bank Indonesia telah menyiapkan uang tunai sebesar Rp133,7 triliun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama libur Nataru,” ungkap Anis.
Menurutnya, multiplier effect dari libur panjang ini dapat dirasakan terutama oleh sektor UMKM, seperti transportasi, pariwisata, dan industri makanan serta minuman. Namun, kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya stabil menjadi tantangan dalam memanfaatkan potensi ini secara maksimal.
Selama lima bulan terakhir sejak Mei 2024, deflasi menjadi salah satu indikator lemahnya daya beli masyarakat. Selain itu, beban hidup yang semakin berat membuat kelas menengah cenderung membatasi pengeluaran, termasuk untuk liburan. “Meski libur Nataru 2024 cukup panjang, daya beli masyarakat belum menunjukkan peningkatan signifikan,” tambah Anis.
Namun demikian, ia tetap optimis bahwa momentum ini dapat memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2024 dan kuartal I 2025. “Dengan konsumsi rumah tangga yang meningkat selama libur panjang, kontribusinya diharapkan mampu membawa pertumbuhan ekonomi kuartal IV ke angka di atas 5%,” ujarnya.
Sektor pariwisata menjadi salah satu fokus utama dalam upaya mendongkrak ekonomi melalui libur Nataru. Target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sebesar 14,3 juta untuk tahun 2024 masih menyisakan defisit 2,73 juta kunjungan hingga Oktober. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kunjungan wisman mencapai 11,57 juta, meningkat 20,45% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. “Libur Nataru diprediksi lebih didominasi oleh wisatawan lokal. Maka dari itu, pemerintah perlu mempersiapkan potensi kedatangan wisman agar target dapat tercapai,” jelas Anis Byarwati.
Melihat outlook ekonomi 2025, Anis optimis bahwa Indonesia mampu mencapai target pertumbuhan 5,2% seperti yang diamanahkan dalam UU APBN 2025. Meski begitu, transisi pemerintahan baru di bawah Presiden Prabowo dan program-program prioritas yang harus disesuaikan tetap menjadi tantangan. “Kita masih punya PR besar untuk menurunkan angka ICOR dari 6,5 menjadi sekitar 4-5. Ini penting agar target pertumbuhan di atas 5% bisa tercapai,” tuturnya.
Dengan konsumsi domestik yang besar sebagai motor utama, Anis berharap pemerintah baru mampu segera menuntaskan proses transisi dan mengoptimalkan program-program prioritas, khususnya untuk mendukung masyarakat kelas menengah dan bawah yang terdampak oleh beban ekonomi.
Kesimpulan, meski libur Nataru 2024 memberikan peluang besar untuk mendongkrak perekonomian, dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi masih bergantung pada kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam memanfaatkan momen tersebut. Dukungan terhadap sektor UMKM dan pariwisata, serta upaya menurunkan tekanan ekonomi pada masyarakat, menjadi kunci penting untuk mencapai target ekonomi yang diharapkan./ JOURNEY OF INDONESIA | Morteza